Kawasan Pengembangan dalam Bimbingan dan Konseling



1.      Kawasan Pengembangan Teknologi Pengajaran
Kawasan pengembangan teknologi pengajaran berakar pada produksi media, dan kemunculan film merupakan tonggak sejarah dari gerakan audiovisual ke era teknologi pembelajaran sekarang ini. Film mulai digunakan untuk kegiatan pembelajaran (teknologi audiovisual) pada tahun 1930-an, dan selama Perang Dunia II film digunakan untuk bahan belajar (pelatihan militer). Setelah perang, televisi sebagai media digunakan untuk kepentingan pendidikan. Sekitar tahun 1970-an komputer mulai digunakan untuk pembelajaran, dan permainan simulasi menjadi mode di sekolah. Selama tahun 1980-an teori dan praktik di bidang pembelajaran yang berlandaskan komputer berkembang seperti jamur. Dan sekitar tahun 1990-an, multimedia terpadu yang berlandaskan komputer merupakan ciri dari kawasan pengembangan.
Kawasan pengembangan tidak hanya terdiri atas perangkat keras pembelajaran, melainkan juga mencakup perangkat lunaknya, bahan-bahan visual dan audio, serta program atau paket yang merupakan paduan berbagai bagian. Di dalam kawasan pengembangan terdapat keterkaitan yang kompleks antara teknologi dan teori yang mendorong terhadap desain pesan maupun strategi pembelajarannya. Seels & Richey menyatakan (Bambang Warsita, 2008 : 27), bahwa kawasan pengembangan terjadi karena : a) pesan yang didorong oleh isi; b) strategi pembelajaran yang didorong oleh teori; c) manifestasi fisik dari teknologi perangkat keras, perangkat lunak, dan bahan pembelajaran.
Masih menurut Seels & Richey (Bambang Warsita, 2008 : 26), kawasan pengembangan mencakup pengembangan teknologi cetak, teknologi audivisual, teknologi berbasis komputer, dan multimedia/terpadu.
a.       Pengembangan teknologi cetak
Teknologi Cetak adalah cara untuk memproduksi atau menyampaikan bahan, seperti : buku-buku, bahan-bahan visual yang statis, terutama melalui pencetakan mekanis atau photografis. Teknologi ini menjadi dasar untuk pengembangan dan pemanfaatan dari kebanyakan bahan pembelajaran lain. Hasil teknologi ini berupa cetakan. Teks dalam penampilan komputer adalah suatu contoh penggunaan teknologi komputer untuk produksi. Apabila teks tersebut dicetak dalam bentuk “cetakan” guna keperluan pembelajaran merupakan contoh penyampaian dalam bentuk teknologi cetak.[1]
b.      Teknologi Audio-Visual
 Merupakan cara memproduksi dan menyampaikan bahan dengan menggunakan peralatan dan elektronis untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Pembelajaran audio-visual dapat dikenal dengan mudah karena menggunakan perangkat keras di dalam proses pengajaran. Peralatan audio-visual memungkinkan pemroyeksian gambar hidup, pemutaran kembali suara, dan penayangan visual yang beukuran besar. Pembelajaran audio-visual didefinisikan sebagai produksi dan pemanfaatan bahan yang berkaitan dengan pembelajaran melalui penglihatan dan pendengaran yang secara eksklusif tidak selalu harus bergantung kepada pemahaman kata-kata dan simbol-simbol sejenis.
Secara khusus, teknologi audio-visual cenderung mempunyai karakteristik sebagai berikut : (1) bersifat linier; (2) menampilkan visual yang dinamis; (3) secara khas digunakan menurut cara yang sebelumnya telah ditentukan oleh desainer/pengembang; (3) cenderung merupakan bentuk representasi fisik dari gagasan yang riil dan abstrak: (4) dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip psikologi tingkah laku dan kognitif; (5) sering berpusat pada guru, kurang memperhatikan interaktivitas belajar si pembelajar.
c.       Pengembangan teknologi berbasis komputer
Kemajuan teknologi komputer sejak muncul pada tahun 1950- 1960-an sangat lamban. Ruangan besar dan orang yang cukup banyak diperlukan untuk menjalankan komputer pada masa itu. Namun sejak tahun 1975 ketika ditemukan prosesoer kecil (microprcessor) keadaan tersebut berubah secara dramatis. Prosesor kecil berisikan semua kemampuan yang diperlukan untuk memproses berbagai perintah yang sebelummya harus dilakukan oleh peralatan yang memenuhi ruangan besar. Bahkan, pengembangan prosesor kecil itu terus berlangsung hingga kini yang bukan saja ukurannaya lebih kecil tetapi juga kemampunnnya semakin besar-kemampuan menangani informasi dan intruksi yang hampir tiada terbatas dengan kecepatan yang semakin tinggi. dengan demikian, ukuran komputer semakin kecil yang karena ukurannya itu deberi nama “laptop” atau “notebook” yang dapat dibawa kemana-mana didalam sebuah tas jinjing kecil.
Penggunaan komputer sebagai media pengajaran dikenal dengan nama pengajaran dengan bantuan komputer (computer-assistet instruction ) atau computer asistet learning (CAI).[2] Aplikasi komputer tersebut dapat bersifat : (1) tutorial, pembelajaran utama diberikan, (2) latihan dan pengulangan untuk membantu pembelajar mengembangkan kefasihan dalam bahan yang telah dipelajari sebelumnya, (3) permainan dan simulasi untuk memberi kesempatan menggunakan pengetahuan yang baru dipelajari; dan (5) dan sumber data yang memungkinkan pembelajar untuk mengakses sendiri susunan data melalui tata cara pengakasesan (protocol) data yang ditentukan secara eksternal.[3]
d.      Teknologi terpadu
Teknologi Terpadu, merupakan cara untuk memproduksi dan menyampaikan bahan dengan memadukan beberapa jenis media yang dikendalikan komputer. Keistimewaan yang ditampilkan oleh teknologi ini,– khususnya dengan menggunakan komputer dengan spesifikasi tinggi, yakni adanya interaktivitas pembelajar yang tinggi dengan berbagai macam sumber belajar.
Pembelajaran dengan teknologi terpadu ini mempunyai karakteristik sebagai berikut : (1) Dapat digunakan secara acak, disamping secara. Linier; (2) Dapat digunakan sesuai dengan keinginan Pembelajar, disamping menurut cara  seperti yang dirancang oleh pengembangnya; (3) Gagasan-gagasan sering disajikan secara realistik dalam konteks pengalaman Pembelajar, relevan dengan kondisi pembelajar, dan di bawah kendali pembelajar;  (4) Prinsip-prinsip ilmu kognitif dan konstruktivisme diterapkan dalam pengembangan dan pemanfaatan bahan pembelajaran; (5) Belajar dipusatkan dan diorganisasikan menurut pengetahuan kognitif sehingga pengetahuan terbentuk pada saat digunakan; (6) Bahan belajar menunjukkan interaktivitas pembelajar yang tinggi; (7) Sifat bahan yang mengintegrasikan kata-kata dan contoh dari banyak sumber media.
2.      Kawasan Pengembangan dalam Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan ilmu yang bersifat “multireferensial”. Beberapa disiplin ilmu lain telah memberikan sumbangan bagi perkembangan teori dan praktek bimbingan dan konseling, seperti : psikologi,  ilmu ekonomi, manajemen,  agama, dan lain sebagainya.
Sejalan dengan perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi berbasis komputer, sejak tahun 1980-an peranan komputer telah banyak dikembangkan dalam bimbingan dan konseling. Menurut Gausel (Prayitno, 2003) bidang yang telah banyak memanfaatkan jasa komputer ialah bimbingan karier serta bimbingan dan konseling pendidikan.
Moh. Surya (2006) mengemukakan bahwa bahwa perkembangan dalam bidang teknologi komunikasi menuntut kesiapan dan adaptasi konselor dalam penguasaan teknologi dalam melaksanakan bimbingan dan konseling.[4]
Berpijak dari landasan ilmiah dan teknologi ini dalam bimbingan dan koneseling, maka peran konselor didalamnya mencakup pula sebagai ilmuwan sebagaimana dikemukakan oleh McDaniel (Prayitno, 2003) bahwa konselor adalah seorang ilmuwan. Sebagai ilmuwan, konselor harus mampu mengembangkan pengetahuan dan teori tentang bimbingan dan konseling, baik berdasarkan hasil pemikiran kritisnya maupun melalui berbagai bentuk kegiatan penelitian.
Dalam bimbingan dan konseling, ada beberapa bidang pengembangan yang akan dikembangkan pada diri individu,  yaitu: (1) bidan pengembangan pribadi; (2) bidang pengembangan sosial; (3) bidang pengembangan belajar; (4) bidang pengembangan karier; (5) bidang pengembangan beragama; Untuk mengembangkan bidang-bidang tersebut, ada beberapa layanan dan kegiatan pendukung yang harus diterapkan.


[1] http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/20/teknologi-pembelajaran/
[2] Azhar Arsyad, Media Pengajaran, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997),h.,
[3] http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/20/teknologi-pembelajaran/
[4] Prayitno, erman amti, dasar-dasar bimbingan dan konseling,

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HADIS-HADIS TENTANG AKHLAK KONSELOR ISLAMI

JENIS-JENIS PERMAINAN DALAM KONSELING

Motif dan Sikap