Koneksi Antar Materi Modul 3.1

 

PENGAMBILAN KEPUTUSAN 

BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN


Oleh: Fitria Osnela, S.Pd

Guru SDN 11 Muaro Kalaban

CGP Angkatan 11

 

“Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik”
(Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best).
Bob Talbert

Dari kutipan di atas, apa kaitannya dengan proses pembelajaran yang sedang  dipelajari saat ini?

Kutipan tersebut menekankan pentingnya pendidikan yang lebih dalam daripada sekadar penguasaan keterampilan dasar. Mengajarkan anak menghitung menggambarkan penguasaan pengetahuan dan keterampilan teknis, sementara mengajarkan mereka apa yang berharga berarti membantu mereka memahami nilai-nilai yang akan membimbing tindakan dan keputusan mereka.

Dalam konteks pembelajaran saat ini, yaitu pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin, kutipan ini sangat relevan. Seorang pemimpin yang efektif tidak hanya mengandalkan kemampuan analitis dan keterampilan manajerial, tetapi juga harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai seperti keadilan, integritas, dan empati. Ini penting karena keputusan yang diambil tidak hanya berdampak pada hasil, tetapi juga pada orang-orang yang terlibat.

Mengajarkan pemimpin masa depan untuk mengenali dan memprioritaskan nilai-nilai kebajikan akan membantu mereka dalam membuat keputusan yang lebih bijak dan beretika. Mereka akan mampu mempertimbangkan tidak hanya angka dan statistik, tetapi juga dampak keputusan mereka terhadap orang lain dan masyarakat secara keseluruhan. Dengan demikian, proses pembelajaran tentang nilai-nilai ini membantu menciptakan pemimpin yang tidak hanya kompeten, tetapi juga memiliki karakter yang kuat dan peduli.

Bagaimana nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang kita anut dalam suatu pengambilan keputusan dapat memberikan dampak pada lingkungan kita?

Nilai-nilai yang kita anut dalam pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan, seperti kejujuran, empati, dan rasa tanggung jawab. Sebagai pendidik, saat kita mengedepankan nilai-nilai kebajikan dalam pengambilan keputusan, maka  hal itu akan  menjadi teladan bagi murid. Ini membantu murid dalam membangun karakter yang kuat dan menginternalisasi nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Keputusan yang berfokus pada kebajikan menciptakan lingkungan belajar yang aman dan mendukung. Ketika nilai-nilai seperti saling menghargai diterapkan, murid merasa lebih nyaman untuk berpartisipasi dan mengekspresikan diri. Dengan menekankan nilai-nilai kebajikan, sekolah dapat meningkatkan keterlibatan murid dalam kegiatan ekstrakurikuler dan program kegiatan lainnya. Hal ini memperkuat rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap lingkungan sekolah dan sekitarnya. Dalam pengambilan keputusan yang mencakup nilai-nilai seperti keadilan dan empati, konflik di antara murid dapat diselesaikan dengan cara yang lebih konstruktif. Ini mengajarkan murid cara berkomunikasi dan bernegosiasi secara efektif. Lingkungan yang dipenuhi dengan nilai-nilai kebajikan dapat meningkatkan motivasi dan konsentrasi murid, sehingga berdampak positif pada prestasi akademik mereka. Ketika murid merasa dihargai dan didukung, mereka lebih mungkin untuk berusaha keras.  Lebih jauh,  mengintegrasikan nilai-nilai kebajikan dalam pendidikan membantu murid mengembangkan keterampilan sosial dan emosional. Ini penting untuk membangun hubungan yang sehat dan kolaboratif, baik di dalam maupun di luar kelas. Dengan demikian, penerapan nilai-nilai kebajikan dalam pengambilan keputusan di sekolah tidak hanya mempengaruhi hasil akademik, tetapi juga berpengaruh terhadap lingkungan seperti pembentukan   karakter dan sikap murid, serta menciptakan komunitas pendidikan yang lebih baik dan lebih harmonis.

Bagaimana Anda sebagai seorang pemimpin pembelajaran dapat berkontribusi pada proses pembelajaran murid, dalam pengambilan keputusan Anda?

Sebagai seorang pemimpin pembelajaran, saya  berkontribusi pada proses pembelajaran murid salah satunya yaitu melibatkan murid dalam pengambilan keputusan.  Misalnya dengan cara mendorong partisipasi murid dalam menentukan aturan kelas, kegiatan ekstrakurikuler, atau pengerjaan tugas proyek. Ketika dilibatkan, murid merasa memiliki tanggung jawab dan keterlibatan dalam lingkungan belajar. saya berusaha memastikan bahwa keputusan yang diambil mencerminkan nilai-nilai seperti kejujuran, keadilan, dan empati. Ini menciptakan atmosfer yang positif dan mendukung perkembangan karakter murid. Jadi, dalam pengambilan keputusan, seorang pemimpin pembelajaran dapat menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan akademik dan karakter murid, serta memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil berfokus pada kebutuhan dan kesejahteraan murid.

Menurut Anda, apakah maksud dari kutipan ini jika dihubungkan dengan proses pembelajaran yang telah Anda alami di modul ini?

Education is the art of making man ethical. 

Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.

~ Georg Wilhelm Friedrich Hegel ~

Kutipan di atas menekankan bahwa tujuan pendidikan tidak hanya terbatas pada pengajaran pengetahuan pengetahuan dan keyterampilan, tetapi juga pembentukan karakter dan etika. Dala, konteks pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin, kutipan ini memiliki beberapa implikasi penting untuk pembentukan karakter dan etika. Pendidikan harus fokus pada pengembangan karakter dan nilai-nilai moral. seorang pemimpin yang baik tidak hanya memiliki pengetahuan akademis tetapi juga integritas dan etika dalam setiap keputusan yang diambil. Ini menunjukkan bahwa pendidikan harus membekali individu dengan kebijaksanaan untuk membuat pilihan yang benar. Dengan demikian, kutipan tersebut menggambarkan bahwa pendidikan tidak hanya mengenai penguasaan akademis, tetapi juga tentang membangun pemimpin yang mampu membuat keputusan yang etis dan berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan. 

Berikut ini merupakan pertanyaan-pertanyaan panduan untuk membuat rangkuman kesimpulan pembelajaran (Koneksi Antar Materi) Modul .1 Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-Nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin.

1. Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Fillosofi Ki Hadjar Dewantara yang merupakan Pratap Triloka yaitu Semboyan yang dicetuskan oleh KHD yang sampai saat ini masih menjadi landasan berpijak bagi pendidik adalah Ing Ngarso Sung Tulodho (Seorang pemimpin harus mampu memberi tauladan), Ing Madya Mangunkarsa (Seorang pemimpin juga harus mampu memberikan dorongan, semangat dan motivasi dari tengah), Tut Wuri handayani (Seorang pemimpin harus mampu memberi dorongan dari belakang), yang artinya adalah Seorang pemimpin (Guru) harus mampu memberikan teladan dan memberikan semangat dan motivasi dari tengah juga mampu memberikan dorongan dari belakang untuk kemajuan seorang muridnya. 

 Pratap Triloka ini memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin. Pratap Triloka dapat menjadi landasan dalam setiap pengambilan keputusan, yaitu keputusan yang selalu berpihak kepada murid agar menjadikan mereka sebagai generasi yang cerdas dan berkarakter sebagaimana tercermin dalam profil pelajar Pancasila. Hal ini dapat kita lakukan dalam proses pembelajaran di sekolah, yang tidak hanya menitik beratkan pada konten kurikulum, namun transfer nilai -nilai kebajikan dapat kita sampaikan secara terus menerus dengan eksplisit pada pembelajaran dan keteladanan disetiap pengambilan keputusan.

2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Guru sebagai pendidik harus memiliki nilai-nilai positif yang mampu menciptakan pembelajaran yang berpihak pada murid seperti mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan sesuai dengan situasi yang dihadapi dengan mempertimbangkan 3 prinsip dalam pengambilan keputusan.

3. Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan coaching (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi coaching yang telah dibahas pada sebelumnya.

Sebagai pendidik dan pemimpin pembelajaran kita sering kali dihadapkan pada masalah-masalah yang membutuhkan pengambilan keputusan, Salah satu faktor yang sangat membantu dalam pengambilan keputusan adalah keterampilan coaching. Sebagai pendidik, guru harus memiliki keterampilan coaching. Selama proses pembelajaran, pendampingan dalam pengujian pengambilan keputusan melalui kegiatan coaching (bimbingan) yang dilakukan oleh  fasilitator saya rasakan sangat efektif dalam membantu pemahaman saya.

Beberapa contoh praktik coaching dapat memberi gambaran yang utuh untuk dapat diterapkan di sekolah. Keputusan yang diambil dengan teknik coaching yang berlandaskan etika, nilai-nilai kebajikan, sesuai dengan visi misi sekolah yang berpihak pada murid dan menciptakan budaya positif dilingkungan sekolah. Teknik coaching dilakukan denga prinsip kesetaraan, sehingga tidak terkesan menggurui tapi justru akan menimbulkan rasa nyaman  sehingga coach, sehingga mampu mengidentifikasi permasalahan dan dapat menyampaikan pertanyaan berbobot dari coachee. Begitu pula dengan coachee yang dengan rasa nyaman dapat menyampaikan hambatan — hambatan dan dapat menemukan solusi yang sesuai. Hal ini karena coach mampu menjadi pendengar yang baik sehingga mampu membantu menguraikan permasalahan melalui pertanyaan-pertanyaan berbobot.  Dengan coaching, guru dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran. Sebagai coach yang baik guru memiliki harapan terhadap siswanya sehingga dapat menjalankan seluruh tugas dan kewajiban yang diberikan di sekolah dengan baik. Dalam pembelajaran pengambilan keputusan ini kita diberikan panduan tentang 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengujiaan keputusan yang kita ambil

4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan. Saat dihadapkan pada suatu permasalahan guru terlebih dahulu menganalisis apakah masalah tersebut adalah dilemma etika atau bujukan moral. Guru yang berperan sebagai pemimpin pembelajaran akan bertindak atas dasar keberpihakan pada murid. Dalam setiap keputusannya harus mempertimbangkan bayak hal yang bermuara pada murid, berbasis etika dan nilai kebajikan berlandaskan pada 4 paradigma yaitu individu vs masyarakat, rasa keadilan vs rasa kasihan, kebenaran vs kesetiaan dan jangka pendek vs jangka panjang, 3 prinsip yaitu prinsip berbasis hasil akhir, prinsip berbasis peraturan, dan prinsip berbasis rasa peduli. Serta dilakukan dengan 9 langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan.

5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Pembahasan studi kasus yang berfokus pada masalah moral atau etika dalam pendidikan sangat bergantung pada nilai-nilai yang dianut oleh seorang pendidik.Pendidik perlu mengenali dan mendefenisikan nilai-nilai pribadi dan profesional yang mereka anut, seperti kejujuran, keadilan, empati, dan tanggung jawab. Nila-nilai ini akan menjadi dasar untuk menganalisis situasi yang dihadapi. Saat terjadi kasus yang dimaksud, kita perlu menganalisis detail situasi yang dihadapi. Identifikasi masalah etika yang muncul, serta pihak-pihak yang terlibat dengan mempertimbangkan konteks sosial budaya yang mempengaruhi situasi. Pendidik harus merenungkan bagaimana nilai-nilai mereka mempengaruji keputusan yang diambil. Pendidik harus merenungkan nilai-nilai mereka mempengaruhi keputusan yang diambil.

6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman 

Keputusan yang kita ambil secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada imlementasi pembelajaran dan mempengaruhi situasi di sekolah. Setiap keputusan yang kita ambil harus tepat dan bijak berlandaskan nilai-nilai kebajikan, keteladanan, bijaksana dan tidak melanggar norma. Dengan landasan tersebut kita dapat menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.Sehingga murid-murid dapat belajar dengan baik dan dapat mengembangkan kompetensinya.

7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Secara umum, tantangan dalam pengambilan keputusan terkait kasus-kasus dilema etika di lingkungan Pendidikan bisa saja melibatkan beberapa faktor, misalnya: tekanan dari siswa, orang tua, atau administrasi untuk mengambil keputusan yang mungkin tidak sejalan dengan nilai-nilai etika mereka; Terkadang, sumber daya yang terbatas (waktu, dukungan, informasi) dapat menghalangi kemampuan pendidik untuk mempertimbangkan semua aspek dilema secara mendalam; Lingkungan pendidikan sering kali terdiri dari individu dengan latar belakang nilai dan budaya yang berbeda, yang mungkin saja dapat menjadi konflik dalam pengambilan keputusan; Dilema etika sering kali melibatkan situasi yang kompleks dan tidak jelas, di mana tidak ada jawaban yang "benar" atau "salah", membuat pengambilan keputusan menjadi sulit; Jika ada perubahan paradigma dalam pendidikan, seperti pergeseran menuju pembelajaran berbasis teknologi atau pendekatan yang lebih inklusif, ini dapat mempengaruhi cara pendidik memandang etika dan tanggung jawab mereka. Misalnya, dengan adanya teknologi, pertanyaan tentang privasi dan akses informasi menjadi lebih penting; Pendidik mungkin ragu untuk mengambil keputusan karena khawatir akan dampak jangka panjangnya terhadap siswa atau reputasi pendidik.

Kaitannya dengan perubahan paradigma bisa sangat signifikan. Misalnya, perubahan menuju pendekatan yang lebih kolaboratif dan inklusif dapat memicu diskusi yang lebih mendalam tentang etika, tetapi juga bisa menambah kompleksitas dalam pengambilan keputusan. Hal ini menuntut pendidik untuk lebih adaptif dan terbuka dalam menilai situasi, serta mampu menjalin komunikasi yang baik dengan berbagai pihak.

Lebih khusus, Pengambilan keputusan yang dilakukan berlandaskan atas tiga prinsip penyelesaian dilema, yaitu Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) ataukah Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Pemilihan prinsip tersebut tentunya disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.  Meskipun setiap keputusan pasti ada resiko, pro dan kontra, namun hal ini menjadikan salah satu tantangan tersendiri. Tantangan yang saya hadapi dalam pengambilan keputusan terhadap kasus — kasus yang sifatnya dilema etika adalah perasaan tidak enak yang timbul karena tidak dapat memuaskan semua pihak. Namun dengan mengikuti 9 langkah pengambilan keputusan dapat meminimalkan perasaan tidak nyaman dan keputusan yang saya ambil dapat diterima oleh semua pihak.

8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil dengan pengajaran memerdekakan murid -murid kita adalah terciptanya merdeka belajar. Dengan merdeka belajar, murid bebas mencapai kesusksesan, kebahagiaan sesuai minat dan potensinya tanpa ada paksaan dan tekanan dari pihak manapun. Hal ini diharapkan murid-murid akan sukses dengan bidangnya masing-masing, bahagia karena sesuai dengan apa yang diinginkannya dan bertanggungjawab akan apa yang menjadi pilihannya. Disinilah dasar pijakan kita bahwa semua pengambilan keputusan harus berpihak pada murid, dan guru berfungsi untuk memfasilitasi, membantu mengembangkan bakat dan minat yang sudah ada. Penggunaan model pembelajaran berdiferensiasi akan mampu mengakomodir kebutuhasn setiap siswa sesuai dengan bakat dan keahliannya. Guru hanya sebagai fasilitator dan pembelajaran terpusat pada siswa, dengan didukung pada penerapan secara eksplisit maupun implisit KSE yang akan semakin memperkuat  dan mempertajam wujud nyata dalam memfasilitasi dan mengasah keterampilan social emosional murid-murid kita.

9. Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran pasti akan membawa dampak, baik jangka panjang maupun pendek bagi murid.  hal ini akan menjadi gambaran bagi mereka kelak dalam pengambilan keputusan. hal ini menjadikan dasar bahwa pengambilan keputusan oleh seorang pendidik harus tepat, benar dan bijak melalui analisis dan pengujian yang mendalam atas benar salahnya. Pengujian dilakukan dengan menggunakan Sembilan langkah konsep pengambilan dan pengujian keputusan yang terdapat pada modul 3.1 sehingga kan menjadikan pengambilan keputusan kita akurat dan teruji sehingga bisa menjadi acuan dan contoh bagi murid.

10. Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir yang saya peroleh dari pembelajaran materi ini dan keterkaitannya dengan modul sebelumnya bahwa pengambilan keputusan merupakan suatu kompetensi atau skill yang harus dimiiki oleh guru sebagai pendidik. Terkait dengan tugas dan fungsinya seorang guru dalam membuat keputusan harus berlandaskan pada filosofi Ki Hajar Dewantara, karena setiap keputusan yang diambil akan mewarnai pola pikir dan karakter murid. Agar keputusan yang diambil dapat memberikan kemanfaatan untuk banyak orang, mampu mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being) dan dapat dipertanggungjawabkan, maka harus dilakukan berdasarkan pada budaya positif dan menggunakan alur yang tertata seperti BAGJA. Hal ini dilakukan semata untuk menghantarkan murid menuju profil pelajar pancasila, yang dalam perjalanannya banyak benturan yang sifatnya dilema etika dan bujukan moral. Untuk itu diperlukan panduan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan, sehingga langkah yang diambil selalu berpihak kepada murid.

Guru mempunyai kewajiban untuk mengantarkan murid menjadi insan yang cerdas dan berkarakter, menuju profil pelajar Pancasila. Harapan ini pasti dibutuhkan komitmen dari semua pihak. Dalam mengawal impian ini tentu banyak juga ditemui permasalahan baik yang sifatnya dilema etika maupun bujukan moral. Untuk itu diperlukan panduan sembilan langkah dalam pengambilan keputusan dan pengujian agar keputusan yang diambil berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar. Sebagai salah satu bentuk merdeka belajar adalah diterapkannya pembelajaran berdiferensiasi. Dengan pembelajaran berdiferensiasi maka kebutuhan murid akan terpenuhi sesuai dengan bakat, minat dan kecenderungan gaya belajarnya.

11. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Dilema etika adalah situasi dimana pada sebuah kasus terdapat kedua pilihan benar, atau benar lawan benar. Ada 4 paradigma dilema etika yaitu Individu lawan kelompok, Rasa keadilan lawan rasa bersalah, kebenaran lawan kesetiaan, dan jangka pendek lawan jangka Panjang. Sementara bujukan moral adalah situasi dimana seseorang harus membuat keputusan antara benar atau salah. ada 3 prinsip pengambilan keputusan yaitu prinsip berbasis hasil akhir, berpikir berbasis peraturan, dan berpikir berbasis rasa peduli.  adapun 9 langkah pengambilan keputusan yang telah dipelajari yaitu: Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan; Menentukan siapa saja yang terlibat; Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan, Pengujian benar atau salah yang didalamnya terdapat uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, uji keputusan panutan/idola; Pengujian paradigma benar lawan benar; Prinsip Pengambilan Keputusan; Investigasi Opsi Trilemma; Buat Keputusan; Tinjau lagi keputusan Anda dan refleksikan.

Hal-hal yang menurut saya diluar dugaan bahwa ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya didasarkan pada pemikiran dan pertimbangan semata, namun sangat diperlukan adanya paradigma, prinsip, dan langkah-langkah pengujian pengambilan keputusan, agar keputusan yang diambil tepat sasaran dan bermanfaat untuk orang banyak. Disamping itu secara personal, dalam pengambilan keputusan diperlukan satu sikap keberanian dengan segala konsekwensinya.

12. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Sebelum mempelajari modul ini, saya pernah mengalami situasi dilema etika dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Salah satu contohnya adalah ketika saya harus menentukan apakah seorang siswa yang memiliki nilai belajar di bawah KKM tetap diberi kesempatan untuk naik kelas dengan berbagai macam pertimbangan. Di satu sisi, saya merasa tidak adil terhadap teman-temannya yang lain yang memiliki nilai bagus dan naik kelas, sementara di sisi lain saya merasa kasihan dengan anak tersebut dengan berbagai pertimbangan.

Pengalaman tersebut mengajarkan saya pentingnya mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang dan dampak keputusan bagi perkembangan siswa. Namun, setelah mempelajari modul ini, saya menyadari bahwa ada kerangka dan paradigma yang lebih sistematis yang dapat digunakan dalam situasi serupa. Misalnya, pemahaman tentang paradigma empati pengambilan keputusan membantu saya melihat bahwa fokus tidak hanya pada keadilan, tetapi juga pada rasa kasihan (berbasis kepedulian) dan kebaikan bersama (kebaikan bersama).

Perbedaannya, setelah mengikuti modul ini, saya lebih sadar untuk menerapkan prinsip-prinsip utilitarian, hak individu, dan keadilan secara lebih seimbang, serta memanfaatkan sembilan langkah pengambilan keputusan untuk meminimalkan risiko dan memaksimalkan manfaat bagi semua pihak. Selain itu, melalui sesi refleksi dan coaching, saya belajar bahwa proses pengambilan keputusan tidak harus dilakukan sendirian. Dukungan dari rekan sejawat dapat memberikan perspektif baru dan memastikan keputusan tersebut benar-benar berpihak pada kepentingan terbaik murid.

13. Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Konsep yang sudah saya pelajari di modul ini memberikan dampak yang besar bagi pola pikir saya. Sebelumnya saya berpikir bahwa pengambilan keputusan yang telah didasarkan regulasi dan sosial saja sudah cukup, ternyata banyak hal yang menjadi dasar. Dalam konteks ini terdapat 4 paradigma dilemma etika yaitu: individu lawan kelompok (individual vs community), rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs mercy), kebenaran lawan kesetiaan (truth vs loyalty), jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term) yang semuanya didasari atas 3 prinsip dan 9 langkah. Saya berencana akan mengimplementasikan landasan tersebut dalam setiap pengambilan keputusan baik sebagai pemimpin pembelajaran maupun dalam pengambilan kebijakan di sekolah dan komunitas praktisi.  Dengan landasan dalam pengambilan keputusan tersebut, saya yakin bahwa keputusan yang saya ambil akan tepat dan lebih akurat dengan selalu berpihak pada murid.

14. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Materi pada modul 3.1 bagi saya sangat penting dan bermakna, karena dimanapun dan sebagai apa peran kita pasti akan menjumpai permasalahan yang dituntut untuk mengambil keputusan. Dari keputusan tersebut akan dihasilkan kebijakan -kebijakan yang bermanfaat baik bagi seorang individu maupun sebagai pemimpin pembelajaran. Salah satu upaya untuk mewujudkan hal itu, maka seorang guru harus memiliki keterampilan dalam pengambilan keputusan yang mengandung nilai-nilai kebajikan. Sebagai landasan dalam pengambilan keputusan tersebut tentunya mengacu pada 9 langkah 4 paradigma dan  3 prinsip. Selain itu keputusan diambil melalui tiga uji yaitu: Uji Intuisi berhubungan dengan berpikir berbasis peraturan (Rule-Based Thinking), Uji publikasi, sebaliknya, berhubungan dengan berpikir berbasis hasil akhir (Ends-Based Thinking) yang mementingkan hasil akhir dan Uji Panutan/Idola berhubungan dengan prinsip berpikir berbasis rasa peduli (Care-Based Thinking).

 

 

Komentar

  1. Tulisan buk nela bagus,dan dapat menambah wawasan saya ,

    BalasHapus
  2. Mantap Bu Nela, sangat menginspirasi sekali apa yang Bu Nela Jabarkan melalui koneksi antar materi modul 3.1 ini

    BalasHapus
  3. Sangat menginspirasi buk nela ๐Ÿ‘

    BalasHapus
  4. Sangat bagus dan memberikan banyak inspirasi, tetap semangat untuk lebih mengembangkan diri

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

HADIS-HADIS TENTANG AKHLAK KONSELOR ISLAMI

HUBUNGAN ANTAR BUDAYA (Penulis Makalah: Fitria Osnela, Frischa Erdila, dan M. Hasby Jamil)

KONSEP DASAR TENTANG HUBUNGAN MEMBANTU (HELPING RELATIONSHIP)