Stress dan Cara Mengatasinya
Istilah stress berasal
dari kata streingere (bahasa latin) yang berarti kondisi proses sistem
organ dan jaringan tubuh yang berhenti sejenak, sebagai respons tubuh
terhadap stimulus dari luar yang bersifat menekan jiwa/psikis sehingga
menimbulkan perasaan tegang, tertekan, atau kecemasan. Secara umum, stress
adalah perasaan tertekan yang dialami seseorang.
Ada tiga komponen
stress yaitu stresor, proses, dan respon stress. Stresor adalah situasi atau
stimulus yang mengancam kita secara psikologis, respon stress adalah reaksi
yang muncul, sedangkan proses stress merupakan mekanisme interaktif yang
dimulai dari datangnya stresor sampai munculnya respon stress. Sebagai contoh, putus
cinta. Putus cinta disebut sebagai stresor, proses stress yang kita alami akan
sangat tergantung dari resiliensi diri yang kita miliki, sehingga akan
menentukan respon stress. Apabila kita memiliki resiliensi yang baik, maka
respon stress yang timbul bisa berbentuk positif karena kita mampu menemukan
bentuk coping yang efektif dari stress yang dialami, namun apabila resiliensi
kita rendah maka respon stress bisa berbentuk negatif.
Respon stress yang
berbentuk positif dikelompokkan sebagai
jenis stress yang positif dan menguntungkan yang disebut dengan eustress, sementara respon stress yang
berbentuk negatif dikelompokkan sebagai jenis stress yang merugikan dan merusak
yang disebut sebagai distress. Jika
stress berlangsung dalam waktu yang cukup singkat mungkin memang berdampak
positif bagi kita, namun apabila stress berlangsung dalam waktu yang cukup lama
dan berlarut-larut akan berakibat negatif sehingga akan menggangu kesehatan dan
kehidupan kita.
Secara umum, reaksi
stress dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu reaksi psikologis, reaksi fisiologis, reaksi
proses berpikir, dan reaksi perilaku. Reaksi psikologis merupakan reaksi stress
yang dikaitkan dengan aspek emosi. Reaksi fisiologis merupakan reaksi stress
yang muncul dalam bentuk keluhan fisik seperti pusing, nyeri tengkuk, nyeri
lambung, gatal di kulit, dan bahkan dampak negatif yang paling mengerikan dari
stress dalam waktu yang lama dan terus menerus dapat menyebabkan serangan
jantung, stroke, penurunan kekebalan tubuh dan peningkatan pertumbuhan tumor.
Reaksi proses berpikir yang kita alami saat mengalami stress
tampak dalam gejala sulit
berkonsentrasi, mudah lupa, ataupun sulit mengambil keputusan. Dan terakhir,
reaksi perilaku dari individu yang mengalami stress ditunjukkan oleh
perilaku-perilaku yang menyimpang dari individu tersebut sebagai bentuk coping yang salah seperti minum-minuman
keras, merokok, terjerat narkotika, dan lain sebagainya.
Tak ada satupun
individu yang ingin berlarut-larut dalam kondisi stress yang dialaminya.
Apalagi jika stress sudah berdampak negatif yang tentu saja akan merugikan bagi
diri si individu dan oranglain di sekitarnya. Untuk itu, ada baiknya kita
mengenali sumber stress sehingga dapat mengatasinya dengan coping yang efektif.
Sumber stress bisa bermacam-macam. Bagi yang sudah bekerja, misalnya, sumber
stress yang dialaminya bisa saja dari lingkungan kerja yang tidak kondusif,
konflik dengan rekan kerja atau dengan atasan, pekerjaan yang menumpuk, dan
lain sebagainya. Jika tidak mengetahui dan tidak mengenali sumber stress mana
yang menjadikan kita mengalami stress akan sangat sulit sekali untuk melepaskan
diri dari situasi stress tersebut. Kita akan terjebak di dalamnya.
Setelah mengenali
sumber stress, langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah mengeksekusi
sumber stress agar stress menjadi berkurang. Ini tentu saja tidak mudah,
apalagi jika ternyata sumber stress adalah putus cinta. Yang perlu diingat,
tetaplah berpikiran positif. Apakah stress ini yang akan mengendalikan hidup
kita ataukah kita yang akan mengendalikannya? Pertanyaan ini perlu agar kita
tidak terus menerus terjebak dalam belenggu stress.
Katarsis bisa menjadi
langkah awal untuk mengeksekusi atau mengatasi stress yang kita alami. Katarsis
merupakan sebuah proses pelepasan ketegangan yang terdapat di dalam pikiran dan
perasaan kita. Katarsis dapat dilakukan dalam berbagai bentuk, bisa dengan
menangis, menulis, berteriak, dan lain sebagainya sampai perasaan dan pikiran
kita menjadi ringan.
Langkah selanjutnya
adalah menerima diri sendiri dengan segala kekurangan dan kelebihan yang kita
miliki. Dengan demikian, suasana hati akan lebih tenang dan emosi-emosi negatif
akan berkurang. Ambil sisi positif dari setiap hal yang terjadi, dengan
senantiasa berpikir positif kita tidak akan mudah terjebak dalam suasana emosi
yang negatif. Lalu, lakukan hal-hal yang menyenangkan sesuai hobi kita,
misalkan berkebun, menulis, shopping,
memasak, dan lain sebagainya sehingga perlahan-lahan stress menjadi berkurang
dengan kegiatan-kegiatan yang kita sukai tersebut. (Fitria Osnela, sumber
bacaan: Anjali Arora, 5 Langkah mencegah
dan mengatasi stress, (Jakarta: Bhuana Ilmu Populer), 2008., Masde Al Diwanta,
Bebas Stress, (Yogyakarta: Penerbit
Pagta), 2009., Aep Saefullah, Bagaimana
Mengatasi Stress dan Patah Hati?, (Bandung: Pustaka Reka Cipta), 2010.,
Triantaro Safaria dan Nofrans Eka Saputra, Manajemen
Emosi, (Jakarta: Bumi Aksara), 2009)).
Komentar
Posting Komentar