Senin, 29 April 2013

Cerita di Sabtu Senja

Kuberikan lembaran 5 ribuan kepada tukang ojek itu. Ia memberikan kembaliannya, dua lembar uang senilai seribu rupiah kini sudah berada di tanganku. Aku bergegas ke kedai tempatku biasa menunggu.

"Emkazet sabantako baru lewat, kiro-kiro limo minik ko, Nak." kata si pemilik kedai sesaat sebelum aku sempat menduduki bangku panjang di depan kedainya. Sepertinya memang pemilik kedai ini sudah sangat hafal sekali dengan wajahku dan kemana tujuanku. 

"Waah... Wak talambek turun, Pak. Tadi ado kegiatan sakatek. Oto kan lai masih ado ndak, Pak?" pertanyaan yang aku sendiri tahu jawabannya.

 "Lai, Nak. Beko lainyo jam satangah limo, terakhir jam satangah anam". Aku tahu hal ini, tapi setiap duduk di sini aku selalu menanyakan hal itu, untuk meyakinkan diriku bahwa aku memang bisa pulang dan tak ketinggalan bus.

Pembicaraanku dengan pemilik kedai itu hanya sampai di sana. Selebihnya, aku lebih suka diam. Pandanganku tak lepas dari arah datangnya Emkazet. Pikiranku tak henti memikirkan kejadian semalam. Aku benar-benar menyesal telah berkata seperti itu padanya. Tapi di sisi lain, beban di dadaku sudah tidak ada lagi.  Semua lepas.  Ah, Entahlah. Satu hal yang kuyakini, jodoh itu sudah ada yang mengatur. Jika ia benar-benar jodohku, suatu saat ia pasti akan datang padaku. Saat ini aku hanya ingin berhenti memikirkannya. Ya, berhenti.

Sesekali aku memandang pada aktivitas bengkel sepeda yang terletak persis di samping kedai. Ada dua orang lelaki muda di sana, usia mereka kira-kira sepantaran dengan Itha, sepupuku. Seorang bekerja sedang seorang lagi tampak asyik duduk memandangi rekannya yang bekerja. Dari sikap dan gaya bicaranya terlihat bahwa lelaki yang tidak bekerja ini adalah anak si pemilik bengkel yang sekaligus merangkap sebagai toko sepeda ini. Mereka tampak tak terusik dengan kehadiranku yang memandangi mereka.

Hari sudah menunjukkan pukul setengah lima. Tapi Emkazet yang kutunggu tak muncul-muncul. Sementara langit sudah tampak sangat tidak bersahabat. Gelap. Hujan turun. Aku resah menunggu. Biasanya akhir pekan seperti ini banyak pelajar atau mahasiswa yang juga pulang ke Sawahlunto, tapi hari ini hanya aku sendiri. Mereka barangkali sudah dapat bus yang dikatakan si Bapak pemilik kedai tadi.

Aku kembali melihat jam di HP, sudah pukul lima. Berarti harapan satu-satunya adalah Emkazet terakhir jam setengah enam. Emkazet terakhir biasanya selalu penuh dan jika ingin tetap pulang aku harus rela duduk di kursi serap. Itu tidak masalah, toh jarak Batusangkar-Sawahlunto hanya satu setengah jam perjalanan, sebelumnya bahkan aku pernah duduk di kursi serap selama 15 jam perjalanan ke Jambi dengan menumpangi bus Pita Bunga. Aku mengenang kembali bagaimana perjalanan yang kulewati bersama tiga orang temanku, yang kesemuanya perempuan itu.


Tak sengaja mataku kemudian mendapati seorang perempuan berusia kira-kira 50 tahunan berlari menerobos hujan ke arahku -barangkali ke arah kedai tempatku duduk-. Setelah dekat, beliau bertanya, "lah lewat emkazet, Nak?" Seperti mendapat durian runtuh aku langsung menjawab pertanyaan si Ibu.

 Aku lega ternyata Ibu ini mempunyai tujuan yang sama denganku. Keresahanku mulai menipis. Setidaknya aku tidak sendiri. Jujur, aku takut sendiri. Kami pun berbincang. Ternyata si Ibu adalah pemilik studio foto Simauang Indah yang terletak di samping masjid Taqwa Talawi. Maksudnya datang ke Batusangkar ini adalah untuk mengambil hasil cetak foto prawedding pelanggannya. Beliau kesal sekali terhadap pemilik tempatnya mencuci foto tersebut karena ketika di telpon ia mengatakan sudah bisa dijemput tapi ketika ia datang ternyata foto tersebut belum di cetak. Sehingga ia harus menunggu lama. Aku hanya tersenyum menanggapi ceritanya. Ibu ini tampak mudah sekali bercerita pada orang yang baru dikenalnya. Setelah menceritakan tujuan kedatangannya di kota budaya ini, ia melanjutkan dengan menceritakan anak perempuannya yang saat ini sedang kuliah profesi keperawatan, kemudian sampai pada teman dekat putrinya tersebut yang tinggal di kota ini. Perbincangan itu lumayan untuk mengusir kebosanan menunggu Emkazet.

Hari tampak semakin gelap. Jam pun ternyata sudah menunjukkan pukul enam kurang lima menit. Aku mulai khawatir, jangan-jangan tidak ada Emkazet lagi untuk hari ini. Hal serupa juga dialami si ibu. Ibu itu menelpon seseorang, dari cara bicaranya terlihat  ia menelpon anak lelakinya minta dijemput kalau memang tak ada lagi Emkazet. Sementara aku memberi kabar ke rumah. Aku dan Ibu itu sepakat akan menunggu Emkazet sampai jam setengah tujuh malam. Jika jam setengah tujuh belum juga datang, aku kembali ke kos dan si Ibu akan di jemput anaknya, eh maksudku calon menantunya.

Sudah hampir setengah tujuh. Emkazet yang ditunggu tak kunjung datang. Aku sudah pastikan akan kembali ke kos. Sms dari Nocha masuk bertubi-tubi. Memastikanku apakah kembali ke kos atau sudah dapat bus. Aku tahu di rumah pasti sangat khawatir, terlebih Amak.

Tiba-tiba Ibu itu berdiri, sebuah Avanza silver berhenti melewati kedai sedikit. Orang dari dalam Avanza berteriak, "pulang, Ni?"

"Iyo" kata si ibu, seraya ia berjalan ke arah Avanza. Aku termangu. Ibu itu memanggilku.

 "Capek lah, ko kawan Ibuk mah... Ikuik lah naiak," katanya. Tanpa pikir panjang aku langsung mengikuti Ibu itu. Aku masih sempat berteriak pada Bapak pemilik kedai minta izin pulang. Yang menjawab malah dua lelaki muda di bengkel sepeda itu.

Aku seperti pernah mengenal teman Ibu ini. Wajahnya tidak asing. Setelah bincang-bincang, ternyata beliau adalah sopir angkot Sawahlunto-Talawi-Sawahlunto. Pantas saja wajahnya seperti tidak asing. Beliau bahkan masih ingat aku, beliau katakan bahwa dulu aku sering naik angkotnya ketika masih duduk di Tsanawiyah Talawi. Setibanya di Bukit Gombak, Emkazet lewat. Tapi aku bersyukur, karena aku tidak duduk di kursi serap. (Hehhehe).

Sampai di Talawi, Ibu itu turun. tak urung aku khawatir. Turun di sini tidak mungkin, siapa yang akan menjemputku ke sini nanti. Ku beranikan tanya, "Om, lewat Kolok atau Lewat salak?"

"Sabananyo sih lewat Kolok. Kalau turun di siko malam-malam ko ndag ado ojek do ndag?" kata si Om.

"Ndag Om."

"Kalau ndag ado Om lewat Salak."

"Maaf merepotkan Om."

"Ndag ba a do."

Setibanya di Simpang Kolok, kebetulan sekali Emkazet yang tadi sempat kulihat berhenti di sana. Aku kemudian bilang pada si Om bahwa aku turun di sini saja dan melanjutkan dengan naik Emkazet seraya  tak lupa bilang terimakasih padanya. Sopir Emkazet itu terlihat sedang menurunkan barang bawaan penumpang.

 "Pak, wak naiak ciek, Pak," kataku.

"Naiaklah, Nak," katanya.

Kuedarkan pandangan ke seluruh isi bus,  hanya tinggal 5 orang penumpang. Biasanya ongkos angkot dari Talawi ke Salak hanya dua ribu rupiah, kalau Emkazet biasanya lebih murah. Tapi aku akan bayar tetap dua ribu. Aku mencari-cari uang kembalian ojek tadi sore dalam saku tas.

Tiba di Simpang Kandi, mobil itu hendak belok. Kuteriak bahwa ada yang turun di Salak. Sang sopir melihat padaku. Tampak sekali wajah kesalnya. "Ooo... ko yang naiak dari oto putiah tadi mah yoo," katanya.

"Bukan putih, tapi silver," jawabku dalam hati.

 Meski tampak kesal, si Bapak tidak jadi belok. Adduuhh, aku benar-benar merasa tidak enak. Pasti si Bapak sudah sangat lelah dan cepat-cepat ingin sampai di rumahnya. Kehadiranku membuatnya harus memutar jalan, itu lebih lama. Aku berubah pikiran, kumasukkan kembali uang dua ribu tersebut dan kukeluarkan selembar 10 ribu, satu-satunya sisa uangku yang memang untuk ongkos pulang. Aku memberhentikan bus itu tepat di simpang tiga dan memberikan uang sepuluh ribu pada si Bapak.

"Baliak annyo ambiak ajo lah, Pak. Ndag ba do," kataku. Penumpang yang duduk di samping sopir bertanya sambil tersenyum, "yo bana lai ndag ba a?

"Ndag ba a do pak," kataku menegaskan.  Bus Emkazet itupun melaju.

Abak menungguku di kedai Tek Sum. Kehangatan rumah tinggal sejengkal lagi.
***

Sabtu senja itu selalu sama, yang membedakan hanyalah dengan siapa aku bertemu dan berapa lama aku menunggu.

Rabu, 10 April 2013

HADIS-HADIS TENTANG AKHLAK KONSELOR ISLAMI


Pada proses konseling, keberhasilan tidak hanya ditentukan oleh seberapa profesional seorang konselor dalam menjalankan profesinya, seberapa profesional ia mempraktekan teori-teori yang telah dipelajarinya. Akan tetapi, jauh dibalik itu akhlak seorang konselor juga menjadi penentu keberhasilan proses konseling itu.
Sebagai orang muslim, Nabi Muhammad Saw adalah contoh teladan akhlak yang baik. Konselor bisa menerapkan akhlak Rasululullah dalam kehidupan sehari-harinya sehingga ketika melakukan proses konseling, ia disukai klien  dan proses  konseling yang ia lakukan berjalan baik. Karena konselor merupakan acuan dan pedoman bagi klien, maka sudah selayaknya konselor perlu memiliki akhlak islami.
Dalam makalah ini, pemakalah akan menjabarkan beberapa hadist tentang akhlak konselor islami, yaitu: Akhlak Sebagai Standar Kebaikan, Mencintai dan Membenarkan Kebenaran, Jujur dan Amanah, Tabligh/Aspiratif, Ikhlas, Sabar dan Lemah Lembut, Rendah Hati dan Santun.

1.      Akhlak Sebagai Standar Kebaikan
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو يُحَدِّثُنَا إِذْ قَالَ لَمْ يَكُنْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاحِشًا وَلَا مُتَفَحِّشًا وَإِنَّهُ كَانَ يَقُولُ إِنَّ خِيَارَكُمْ أَحَاسِنُكُمْ أَخْلَاقًا [رواه البخاري] [1]
Artinya :dari Abdullah bin Amru, dia berkata Rasulullah Saw tidak pernah berbuat keji dan tidak pula menyuruh berbuat keji, bahwa beliau bersabda: sesungguhnya sebaik-baik kalian adalah yang paling mulia akhlaknya. (HR. Bukhari)
عَنْ جَابِرٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا وَإِنَّ أَبْغَضَكُمْ إِلَيَّ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ وَالْمُتَفَيْهِقُونَ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَدْ عَلِمْنَا الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ فَمَا الْمُتَفَيْهِقُونَ قَالَ الْمُتَكَبِّرُونَ  .قَالَ أَبُو عِيسَى: وَالثَّرْثَارُ هُوَ الْكَثِيرُ الْكَلَامِ وَالْمُتَشَدِّقُ الَّذِي يَتَطَاوَلُ عَلَى النَّاسِ فِي الْكَلَامِ وَيَبْذُو عَلَيْهِمْ [رواه الترمذي] [2]
                        Artinya: Dari Jabar, Nabi bersabda: sesungguhnya termasuk orang yang paling aku cintai dan paling dekat tempat duduknya dengan aku kelak dihari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya. Dan orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku pada hari kiamat kelak adalah tsartsarum, mutasyadiqum, dan mutafaihiqum, sahabat berkata,” ya rasululullah, kami sudah tahu arti tsartsarum, mutasyadiqum, lalu apa arti Mutafaihiqum?” Beliau menjawab, “ Orang-orang sombong”. (HR. Tarmidzi)
Layaknya seorang konselor memiliki akhlak yang mulia, dan menjauhi akhlak yang keji, karena seorang konselor akan menjadi contoh bagi klien. Jadi seorang konselor islami dapat berpedoman pada akhlak Rosulullah SAW yang mana semuanya itu tertera pada Al-Quran dan Hadist. Selain itu seorang konselor tidak boleh bersifat sombong. Seharusnya konselor menjauhi sifat sombong.
2.      Mencintai dan Membenarkan Kebenaran
Seorang pembimbing atau konselor harus memiliki sifat siddiq, yakni cinta pada kebenaran dan mengatakan benar sesuatu sesuatu yang memang benar.[3]
عَنْ أَوْسَطَ بْنِ إِسْمَعِيلَ الْبَجَلِيِّ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا بَكْرٍ حِينَ قُبِضَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ قَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَقَامِي هَذَا عَامَ الْأَوَّلِ ثُمَّ بَكَى أَبُو بَكْرٍ ثُمَّ قَالَ عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّهُ مَعَ الْبِرِّ وَهُمَا فِي الْجَنَّةِ وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّهُ مَعَ الْفُجُورِ وَهُمَا فِي النَّارِ وَسَلُوا اللَّهَ الْمُعَافَاةَ فَإِنَّهُ لَمْ يُؤْتَ أَحَدٌ بَعْدَ الْيَقِينِ خَيْرًا مِنْ الْمُعَافَاةِ وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَقَاطَعُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا [رواه إبن ماجه] [4]
                        Artinya: Dari Autsah bin Ismail, Nabi SAW pernah berdiri ditempatku ini, kemudian Abu Bakar menangis. Lalu nabi berkata, berlaku jujurlah kalian. Karena sesungguhnya kejujuran akan diiringi oleh kebaikan dan keduanya akan (mengiringi pelakunya ke dalam) surga. Jauhilah dusta. Karena dusta akan senantiasa diirigi oleh kemaksiatan, keduanya (akan mengiringi perilaku menuju) neraka. Mintalah kepada Allah perlindungan, karena sesungguhnya tidak ada karunia yang lebih baik, setelah keimanan daripada perlindungan Allah. Janganlah kalian saling memboikot dan membenci. Hendaklah kalian menjadi hamba-hamba Allah yang bersaudara. (HR. Ibnu Majah).
                                    Hadist diatas menjelaskan bahwa sifat jujur akan membawa pelakunya ke dalam sorga. Sedangkan jika sifat dusta akan membawa pelakunya ke dalam neraka.
Kebenaran bersifat relatif, akan tetapi kebenaran yang haqiqi adalah kebenaran yang datang dari Allah SWT. Nabi Muhammad bersabda yang di riwayatkan oleh HR. Tarmidzi:
عَنْ أَبِي الْحَوْرَاءِ السَّعْدِيِّ قَالَ قُلْتُ لِلْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ مَا حَفِظْتَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ حَفِظْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لَا يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ [رواه الترمذي] [5]
Artinya: Dari abil Haura’ Sa’diyya berkata Hasan Bin Ali Bin Abi Abi Thalib, Cucu Rasulullah, “Apa yang kamu hafal dari rasululah?” Dia berkata, “saya telah menghafal dari rasululah SAW: Tinggalkan apa-apa yang kamu ragukan menuju apa-apa yang tidak kamu ragu. Sesungguhnya kebenaran itu adalah tum’ninah dan kebohongan itu riba. (HR. Tarmidzi)
Agar proses konseling berjalan dengan baik, maka seorang konselor harus mencintai klien dan membenarkan semua perkataan klien karena sebagaimana yang kita ketahui bahwa klien tidak pernah salah. Dan apabila klien saat menyampaikan kata-kata ternyata ada yang salah kita tidak boleh langsung menyalahkannya.
Dalam proses konseling konselor harus mencintai kliennya dengan sukarela membantu permasalahan yang dialami klien dan mengentaskan permasalahan dengan rasa cintanya itu. Dalam menyikapi persoalan setiap konselor agar mencari tahu kebenaran dan menjunjung tinggi kebenaran tersebut, sehingga dengan kebenaran yang didapatkan, pengentasan sebuah persoalan pun dapat dientaskan secara maksimal. Dalam hal ini, bukan berarti konselor membenarkan semua perkataan klien, karena belum tentu semua yang dikatakan oleh klien itu benar, disini konselor mengarahkan klien untuk mengatakan sesungguhnya yang benar.
3.      Jujur dan Amanah
َنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ أَخَذَ أَمْوَالَ النَّاسِ يُرِيدُ أَدَاءَهَا أَدَّى اللَّهُ عَنْهُ وَمَنْ أَخَذَ يُرِيدُ إِتْلَافَهَا أَتْلَفَهُ اللَّهُ [رواه البخاري] [6]                                                              
Artinya: Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda “siapa yang mengambil (berutang) harta manusia dan ingin membayarnya maka Allah melunaskannya. Sementara siapa yang berutang dengan keinginan untuk menelantarkannya (tidak membayar) maka Allah benar-benar membinasakannya”.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بن مَسْعُودٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:لا إِيمَانَ لِمَنْ لا أَمَانَةَ لَهُ، وَلا دِينَ لِمَنْ لا عَهْدَ لَهُ، وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لا يَسْتَقِيمُ دِينَ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيمَ لِسَانُهُ، وَلا يَسْتَقِيمُ لِسَانُهُ حَتَّى يَسْتَقِيمَ قَلْبُهُ، وَلا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ لا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ، قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا الْبَوَائِقُ؟ قَالَ:غَشْمُهُ وَظُلْمُهُ، وَأَيُّمَا رَجُلٍ أَصَابَ مَالا مِنْ غَيْرِ حِلِّهِ، وَأَنْفَقَ مِنْهُ، لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ، وَإِنْ تَصَدَّقَ لَمْ تُقْبَلْ مِنْهُ، وَمَا بَقِيَ فَزَادُهُ إِلَى النَّارِ، إِنَّ الْخَبِيثَ لا يُكَفِّرُ الْخَبِيثَ، وَلَكِنَّ الطَّيِّبَ يُكَفِّرُ الْخَبِيثَ. [رواه الطبراني] [7]
Artinya: Dari Abdullah Bin Mas’ud berkata: Rasulullah SAW bersabda: Tidak sempurna iman seseorang yang tidak amanah, dan tidak sempurna agama seseorang yang tidak menunaikan haji, dan atas nama Allah yang jiwa Muhammad ada pada tangannya, tidak akan istiqamah agama seseorang sebelum istiqamah lisannya, dan tidak akan istiqamah lisannya apabila hatinya tidak istiqamah. Dan tidak akan masuk surga bagi siapa yang selalu mengganggu tetangganya.  Mereka berkata, “Wahai Rasulullah, apa itu Bawaih yaitu kekerasan dan penindasan dan ketika seseorang pemuda mendapatkan harta yang tidak halal, dan dia menafkahkannya, maka tidak ada berkah yang dia dapatkan dan apabila dia sedekahkan maka tidak diterima yang tinggal baginya hanyalah neraka sesungguhnya kebusukan tidak akan menutup kebusukan/kejahatan, akan tetapi kebaikanlah yang akan menutup kebusukan. (HR. Thabrani)
Yang dimaksud jujur disini adalah bahwa seorang konselor itu harus bersikap transparan, autentik dan asli. Sikap jujur ini sangat penting dalam konseling karena alasan-alasan berikut:
a.       Sikap keterbukaan memungkinkan konselor dan klien untuk menjalin hubungan psikologis yang lebih dekat satu sama lainnya dalam proses konseling, konselor yang menutup atau menyembunyikan bagian-bagian terhadap klien dapat menghalangi terjadinya relasi yang lebih dekat. Kedekatan hubungan psikologis sangat penting dalam konseling, sebab dapat menimbulkan hubungan secara langsung dan terbuka antara konselor dengan klien. Apabila konselor fdengan klien tertutup dalam konseling maka dapat menyebabkan merintangi perkembangan klien.
b.      Kejujuran memungkinkan konselor dapat memberikan umpan secara objektif kepada klien.[8]
Karena tugas konselor berpotensi untuk mengetahui berbagai kondisi konseli. Ada yang bersifat biasa dan ada yang rahasia. Ada yang boleh diketahui oleh publik tanpa menimbulkan masalah baik dari segi fisik maupun mental dan ada pula yang memalukan jika diketahui oleh orang banyak. Dalam hal ini konselor harus dapat menjaga rahasia, jika hal ini tidak terlaksanakan maka orang yang bermasalah enggan untuk berkonsultasi dengan konselor, sehingga proses konseling tidak sampai terjadi, atau hubungan antara konselor dengan konseli dapat terganggu. Kemampuan untuk menjaga rahasia juga dituntut bagi konselor yang profesional. Rahasia konseli merupakan amanah bagi konselor. Ia tidak boleh membeberkannya kepada orang yang tidak berhak (berkepentingan). Bila hal itu dilakukannya erarti ia menghianatinya. Dengan demikian, menceritakan kondisi klien yang termasuk kategori gibah diatas selain melanggar kode etik profesi konselor juga termasuk munafik.
Selain itu, jujur seorang konselor yang jujur diberika kebaikan baik di dunia dan akhirat. Ia akan dimakkan ke dalam surga yang mendapat gelar kelak akhirat, ia akan dimasukan kedalam surga dan mendapat gelar yang sangat terhormat yaitu siddiq. Artinya orang yang sangat jujur dan benar.
Konselor yang jujur dan amanah merupakan konselor yang mampu menjalankan tugas sesuai dengan posisinya.
4.    Tabligh atau Aspiratif
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ فَكَتَمَهُ أَلْجَمَهُ اللَّهُ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ [رواه أبو داود] [9]

Artinya: Dari Abu Hurairah berkata, Rasulululah SAW bersabda: Barang siapa ditanya tentang suatu ilmu, lalu dirahasiakannya, maka dia akan datang pada hari kiamat dengan kendali (di mulutnya) dari api neraka. (HR. Abu Daud)

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَحْقِرْ أَحَدُكُمْ نَفْسَهُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ يَحْقِرُ أَحَدُنَا نَفْسَهُ قَالَ يَرَى أَمْرًا لِلَّهِ عَلَيْهِ فِيهِ مَقَالٌ ثُمَّ لَا يَقُولُ فِيهِ فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَا مَنَعَكَ أَنْ تَقُولَ فِي كَذَا وَكَذَا فَيَقُولُ خَشْيَةُ النَّاسِ فَيَقُولُ فَإِيَّايَ كُنْتَ أَحَقَّ أَنْ تَخْشَى [رواه ابن ماجه] [10]
Artinya: Diriwayatkan dari Abu Sa’id, beliau berkata: Rasulullah telah bersabda: janganlah salah seorang mencela dirinya. Mereka berkata, “wahai rasulullah bagaimana seseorang mencela dirinya sendiri?” Beliau menjawab: “dia melihat perkara Allah diperbincangkan lalu dia tidak mengatakan (pembelaan) kepadanya. Maka Allah Azza Wa Jalla akan berkata kepadanya kelak dihari kiamat, “ Apa yang mencegahmu untuk mengatakan begini dan begini?” lalu dia menjawab, “ Saya takut terhadap manusia.” Maka Allah pun berfirman, “ Aku lebih berhak untuk kamu takuti.” (HR. Ibnu Majah).
Konselor adalah  orang yang banyak mempunyai informasi dan senang memberikan dan menjelaskna informasinya. Konselor bukanlah pribadi yang mahakuasa yang tidak mau berbagi dengan orang lain.[11] Oleh karena itu, Maksud hadist di atas adalah seorang konselor harus menyampaikan suatu informasi yang benar kepada kliennya agar klien dapat terbebas dari permasalahan yang dihadapinya. Dimana dalam penyampaian ini konselor menyampaikan kebenaran yang ada tentang apa-apa saja yang diketahui tentang pencegahan dan pengentasan permasalahan kliennya.
Hal ini terkait dengan layanan konseling yaitu layanan informasi, yang mana seorang konselor dapat memberikan informasi kepada kliennya, dalam layanan informasi konselor memberikan informasi yang bermanfaat bagi klien agar adanya permasalahan klien terhadap sesuatu. Layanan informasi dapat diberikan oleh seorang konselor, yang berguna untuk pengentasan masalah klien itu.
5.    Ikhlas
َنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً سَمِعَ مَقَالَتِي فَوَعَاهَا وَحَفِظَهَا وَبَلَّغَهَا فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ ثَلَاثٌ لَا يُغِلُّ عَلَيْهِنَّ قَلْبُ مُسْلِمٍ إِخْلَاصُ الْعَمَلِ لِلَّهِ وَمُنَاصَحَةُ أَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَلُزُومُ جَمَاعَتِهِمْ فَإِنَّ الدَّعْوَةَ تُحِيطُ مِنْ وَرَائِهِمْ [رواه الترمذي] [12]

Artinya: Dari Abdullah bin Mas’ud Nabi bersabda: semoga Allah memberikan cahaya kepada wajah orang yang mendengar perkataan Ku. Kemudian dia memahaminya, menghafalnya dan menyampaikannya. Betapa banyak orang yang membawa Fiqih kepada orang yang lebih paham daripadanya. Tiga hal yang hati seorang muslim tidak akan dapat dengki atasnya, (1) ikhlas dalam beramal; (2) menasehati imamul muslimin; (3) menepati jama’ah muslimin. Maka sesungguhnya do’a ereka itu mengikuti dari belakang mereka. (HR. Tarmidzi).

عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ يَسَارٍ قَالَ تَفَرَّقَ النَّاسُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ فَقَالَ لَهُ نَاتِلُ أَهْلِ الشَّامِ أَيُّهَا الشَّيْخُ حَدِّثْنَا حَدِيثًا سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ نَعَمْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لِأَنْ يُقَالَ جَرِيءٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ عَالِمٌ وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِئٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَعْطَاهُ مِنْ أَصْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ مَا تَرَكْتُ مِنْ سَبِيلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيهَا إِلَّا أَنْفَقْتُ فِيهَا لَكَ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَادٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ [رواه مسلم] [13].

Konselor adalah seseorang yang punya keinginan kuat dan ikhlas untuk membantu oranglain agar bisa berperilaku sesuai petunjuk al-Qur’an dan Hadist.[14] Ikhlas yang dimaksud dalam hadist ini yaitu, bagaimana konselor dalam menjalankan tugasnya memberikan layanan bantuan kepada klien. Hal ini dapat dikaitkan dengan asas kesukarelaan, dimana konselor harus ikhlas memberikan layanan tanpa adanya keterpaksaan dalam upaya pengentasan permasalahan klien.
6.      Sabar dan Lemah Lembut
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ إِنَّ نَاسًا مِنْ الْأَنْصَارِ سَأَلُوا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَعْطَاهُمْ ثُمَّ سَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ ثُمَّ سَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ حَتَّى نَفِدَ مَا عِنْدَهُ فَقَالَ مَا يَكُونُ عِنْدِي مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ أَدَّخِرَهُ عَنْكُمْ وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنْ الصَّبْرِ [رواه البخاري] [15]
Artinya:  Dari Abi Sa’ad Al-Khudri ra, berkata: sesungguhnya sekelmopok orang dari sahabat anshar berkata, “meminta sesuatu dari rasulullah, kemudian beliau memberinya kemudian mereka meminta lagi. Dan Rasululullah SAW memberinya lagi, sehingga semua habis. Maka rasululah bersabda, “apa saja yang aku miliki dari kebaikan, maka aku tidak pernah menyimpannya dari kalian. Barang siapa yang menjaga sifat iffah maka Allah akan memberikannya. Dan barang siapa yang merasa cukup maka allah mencukupinya, barang siapa mencoba untuk sabar maka Allah akan menyabarkannya. Dan tidaklah seseorang diberikan pemberian yang lebih  baik dan yang lebih luas dari kesabaran. (HR. Bukhari)

عَنْ صُهَيْبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ [رواه مسلم] [16]

Artinya: Dari Shuhaib, beliau berkata, rasulullah SAW bersabda: menakjubkan keadaan seorang mukmin.sesungguhnya urusan semuanya baik, tidakkah ada yang demikian ini kecuali kepada seorang mukmin. Jika ditimpa hal yang menyenangkan dia bersyukur itu adalah yang baik baginya. Jika ditimpahkan sesuatu hal yang menyusahkan dia bersabar, maka itu adalah baik baginya. (HR. Muslim)

Dalam melaksanakan tugas, seorang konselor akan berhadapan dengan tipe klien yang unik. Masalah dan problematika yang sedang dihadapi dapat membuat klien kehilangan keseimbangan dalam berbicara, bersikap dan bertindak.
Untuk itu semua diperlukan kesabaran dan lemah lembut konselor. Dalam hal ini konselor hendaknya mampu menerima klien apa adanya dengan penuh kesabaran dan sikap lemah lembut terhadap klien. Konselor agar dapat mengarahkan klien dengan sikap sabar dan lemah lembut ke arah yang lebih baik.
Sikap lemah lembut merupakan sikap yang tidak bisa dipisahkan dari sikap kasih sayang yang harus dimiliki oleh konselor. Demikiannya halnya Rosulullah SAW, sebagai konselor umat sepanjang zaman, juga memiliki akhlak yang lemah lembut.
7.      Rendah Hati dan Santun
عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَا عَائِشَةُ إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِي عَلَى الرِّفْقِ مَا لَا يُعْطِي عَلَى الْعُنْفِ وَمَا لَا يُعْطِي عَلَى مَا سِوَاهُ [رواه مسلم] [17]                                         Artinya: Dan dari Aisyah ra berkata:”bersabda Rosulullah SAW ya Aisyah, sesungguhnya Allah SWT maha lembut dan dia mencintai kelembutan dan Allah SWT memberikan pahala atas kelembutan, tetapi tidak memberikan pahala ketergesaan dan tidaklah Allah SWT memberikan pahala atas kelembutan sama seperti memberikan pahala kepada selain-Nya, (HR.Muslim)
عَنْ عِيَاضِ بْنِ حِمَارٍ أَنَّهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ وَلَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ [رواه أبو داود] [18]                                                                                                      
Artinya: Dari Iyad bin Himar berkata, Rosulullah SAW bersabda kepada Asyaj Abdul Qais. “ ada dua hal dari diri mu yang disukai oleh Allah : sabar dan pelahan-lahan.(HR.Abu Daud)
Hal ini sesuai dengan etika seorang konselor harus rendah hati dan konselor harus menampilkan sifat santun selama menjalani proses konseling kepada kliennya dan menghargai apa saja yang disampaikan oleh kliennya.
                                                                                   









[1] al-Bukhârî, Shahîh al-Bukhârî, Juz 4, h. 230, hadits 3559
[2] al-Turmudzî, Sunan al-Turmudzî, Juz 3, h. 438, hadits 2018
[3] Thohari Musnamar,  Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami, (Yogyakarta: UII Pres, 1992), h.,44
[4] Ibn Mâjah, Sunan Ibn Mâjah, Juz 5, h. 19, hadits 3849
[5] al-Turmudzî, Sunan al-Turmudzî, Juz 4, h. 249, hadits 2518
[6] al-Bukhârî, Shahîh al-Bukhârî, Juz 3, h. 152, hadits 2387
[7] al-Thabrânî, al-Mu’jam al-Kabîr al-Thabrânî, Juz 9, h. 81, hadits 10401
[8]http://www-Suparman. Blogspot.com/2011/11/01/akhlak-konselor-islam.htm
[9] Abû Dâwud, Sunan Abî Dâwud, Juz 3, h. 360, hadits 3660
[10] Ibn Mâjah, Sunan Ibn Mâjah, Juz 5, h. 142, hadits 4008
[11] Anas Salahuddin, Bimbingan dan Konseling, (Bandung: Pustaka Setia, 2010)., h. 194
[12] al-Turmudzî, Sunan al-Turmudzî, Juz 4, h. 331, hadits 2658
[13] Muslim ibn al-Hajjâj, Shahîh Muslim, Juz 6, h. 47, hadits 5032
[14] Erhamwilda, Konseling Islami, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h., 115
[15] al-Bukhârî, Shahîh al-Bukhârî, Juz 2, h. 151, hadits 1469
[16] Muslim ibn al-Hajjâj, Shahîh Muslim, Juz 8, h. 227, hadits 7692
[17] Muslim ibn al-Hajjâj, Shahîh Muslim, Juz 8, h. 22, hadits 6766
[18] Abû Dâwud, Sunan Abî Dâwud, Juz 4, h. 425, hadits 4897