Musim kabut telah berlalu. Masa UAS pun telah
berakhir. Anak-anak kelas dua belas berjibaku menunggu datangnya UN yang hanya
berselang tiga minggu lagi. Perasaan anak-anak itu saat ini barangkali sama
dengan perasaanku dulu, saat berada pada usia dan kelas yang sama seperti
mereka. Sekolah berjalan dengan dinamika yang baru dari hari ke hari. Sementara
guru-guru sibuk menyiapkan pelaksanaan ujian tengah semester, bersatu padu
semaksimal mungkin agar kelas dua belas lulus seratus persen, maka anak-anak
lain tertawa, berseloroh, beberapa diantaranya tidak hadir tanpa alasan yang
jelas, yang lainnya memilih cabut pada saat jam mata pelajaran yang tidak
disukai, dan terkadang bermasalah dengan guru, sedang yang lainnya lagi berusaha
mengevaluasi diri dan memacu diri agar lebih baik dari hari ke hari. Mereka hanyalah
remaja-remaja yang membutuhkan perhatian, arahan, dan bimbingan lebih.
Lalu, aku terhenti tepat ditengah dinamika
disekelilingku. Memandang jauh ke dalam diri. Aih, begitu banyak hal yang harus
kuperbaiki. Beberapa waktu yang lalu, aku hanyalah kanak-kanak yang
bermetamorfosa menjadi seorang remaja, lalu hari ini aku mendapati diriku telah
menjadi sosok dewasa-begitu pula orang-orang melihatku, barangkali. Menjadikan
manusia terus tumbuh dewasa adalah proses alami Tuhan, namun bersikap dewasa
adalah sebuah pilihan. Lebih jauh ke dalam, aku mendapati diriku belumlah
menjadi sosok dewasa yang mampu bersikap dewasa. Tuhan, ternyata di sana
terselip keinginan untuk selalu menjadi kanak-kanak; kanak-kanak yang selalu
ingin di dengar, kanak-kanak yang selalu ingin diberi perhatian, kanak-kanak
yang ingin dibiarkan bebas bermain, kanak-kanak yang selalu ingin jadi pusat
perhatian, kanak-kanak yang menginginkan kehidupan masa depan seperti imajinasi
dalam fikirannya.
21 Maret hari ini, 22 tahun sudah usiaku. Aku bukan
lagi seorang remaja. Bahkan, hari ini aku telah berdiri di hadapan puluhan siswa
yang memandang dengan berbagai ekspresi padaku. Padahal, empat tahun lalu,
akulah yang berada pada posisi mereka saat ini. Sungguh, begitu cepat waktu
berlalu. Maka, waktu pula lah yang menjadikan 21 Maret tahun ini begitu berbeda
dengan 21 Maret pada tahun-tahun yang lalu. Meski, tengah malam itu kau masih
berusaha agar tetap sama seperti tahun-tahun itu.
Aku membuat waktu menjadi pilihan terbaik untuk
perbedaan itu. Pada masa-masa itu, aku selalu bertanya, kapan waktu yang tepat
bagi kita? Akankah kau akan datang pada waktu yang ini? Ataukah aku akan
menunggu sampai waktu yang lain? Lalu,
aku terbiasa sendiri diantara waktu yang
panjang dalam kebersamaan kita. Kemudian, menutupi kerinduan yang mendalam
padamu dengan lontaran-lontaran kecut yang tentu tak kau suka. Ah, kau benar.
Tak seharusnya aku begitu. Namun, aku tak bisa mengungkapkan kerinduan itu dan
hanya berharap agar kau mampu menyelami isi hatiku. Tentu, kau bukanlah Tuhan
yang mampu mengetahui isi hati manusia. Terbiasa sendiri, terbiasa menyimpan
rindu, dan berusaha menepis pikiran-pikiran negatif tentangmu yang selalu
muncul di saat lain, membuatku menjadi muak dan mulai bertanya,’Bahagiakah
aku?’ Maka, aku memilih lepas dari rasa
yang menyesakkan dada itu. Kukatakan dengan tegas pada diriku, ‘Aku akan
bahagia tanpamu.” Sudahlah, membandingkan kehidupan yang lalu dengan saat ini
hanya akan membuat lubang yang dalam di hati. Maka, menatap masa depan dengan
bahagia yang lain tentu akan lebih baik.
21 Maret hari ini menjadi ajang instropeksi diri.
Betapa aku masih sering lalai pada kewajibanku sebagai seorang hamba. Betapa
aku masih belum sempurna menjadi anak yang berbakti pada orangtua, belum mampu menjadi
adik yang baik, kemudian aku perlu memperbaiki komunikasi dengan orang lain,
dan berusaha lebih terbuka. Terakhir, aku berharap menjadi lebih dewasa dalam
menyikapi berbagai persoalan hidup yang datang. Maka, selaksa do’a yang
dihantarkan kawan-kawan padaku adalah kado spesial pada 21 Maret ini. Komawo.
Terakhir, aku ingin mengucapkan kalimat sederhana
ini pada diri: Happy Birthday, Fla (Fitria osneLA) ! Tersenyumlah dengan ikhlas, sebab semua akan indah pada
waktunya.
(Simawang, 22 Maret 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar