Perkenalan (Edisi KKN)


Coaching dimulai tanggal 20 Juni dan berakhir tanggal 22 Juni 2013 dengan peserta sebanyak 708 mahasiswa. Ini merupakan jumlah terbanyak sepanjang sejarah KKN (Kuliah Kerja Nyata) STAIN Batusangkar. Coaching dilaksanakan di Aula. Hari yang panas dan minim Ac (pendingin ruangan) membuat aku tak sepenuhnya konsentrasi pada materi  yang disampaikan. Faktor ini jugalah yang menyebabkan keributan. Benar-benar coaching yang membosankan. 
KKN ke-VI STAIN Batusangkar ini mengangkat tema 'Pembelajaran dan Pemberdayaan Masyarakat sebagai Khalifah fil Ardh Melalui KKN Tematik Posdaya Berbasis Masjid dalam Pengamalan Agama secara Kaffah'. KKN akan berlangsung selama 45 hari, terhitung dari tanggal 10 Juli hingga 24 Agustus 2013. Mahasiswa peserta KKN akan ditempatkan di 4 Kabupaten; Tanah Datar, Sijunjung, Pasaman Timur, dan Padang-Pariaman.
Dari awal, aku sudah bertekad akan menjadikan proses selama KKN sebagai pengalaman yang berharga. Aku ingin benar-benar merasakan KKN yang sesungguhnya. Bahkan, aku ingin di tempatkan di lokasi pedalaman agar benar-benar 'merasa' KKN. Sebab sebelumnya aku sudah banyak berbagi pengalaman dengan senior yang telah terlebih dahulu melaksanakan KKN.
Coaching pertama hari ini merupakan penentuan letak lokasi masing-masing peserta KKN. Aku tak sabar menunggu. Pukul 12 siang, lokasi telah di pampang di papan informasi. Selain lokasi KKN juga di sana terpampang kawan-kawan sekelompok. Untuk ini, sudah ada dua buah papan informasi yang diletakkan panitia di depan aula. 
Kejadian hari itu seperti semut bertemu gula. Papan informasi adalah gula, kami adalah semut. Sampai-sampai papan tersebut roboh, dan mahasiswa mengerumuni papan yang telah roboh tersebut. Aku ikut berdesak-desakan. Setelah cukup lama berdesak-desakan di tengah panas yang begitu terik, akhirnya aku temukan namaku berada di lokasi Kabupaten Padang Pariaman Kecamatan V Koto Kampung Dalam Nagari Campago, Jorong Bayur. Jauh sekali. Kuperhatikan nama kawan-kawan sekelompokku. Dari atas ke bawah secara berurut Rino Prodi PAI (Pendidikan Agama Islam), Heroica Patrioca Prodi Aksya (Akuntansi Syari'ah), Yoserizal prodi Pendidikan Biologi, Mulrahmi Prodi PAI (Pendidikan Agama Islam), Asri Melly Prodi Tadris Bahasa Inggris, Siska Amelia Prodi Tadris Fisika, Nina Satria Prodi Tadris Matematika, Si'u Amri Jaini Prodi Pendidikan Biologi, dan Dian Roza Anggeriani Prodi Aksya (Akuntansi Syari'ah) serta terakhir namaku.  
Aku mulai mencari kawan-kawan sekelompok, sebab nama-nama mereka asing bagiku. Dari sembilan nama tersebut aku hanya familiar dengan satu nama; Yoserizal. Ini karena teman se-kos-ku juga dari prodi Biologi. Dalam komunikasinya, ia sering sekali menyebut nama Yose terlebih Yose merupakan Ketua Umum HMPS (Himpunan Mahasiswa Program Studi) Biologi. Tapi, secara pribadi aku belum mengenalnya.  Perkenalan kami ketika itu di dalam aula, seseorang tiba-tiba saja memanggil namaku dan bilang; kita sekelompok. Aku heran lantas bertanya siapa dia; Yose. I got the first firend.
Hanya ada dua orang kaum adam yang sekelompok denganku. Satu lagi, Rino. Beberapa teman yang kutanyai tentang sosok satu ini, selalu bilang bahwa ia adalah anak yang pintar secara akademik, pandai mengaji, ceramah, dan ganteng. Aku kenal ia di luar Aula, tak sempat berjabat tangan hanya bertanya pada salah seorang teman. Kesan pertama; ia sombong.
Selanjutnya, perkenalan dengan Nina masih di dalam Aula. Ketika itu ia duduk tak jauh dariku. Secara tak sengaja aku melihat namanya, Nina Satria. Langsung saja aku menyapanya dan bilang bahwa kami sekelompok. Saat itu Nina tampak sedih karena ia kehilangan telpon genggamnya. Kesan pertamaku; ia wanita yang lembut.
Kemudian, seorang temanku dari Prodi Tadris Bahasa Inggris memperkenalkan temannya yang ternyata satu lokasi denganku. Namanya Asri Melly, panggilan Icha. Sama halnya dengan Icha, perkenalanku dengan Siska juga melalui seorang teman. Pun Jaini (pemilik nama paling unik diantara kami) yang kukenal ketika itu sedang berada di depan Aula.
Sore hari pertama coaching aku telah mengenal Icha, Siska, Yose, Rino, Jaini dan Nina. 
Hari kedua setelah coaching, kami berkumpul di bawah tangga musholla. Saat itu yang hadir sembilan orang karena Icha tak dapat hadir. Sakit perut, Sms-nya. Ternyata Heroica Patriota adalah laki-laki, padahal sebelumnya aku menyangka pemilik nama itu adalah seorang perempuan. Pada pertemuan pertama ini, kami memulai perkenalan secara formal. Kesan pertamaku; Imul dan Jaini adalah orang yang paling pendiam diantara kami. Karena ia jarang sekali bicara dalam pertemuan ini. 
Kamipun langsung memilih koordinator kelompok beserta jajaran. Yose terpilih sebagai koordinator kelompok. Hero sebagai sekretaris, kemudian aku dan Siska masing-masing sebagai Bendahara I dan II. Pada pertemuan pertama sore itu kami telah mulai membicarakan pembuatan jaket dan kaos lapangan, serta menentukan siapa nantinya yang akan berangkat untuk survey lokasi. 
Hari ketiga, kami kembali berkumpul dengan anggota yang lengkap. Pertemuan kedua ini menetapkan iuran masing-masing kami sebesar sembilan ratus ribu rupiah. Pertemuan itu berlanjut pada pertemuan-pertemuan selanjutnya untuk membahas berbagai hal berkaitan dengan teknis keberangkatan dan perlengkapan apa saja yang akan kami bawa ke lokasi KKN.
Setiap kali bertemu ada-ada saja hal yang membuat kami tertawa bersama. Terlihat sangat kompak. Aku berharap sampai KKN ini berakhir, kami akan selalu seperti ini. Satu lagi, kesan pertamaku terhadap Rino mulai berubah. Ia tidak sombong. Memberi penilaian pada saat pertemuan pertama memang acapkali salah sebelum kita mengenal lebih jauh orang tersebut. ***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HADIS-HADIS TENTANG AKHLAK KONSELOR ISLAMI

JENIS-JENIS PERMAINAN DALAM KONSELING

Motif dan Sikap