Dek Ulah Salero (Edisi KKN)
Selain dikenal dengan makanan khasnya, Sala Lauak, Pariamanpun terkenal sebagai penghasil kelapa terbesar di Sumatera Barat. Hal ini karena
letak strategis Pariaman yang berada di Pesisir Pantai. Hampir di setiap rumah
penduduk kami temui ada pohon kelapa. Banyak pohon kelapa bukan berarti selama
KKN kami juga banyak makan kelapa muda. Cukup sulit mendapatkan kelapa muda,
terlebih di Korong Bayur.
Sudah dua hari kelapa muda serasa bermain
di kerongkongan, tapi hingga hari ini belum tersirami. Barangkali inilah yang dinamakan Jubilih Puaso. Sudah dua hari pula kupesan kelapa
muda pada Ibu penjual lotek yang terletak di Korong sebelah, tapi tetap tak ada
sampai Pak Wali Korong Kajai mendengar
pinta si kerongkongan ini. Wali Korong meminta Arif (kawan KKN yang berada di
Korong Kajai) untuk mengambil kelapa yang ada di depan rumahnya. Kami diberi dua buah kelapa muda. Alhamdulillah, akhirnya taragak itu lepas.
Tak lama lagi berbuka, maka dengan
semangat hendak berbuka, kami (aku dan Jaini) mengupas kelapa yang diberi oleh
Pak Korong Kajai tadi. Tapi ternyata bukan masanya waktu untuk berpihak pada
kami; dua buah kelapa itu masih mumbang, hanya ada air tanpa isi. Padahal sebelumnya aku sudah membayangkan bagaimana isi kelapa yang putih itu menyentuh lidah bercampur air kelapa yang manis, aku akan menikmati kunyahan demi kunyahan kelapa muda itu sebelum akhirnya meluncur bebas ke tenggorokan.
Selera tak bisa lagi dibendung.
Kami kemudian pamit pada teman-teman untuk mencoba cari kelapa muda lain di
luar. Setibanya di simpang jalan ke Pasar Kampung Dalam, secara spontan tiba-tiba saja terpikir
oleh kami berdua untuk coba mencari kelapa muda itu di pasar. Jam sudah menunjukkan pukul enam.
‘Yakinkan, Jai... Wak ka pasa?'
'Yo, Nela. Jai taragak na raso e jo karambia mudo.'
'Oke.. siip lau gitu, Jai'
Kami berjalan dengan langkah cepat,
seperti setengah berlari. 10 menit berjalan kami sampai di pasar Kampung Dalam.
Lebih cepat dari biasanya, mengingat sebentar lagi magrib. Puas
bertanya sana sini, barulah kami temui seorag penjual kelapa muda. Belum usai
membelah kelapa, adzan berkumandang.
Kami putuskan naik ojek ke posko.
Tapi tak ada ojek. Akhirnya kami kembali berjalan pulang. Tentu, kami terlebih
dahulu berbuka dengan kelapa muda yang telah kami beli. Terasa segar menyentuh
tenggorokan. Sesuatu yang rasanya hampir sampai ke mulut sejak dua hari
belakangan dan baru tercapai hari ini.
Kami semakin mempercepat langkah,
terlebih melewati Rajang magrib seperti ini sudah pasti sepi sekali. Selain sungai, di
sebelah kiri Rajang yang sebelah ujung tumbuh beberapa pohon sawit, ketika menginjakkan kaki ke Rajang, secara tak sengaja ekor mataku menangkap sesuatu. Seperti ada
seseorang berdiri tegak di sela batang-batang sawit itu. Senja yang telah turun dan rasa
takut yang memang sudah ada sejak tadi membuatku cepat mengambil langkah
seribu. Entah di dorong oleh penasaran oleh sikapku atau apa, Jaini juga
melakukan hal yang sama. Kami yang sebelumnya sedikit was-was jika berjalan
cepat melewati Rajang, saat ini dengan tiba-tiba berlari menembus Rajang.
Perutku ngilu. Tapi berusaha tetap
berlari, mencapai Simpang. Sampai di Simpang, Jaini mengatakan bahwa ia
mendengar suara seseorang, saat hendak menginjak Rajang tepat di dekat pohon
sawit. Itulah kenapa ia berlari tadi. Lalu kukatakan apa yang kulihat pada
Jaini. Kami bersyukur Allah masih melindungi kami.
Sesampainya di Posko ternyata teman-teman sangat khawatir, itu jelas dari sms yang dikirim Yose pada Jaini. Ibu kemudian bercerita bahwa penduduk Bayur jarang berjalan magrib melewati Rajang jika tidak ada sesuatu yang sangat penting, karena Rajang dikenal angker. Tambah Ibu, sering orang-orang yang melewati Rajang pada malam hari melihat hal-hal aneh di sana. Entah Ibu menakuti kami atau tidak, yang jelas aku sudah merasakan bagaimana melewati Rajang di saat magrib. Tak peduli jika yang kami lihat dan dengar ketika itu hanya ulah orang iseng atau orang yang tak sengaja berdiri di situ.
Pelajaran yang kudapat dari pengalaman ini; jangan terlalu memperturutkan nafsu, spontanitas itu perlu tapi tetap pikirkan dulu sebelum melangkah, dan satu lagi jangan berjalan magrib. ^_^
Ini Rajang yang Menghubungkan Korong Bayur dengan Pasar Kampung Dalam |
Komentar
Posting Komentar