Rabu, 19 November 2014

Thanks, Axioo...




Axioo milikku akhirnya koma. Si Notebook hitam itu menderita komplikasi yang cukup parah. Sudah pernah jatuh dua kali, baterai yang tidak lagi berfungsi, nyala dalam waktu yang cukup lama bahkan pernah sehari semalaman karena candu nonton drama korea, dan mati dengan terpaksa ketika listrik tiba-tiba mati karena memang sejak baterainya tidak lagi berfungsi ia menjelma jadi komputer.
Menurut seorang teknisi komputer, ketika si NB kubawa untuk cek kesehatan karena tidak mau nyala, hard disk-nya bermasalah. Sehingga untuk sementara waktu, sebelum dapat hard disk baru atau si NB baru, Axioo ini musti istirahat total alias mati total. Padahal hidup tanpa si Axioo itu rasanya hampa. Bayangkan, si Axioo ini sudah menemaniku sejak awal kuliah.
Axioo itu sudah seperti sahabat sejati. Menampung semua ceritaku, sedih dan bahagiaku, tangis dan tawaku, tugas-tugasku, beban-beban yang kurasakan, dan sebagainya, dan sebagainya. Terimakasih Axioo. Banyak kenangan dengan si Axioo.  Dan kenangan itu semuanya terperangkap di dalam si Hard Disk yang sedang bermasalah. Whuaa.. Untung si skripsi ada salinan di Flash Disk.  
Hmm... Wajarkan kalau akhirnya aku merasakan hampa tanpa si Axioo. apalagi sekarang sedang sibuk-sibuknya mengerjakan skripsi dengan perbaikan-perbaikan, so pasti rasanya semakin menginginkan si Axioo kembali. Huaamm... Tapi tunggu kalau nanti sudah kerja dulu lah. Keadaan tidak memungkinkan.  Saatnya belajar menahan nafsu, eh menahan diri.
Sebenarnya si NB bisa bertahan lebih lama jika aku bisa memperlakukanya dengan lebih baik. Bagaimana dengan NB/Laptop kamu? Hmm.. Setidaknya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan biar NB/Laptop tidak cepat koma seperti punyaku, diantaranya: 1) Belilah NB/Laptop dengan kualitas baik J ; 2) Hindari terjatuh, terhimpit benda-benda berat semisal buku yang lumayan tebal, dan kejatuhan benda berat; 3) Gunakan kipas angin ketika menyalakan NB/Laptop; 3) Jangan nyalakan terlalu lama apalagi sampai semalaman;
4) Kalau baterainya sudah tidak berfungsi seperti punyaku, jangan copot si batrai dari  tempatnya, karena adanya batrai akan membantu kestabilan NB/Laptop ketika listrik mati tiba-tiba; 5) Bersihkan NB/Laptop dengan pembersih khusus secara teratur karena debu pun ternyata bisa membuatnya rusak apalagi kalau sudah bertumpuk-tumpuk di dalamnya; 6) Jangan simpan data  hampir memenuhi kapasitas memori, karena bisa membuat Hard Disk merasa terlalu berat sehingga jadi lola alias loading lama. Sebaiknya beli Hard Disk eksternal untuk membagi tempat penyimpanan data yang kita miliki; 7) Gunakan pelindung/tas khusus NB/Laptop ketika membawanya kemana-mana; 8) Masih banyak yang lainnya silahkan tanya pada anak-anak Manajemen Informatika dan sejenisnya.
Well, sekarang kembali ke Laptop eh ke warnet seperti ketika dulu belum punya NB.  Hmm... Setelah si NB tidak bisa lagi digunakan aku pernah ngetik di warnet dan di rental komputer beberapa kali. Dan itu lumayan sulit. Bayangkan, untuk mengetik sebuah tulisan (tulisan terakhir yang kuposting di sini ‘bagaimana menghindari konflik dengan teman sekamar’) itu menghabiskan waktu tiga jam padahal sebelumnya sudah kutulis tangan, karena ketika di warnet tanpa contekan seperti itu inspirasiku susah sekali keluarnya. Pernah, sudah ingin menulis di warnet, tapi satu hurufpun tak ada yang bisa kutuliskan, pikiranku jadi buntu. Kupikir ini disebabkan kondisi warnet atau rental komputer yang ramai, membuat otakku enggan bekerja mungkin karena malu. Memang, aku seringkali sulit menulis ketika merasa ada yang memperhatikan atau melihatku sedang menulis, seakan-akan ada yang ‘mengintip perasaanku’. Sehingga aku malu, dan pada saat itu sepertinya otak mengirim sinyal ‘tidak aman’ sehingga aku tidak bisa menulis. Hmm.. ribet dan berbelit yah, padahal kalau tulisannya sudah selesai juga bakalan kuposting untuk umum. Ckckkck.
Dan... Akhirnya aku memilih pinjam laptop sepupuku, Ita, ketika ingin menulis atau membuat perbaikan skripsi. Alhamdulillah. ***

SKRIPSI OH SKRIPSI



Aku hanya takut  tidak sampai pada waktunya jika beristirahat terlalu lama. Bosan. Aku pernah berpikir bahwa kesulitan yang aku alami mungkin adalah karma atas dosa-dosa masa lalu. Di lain waktu, aku berpikir betapa tidak adilnya Tuhan. Namun, aku kembali menyanggah ketika mengingat beragam kemudahan yang kutemui di awal-awal penulisan skripsi ini. Memang, faktor Praktek Lapangan di Sekolah selama tiga setengah bulan dan praktek lapangan di Luar sekolah selama satu bulan lebih menyebabkan penulisan skripsiku sempat tertunda, namun aku bisa mengejarnya setelah PL usai hingga  seminar proposal pada 23 Juli 2014 lalu. Kupikir itu adalah waktu yang cukup singkat.
Dan Amak adalah orang yang paling sedih ketika mendapati bahwa aku tidak bisa wisuda September lalu. Aku meyakinkan Amak bahwa tak masalah jika tidak wisuda sekarang, aku akan menyelesaikan skripsiku dengan cepat. Aku hanya tinggal melakukan pengumpulan data penelitian. Membuat BAB IV dan BAB V, dan aku mungkin bisa melakukan munaqasah mandiri jika aku bisa melakukan pengumpulan data penelitian paling lambat bulan September ini.
Namun penantian yang panjang selama rentang tanggal 12 Agustus hingga 12 Oktober  untuk melakukan  penelitian membuatku frustasi. Keluarga adalah satu-satunya  motivasi terbesar bagiku. Bahkan pada saat perasaan terombang-ambing selama waktu itu, berbagi pada teman hanyalah sekedar cerita dan pada saat yang sama akupun menjadi pendengar bagi cerita mereka yang hampir sama: penulisan skripsi yang berjalan serupa kura-kura. Dan itu jelas lebih baik daripada berhenti sama sekali.
Tuhan mungkin menginginkan airmata untuk menunjukkan pada-Nya bahwa aku bersungguh-sungguh. Atau Tuhan tahu bahwa aku adalah seseorang yang lebih cepat bekerja jika hampir sampai di batas deadline, sehingga Tuhan memberiku waktu untuk bersantai demikian lama untuk mengerjakan skripsi ini. Keajaiban tidak akan terjadi secara tiba-tiba di dunia nyata pada saat ini, kecuali aku berusaha lebih agar hal itu terjadi. Dan aku berpikir, mungkin perlu bagiku untuk  memberi batas waktu terhadap sebuah penantian. Maka, airmata itupun tertumpah pula di hadapan Pak Dasril dan Pak Ardimen, kedua pembimbingku. Betapa aku ingin mengakhiri penantian panjang yang membosankan ini.
Aku ingin mengganti tempat penelitian. Itulah yang kuutarakan pada kedua pembimbingku. Namun, kali ini harapan hanyalah sebuah distorsi dari ketidakmampuan untuk berbuat lebih. Pembimbingku hanya memberi izin untuk memperpanjang surat rekomendasi penelitian yang telah berakhir tanggal 12 Oktober itu karena berbagai pertimbangan.
Kekonyolan hanyalah sebagian kecil ritme kehidupan yang ingin kuperbaiki. Ya, karena kekonyolan seringkali kusadari setelah beberapa waktu berlalu. Seperti saat ini, ketika menyadari betapa konyolnya yang kulakukan tadi di hadapan Ketua P3M saat hendak melakukan pengurusan perpanjangan surat rekomendasi penelitian itu. Aku lupa bahwa setiap orang tentu saja harus menjalani prosedur standar.
Kamis, 30 Oktober 2014.  Pukul delapan pagi, sebelum berangkat ke kampus untuk kembali melanjutkan proses perpanjangan surat rekomendasi penelitian, aku kembali mencoba menghubungi Ketua MGBK Tanah Datar, dan ternyata kegiatan MGBK akan dilaksanakan hari ini di SMA Muhammadiyah. Ibarat hujan satu hari yang menghapus panas tiga bulan, itulah yang aku rasakan. Maka, pada hari itu aku langsung ke lokasi kegiatan untuk melakukan proses pengumpulan data.
Pengumpulan dan pengolahan data tak membutuhkan waktu lama. Aku sudah bisa memberikan draft BAB IV dan BAB V pada pembimbing II pada hari selasa (04/11). Karena NB-ku sudah tak bisa lagi nyala, maka aku meminjam Laptop Adik sepupuku selama dua hari berada di rumah untuk mengolah data dan membuat BAB IV dan V.
Masa-masa frustasi itu telah berlalu. Tepat di batas akhir penantian, pertolongan Tuhan datang dengan cara yang tak bisa kumengerti. Siapa mengira kegiatan itu bisa terlaksana pada hari itu? Siapa yang menggerakkan hati Ketua dan Koordinator kegiatan itu untuk melaksanakan kegiatan? Apa yang akan terjadi jika pembimbingku mengizinkan tempat penelitian itu di ganti? Dan aku kembali berpikir, bahwa barangkali aku memang perlu menunggu tanpa perlu memberi batas waktu terhadap sesuatu yang layak untukku tunggu. Setiap hal yang terjadi tentu memiliki makna, dan seringkali makna itu tersembunyi dan tidak mudah untuk dipahami. Dan aku, seringkali terlambat memahami setiap makna di kehidupan yang kujalani.
 Skripsi adalah jalan utama untuk sampai pada wisuda. Maka, membuat target wisuda pada waktu yang diinginkan sama sekali tak berguna jika mengesampingkan skripsi. Aku dan sebagian orang mungkin menghabiskan waktu demikian lama untuk menyelesaikan skripsi, sebagian yang lain memilih berhenti dengan alasan idealisme, sementara sebagian lagi masih sibuk dengan hal-hal yang lebih penting lainnya. Maka apapun yang sedang  dihadapi hari ini, hanyalah dampak dari pilihan yang dibuat.
Pada akhirnya, karma hanya akan terjadi jika memilih untuk mempercayai dan melakukannya. Tidak ada dosa-dosa masa lalu yang diwariskan turun temurun, jika memilih untuk mendekati Tuhan. Dan kegagalan ataupun kesulitan yang dihadapi tak lebih sebagai bentuk kurang maksimalnya sebuah usaha. (Rumah-Limokaum, November 2014).