Minggu, 21 Oktober 2012

Psikologi Pendidikan dan Pengajaran




TUGAS MID SEMESTER
Psikologi Pendidikan dan Pengajaran

Oleh:

FITRIA OSNELA
10 103 056


Dosen
DR. Afif Zamzami, M.Psi



PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) BATUSANGKAR
2011



1.      Kebiasaan kehidupan dan kebudayaan merupakan sumber pengembangan kreativitas. Kreativitas  ada yang positif dan negatif. Jelaskan dengan contoh!
Jawab:
Kreativitas mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Melalui kreativitas yang dimilikinya, manusia memberikan bobot dan makna terhadap kehidupan. Secara mikro kreativitas diwujudkan dalam produk-produk kreatif individu; dan secara makro, kreativitas dimanifestasikan dalam kebudayaan dan peradaban. Kreativitas secara akumulatif dan diskursif terus menerus mengisi dan memperkaya khazanah kebudayaan dan peradaban. Banyak ahli menempatkan kreativitas sebagai faktor yang sangat penting dalam perubahan sosial budaya dengan kreatifitasnya, manusia memberikan makna terhadap realitas alam semesta dan mengembangkan corak kehidupannya di bumi. Ada tiga manfaat dari kreativitas yang positif yaitu memungkinkan individu  atau masyarkat untuk: a) memberikan respon yang kuat terhadap stuasi-situasi baru; b) mengadakan reaksi yang lebih kuat terhadap tantangan-tantangan lama; dan c) mengorganisasikan situasi baru dan memberikan respons yang kuat kepadanya. Jadi, kreativitas memungkinkan manusia untuk secara konstruktif meningkatkan kualitas kehidupannya, melalui interaksi dengan lingkungan fisik, sosial, intelektual, dan spiritual. Tidak semua kreativitas bersifat positif dan konstruktif. Ada karya kreatif negatif yang mempunyai akibat destruktif  bagi manusia itu sendiri. Contoh kreativitas yang bersifat negatif itu antaralain: 1) penciptaan bom atom oleh Oppenheimer yang disesalinya, karena bom atom acap digunakan dalam peperangan untuk menghancurkan manusia dalam jumlah banyak, bahkan dapat meleburkan sebuah kota atau negeri seperti kota Nagasaki dan Hiroshima yang di bom oleh sekutu sehingga meluluhlantakkan kota tersebut; 2) kelahiran Nazi Jerman dari gagasan kreatif Hitler, tetapi hanya menciptkan bencana bagi Eropa; 3) teknologi inseminasi buatan pada hewan yang sangat dibutuhkan, tetapi pada manusia hal tersebut mempunyai implikasi moral yang kompleks.
Sebagai bagian yang tak terpisahkan dari  kehidupan, kreativitas berlangsung dalam setiap dimensi dan aktivitas kehidupan manusia.
2.      Orang kreatif memperlihatkan beberapa ciri  jelaskan!
Jawab:
Salah satu aspek kreativitas adalah kepribadian (personality) orang-orang kreatif. Dalam arti sempit kreativitas mengacu pada kecakapan yang menjadi karakteristik orang-orang kreatif, yaitu orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran dan elaborasi. Kecakapan kreatif menentukan apakah individu dapat menampilkan prilaku kreatifnya sampai taraf tertentu. Apakah orang-orang yang  memiliki modal kecakapan kreatif akan secara nyata menghasilkan karya-karya kreatif, tergantung kepada ciri-ciri motivasi, sikap, dan temperamennya. Piers (1970) mengungkapkan bahwa orang-orang kreatif cenderung memiliki rasa ingin tahu yang besar, persisten, tidak puas pada apa yang ada, percaya diri, otonom, bebas dalam pertimbangan, menerima diri, senang humor, intuitif dalam berpikir,  tertarik kepada hal-hal yang kompleks, sensitif terhadap rangsangan, dan toleran terhadap situasi yang tidak  pasti.
Menurut Supriadi (1985), berdasarkan survey kepustakaan mengidentifikasi 24 ciri orang kreatif yang ditemukan dalam berbagai studi, yaitu: 1) terbuka terhadap pengalaman baru; 2) fleksibel dalam berfikir dan merespon; 3) bebas dalam menyatakan pendapat dan perasaan; 4) menghargai fantasi; 5) tertarik pada kegiatan-kegiatan kreatif; 6) mempunyai pendapat sendiri; 7) Mempunyai rasa ingin tahu yang besar; 8) toleran terhadap perbedaan; 9) berani mengambil resiko yang diperhitungkan; 10) percaya diri dan mandiri; 11) memiliki tanggung jawab dan komitmen kepada tugas; 12) tekun dan tidak mudah bosan; 13) Tidak kehabisan akal; 14) kaya akan inisiatif; 15) peka terhadap lingkungan; 16) Lebih berorientasi kepada masa kini/ masa depan dari pada masa lalu; 17) memiliki citra diri dan stabilitas emosional yang baik; 18) tertarik kepada hal-hal yang kompleks, holistik dan mengandung teka-teki; 19) memiliki gagasan yang orisional; 20) mempunyai minat yang luas; 21) menggunakan waktu luang untuk kegiatan yang bermanfaat dan konstruktif bagi pengembangan diri; 22) kritis terhadap pendapat orang lain; 23) senang mengajukan pertanyaan yang baik; 24) memiliki kesadaran etik moral dan estetik yang tinggi.
Sedangkan Mack Kinon dalam Wilson dkk. (1974) mengemukakan ciri-ciri pribadi yang kreatif setelah melakukan penelitian terhadap arsitek  yang dinilai kreatif sebagai berikut: 1) cerdas, yang terlihat dalam kualitas dari caranya menyelesaikan pekerjaan atau dilihat dari hasil tes intelegensi; 2) mandiri dalam berpikir maupun bertindak; 3) terbuka terhadap dunia luar; 4) intuitif dalam arti tidak hanya terpaku pada yang tampak saja, pribadi yang kreatif selalu berusaha menangkap isi yang terkandung, apa maknanya, dan kemungkinan-kemungkinan apa yang mungkin terjadi; 6) menjunjung tinggi teori dan estetika; 7) berani dan teguh hati secara psikologis.
Sementara Csikszentmihalyi (1996) mengemukakan 10 ciri-ciri kepribadian yang kreatif, yaitu: 1) pribadi kreatif mempunyai kekuatan energy fisik yang memungkinkan mereka bekerja berjam-jam dengan konsentrasi penuh, tetapi mereka juga bisa tenang dan rileks, tergantung situasinya; 2) pribadi kreatif cerdas dan cerdik tapi di saat yang sama mereka juga naïf; 3) cirri-ciri paradoksal ketiga berkaitan dengan kombinasi antara sikap bermain dan disiplin; 4) pribadi kreatif dapat berselang seling antara imajinasi dan fantasi; 5) pribadi kreatif menunjukkan kecenderungan baik introversi maupun ekstroversi; 6) orang yang kreatif dapat bersikap rendah diri dan bangga terhadap hasil karyanya pada saat yang sama; 7) pribadi kreatif menunjukkan kecenderungan andragogi psikologis, yaitu dapat melepaskan diri dari stereotip gender (maskulin-feminim); 8)orang kreatif cenderung mandiri bahkan suka menentang; 9) kebanyakan orang kreatif sangat bersemangat menyangkut karya mereka,dan sangat objektif penilaian karyanya; 10) sikap terbuka dan sensitivitas  orang kreatif sering membuatnya menderita jika mendapat banyak kritik dan serangan terhadap hasil karyanya.
3.      Orang – orang kreatiflah yang merubah kehidupan, berilah contoh dalam berbagai bidang!
Jawab:
Ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) berkembang berkat karya-karya kreatif para ilmuwan, yang sangat bermanfaat bagi manusia dalam kehidupan ini. Contohnya:
a.       Bidang Kesehatan, Paul Ehlich: Pada umumnya dianggap menjadikan kemoterapi sebagai ilmu pengetahuan. Penelitian yang dilakukannya pada awal tahun 1900-an membuat sintesis suatu karyawan arsen untuk pengobatan sifilis. Penelitiannya ini merupakan sumbangan utama terhadap obat-obatan baru secara sistematik.
b.      Benjamin Franklin (1706-1790): Pada tahun 1752 berhasil memuati botol leyden dengan menerbangkan layang-layang didekat kilat. Arus listrik dari kilat dialirkan melalui tali layang-layang yang terbuat dari bahan logam untuk mengisi botol leyden. Berdasarkan kajiannya terhadap muatan listrik dalam bahan. Ia memperkenalkan istilah muatan positif dan muatan negatif, yang hingga hari ini masih digunakan.
c.        
4.      Bila anda sebagai pendidik/ orang tua, bagaimanakah anda mengembangkan kreativitas anak?
Jawab:
Sebagai orangtua yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kreativitas anak adalah:
a.       Menciptakan lingkungan yang sehat
Sebagai orangtua yang baik, hendaknya memberi anak perlindungan, pakaian, dan makanan yang sehat dan bergizi. Disaat yang sama orangtua juga harus memberi anak-anak lingkungan dan fasilitas yang baik. Bukan itu saja, orangtua pun harus memberi makan otaknya dengan dengan makanan yang sehat dan bergizi, berupa pemikiran-pemikiran yang mendidik.
b.      Percaya pada anak
Jika orangtua percaya bahwa mereka mampu menampilkan kreativitas dalam diri anak, maka kreativitas tersebut akan tumbuh. Hanya bila orangtua percaya kepada anak, baru bisa memunculkan yang terbaik darinya. Alam sudah memberkati anak dengan kemampuan-kemampuan mental. Otak mereka sudah dilengkapi  dengan kekuatan intelektual yang menakjubkan. Seorang anak sudah memiliki imajinasi yang hebat, keahlian tinggi untuk mencipta, dan diberkati dengan pikiran yang penuh warna dan kreatif. Tetapi, kepercayaan yang besarlah yang memungkinkan anak untuk menjelajahi semua kemampuan mental itu secara maksimal. Yang paling penting adalah jangan pernah menunjukkan, baik dengan kata-kata maupun dengan sikap, bahwa kemampuan anak hanya sedang-sedang saja.
c.       Memupuk rasa ingin tahu anak
Setiap pagi, anak-anak bangun, dan menyongsong hari baru. Bagi seorang anak, kemarin dan hari esok hampir-hampir tidak memiliki arti apa-apa. Hari ini merupakan hari yang penting, yang akan mendapatkan seluruh perhatiannya. Baginya segala sesuatu memiliki daya tarik yang baru. Karena otaknya terus dipenuhi oleh temuan-temuan baru, seorang anak cenderung mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya, dan bertanya-tanya tentang banyak hal; tempat, binatang, dan sebagainya.
d.      Membimbing anak, jangan memberi perintah
Seorang anak sangat peka terhadap nada suara. Bicaralah dengan lembut. Membuat anak marah tidak aka membawa hasil yang akan diharapkan. Belajar seharusnya menjadi pengalaman yang menyenangkan bagi anak. Tetapi ini tidak mungkin terlaksana bila anak merasa dipaksa.
e.       Permainan kreatif
Melalui bermain secara bebas seorang anak mulai mengadakan eksplorasi terhadap dunianya, ia mencoba kemungkinan-kemungkinan yang ada, mengungkapkan ide-ide permainan sehingga  ia mendapatkan pengalaman-pengalaman baru atau melihat sesatu dengan cara yang baru. Dan yang dimaksud bermain disini adalah bermain secara spontan dengan ide-ide, benda-benda, dan dengan anak-anak lainnya. Hal ini berkaitan dengan keterbukaan terhadap pengalaman-pengalaman baru. Bermain akan memberikan kesempatan kepada anak untuk menjadi lebih kreatif. Anak dapat mencoba hal-hal yang belum diketahuinya serta mengungkapkan ide-idenya melalui bermain bebas.
Sedang sebagai pendidik/guru hal yang dapat dilakukan untuk mengembangkan kreativitas anak didik antaralain:
a.       Menciptakan rasa aman kepada anak untuk mengekspresikan krativitasnya
Guru dan pembimbing perlu “melindungi” anak-anak kreatif dari rasa terancam, tanpa berpretensi sebagai “pembela”. Bantuan  ini diberikan dengan maksud agar anak-anak kreatif memahami hubungannya dengan oranglain dan implikasi dari gagasan-gagasannya yang unik dan berbeda. guru dan pembimbing seyogyanya berani mengoreksi secara bijaksana kekeliruan anak-anak kreatif, tetapi secara jujur berani pula melindungi gagasannya yang konstruktif dan benar.
b.      Mengakui dan menghargai gagasan-gagasan  anak
Guru dan pembimbing seyogyanya berusaha menunjukkan  kepada anak-anak kreatif bahwa kelebihannya diakui dan dihargai. Pengakuan  ini diberikan dalam berbagai situasi yang memungkinkan anak-anak tersebut menunjukkan kebolehannya (diskusi, seminar, penelitian, kepemimpinan, dan kegiatan ekstra-kurikuler lainnya)
c.       Menjadi pendorong bagi anak untuk mengkomunikasikan dan mewujudkan gagasan-gagasannya
Menjadi pendukung atau model. Kenyataan bahwa seringkali anak-anak kreatif diasingkan oleh teman-temannya menempatkan guru dan pembimbing pada posisi yang penting untuk  membantu anak-anak kreatif. Keduanya harus mampu menjadi pendukung, bahkan model. Dengan otoritas pribadi yang dimilikinya, guru dan pembimbing dapat menjelaskan kepada para siswa yang lain (dalam bimbingan kelompok, misalnya) akan perlunya menghargai gagasan-gagasan orang lain.
d.      Membantu anak memahami divergensinya dalam berfikir dan bersikap, dan bukan malah menghukumnya
Membantu anak-anak kreatif memahami divergensinya. Berfikir dan bersikap divergen merupakan ciri umum orang kreatif. Anak-anak kreatif perlu dibantu memahami perbedaan ini, agar mampu mengatasi krisis-krisis yang timbul karenanya termasuk kemungkinan ditentang oleh orang lain.
e.       Memberikan peluang untuk mengkomunikasikan gagasannya
Memberi peluang kepada anak-anak kreatif untuk mengkomunikasikan gagasannya. Keadaan yang paling tidak menyenangkan bagi orang-orang kreatif  adalah apabila mereka tidak memiliki peluang untuk menyatakan gagasan-gagasannya. Guru dan pembimbing berusaha untuk menghilangkan hambatan ini. Dengan demikian, anak-anak itu merasa ditantang untuk terus berfikir dan berbuat, karena mereka merasa mendapatkan peluang dari lingkungannya. Jadi, pendidikan dan bimbingan seyogyanya memudahkan anak untuk mengekspresikan kreativitasnya, yang dilakukan dengan memberikan rasa aman kepada anak untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya.
f.       Memberikan informasi mengenai peluang-peluang yang tersedia
Memberikan informasi mengenai peluang yang tersedia. Peluang untuk mengembagkan diri bukan hanya disekolah, melainkan diluar sekolah. Minat anak-anak kreatif yang luas menuntut pemberian informasi yang memadai dari konselor mengenai peluang-peluang yang tersedia diluar sekolah  yang dapat diakses oleh anak, misalnya narasumber yang dapat dihubungi, himpunan remaja yang dapat dimasuki, dan sumber-sumber informasi yang dapat dimanfaatkan.
5.      Konsep diri penting dalam kehidupan dan bagaimanakah cara anda mengembangkan konsep diri anak atau siswa anda?
Jawab:
Suatu konsekuensi logis, jika di sekolah akan ditemukan berbagai karakteristik pribadi siswa, ada yang cenderung positif dan negatif. Maka, diperlukan sosok guru yang penuh kearifan sebagai implementasi dari kompetensi kepribadian guru, untuk menyelaraskan konsep diri siswa yang cenderung negatif, salah satunya melalui kegiatan pembelajaran. Mengembangkan konsep diri di bidang akademis, bisa dengan cara menghargai kemampuan, kebaikan, dan kelebihan siswa sekecil apa pun. Dengan cara mengapresiasi keberadaannya dapat melatih sikap perilaku asertif siswa, sehingga diharapkan akan tumbuh rasa percaya diri yang positif dan mendorong mewujudkan potensinya secara optimal. Mengenali potensi siswa, mengetahui kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya, disikapi secara bijaksana oleh sekolah dengan cara memberikan peluang waktu dan tempat untuk dapat bermakna dalam kehidupan siswa. Sebaliknya, kekeliruan, kesalahan selama proses pembelajaran acapkali berakibat rusaknya konsep diri anak dan tidak mustahil akan memengaruhi perilakunya.
Cara pendidik mengembangkan konsep diri peserta didik, diantaranya adalah:
a.       Membuat siswa merasa mendapat dukungan dari guru.
Dalam mengembangkan konsep diri yang positif, siswa perlu mendapat dukungan dari guru. Dukungan guru ini dapat ditunjukan dalam bentuk dukungan emosional (emotional support), seperti ungkapan empati, kepedulian, perhatian dan umpan balik, dan dapat pula berupa dukungan penghargaan (esteem support), seperti ungkapan hormat (penghargaan) positif terhadap siswa, dorongan untuk maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan siswa dan perbandingan positif antara satu siswa dengan siswa lain. Bentuk dukungan ini memungkinkan siswa untuk membangun perasaan memiliki harga diri, memiliki kemampuan atau kompeten dan berarti.
b.      Membuat siswa merasa bertanggung jawab
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membuat keputusan sendiri atas perilakunya dapat diartikan sebagai sebagai upaya guru untuk memberikan tanggung jawab kepada siswa.
c.       Membuat siswa merasa mampu
Ini dapat dilakukan dengan cara menunjukan sikap dan pandangan yang positif terhadap kemampuan yang dimiliki siswa. Dengan sikap dan pandangan yang positif ini. Maka siswa akan berpandangan positif terhadap kemampuan dirinya.
d.      Mengarahkan siswa untuk mencapai tujuan yang realistis
Penetapan tujuan yang realistis ini dapat dilakukan dengan mengacu pada pencapaian prestasi dimasa lalu, dan pencapaian prestasi yang sekarang sudah dapat dibayangkan, sehingga siswa dapat terbantu untuk bersikap positif terhadap kemampuan dirinya sendiri.
e.       Membantu siswa menilai diri mereka secara realistis
Salah satu cara menilai diri siswa secara realistis adalah dengan membandingkan prestasi siswa pada masa lalu dengan prestasi sekarang. Hal ini dapat membangkitkan motivasi, minat, dan sikap siswa terhadap seluruh tugas sekolah.
f.       Mendorong siswa agar bangga dengan dirinya secara realistis
Upaya lain yang harus dilakukan guru dalam membantu dan mengembangkan konsep diri peserta didik adalah dengan memberikan dorongan kepada siswa agar bangga dengan prestasi yang telah dicapainya.

Daftar Bacaan
Dedi Supriyadi. 1994. Kreativitas, Kebudayaan dan Perkembangan Iptek. Bandung: Alfabeta
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Diana Mutiah. 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana
Marten Kanginan. 2006.  Fisika untuk  SMA kelas XII. Jakarta : Erlangga
Michae J. Pelczar, dan Chan. 2008.  Dasar-Dasar mikroba. Jakarta : UI
M. Nur Ghufron dan Rini Risnawati S. 2010.  Teori-Teori Psikologi. Jogyakarta: Ar-ruzz Media
Shakuntala Devi. 2002.  Bangunkan Kejeniusan Anak Anda. Bandung: Nuansa




























Rabu, 17 Oktober 2012

Materi Mata Kuliah Evaluasi Diagnosis Kesulitan Belajar tentang Analisis Dokumentasi


ANALISIS DOKUMENTASI
Oleh Fitria Osnela

1.      Dokumentasi Hasil Test Diagnostik Baik Kebiasaan Belajar Atau Pengalaman Masa Lalu
Setiap siswa yang telah mengalami proses belajar, kebiasaan-kebiasaannya akan tampak berubah. Menurut Burghard (1973), kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang. Dalam proses belajar, pembiasaan juga meliputi pengurangan perilaku yang tidak diperlukan. Karena proses penyusutan/ pengurangan inilah, muncul suatu pola bertingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatis.
Kebiasaan ini terjadi karena prosedur pembiasaan seperti dalam classical conditioning. Contoh: siswa yang belajar bahasa secara berkali-kali menghindari kecenderungan penggunaan kata atau struktur yang keliru, akhirnya akan terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar. Jadi, berbahasa secara baik dan benar itulah perwujudan perilaku belajar siswa tadi.[1]
Dengan belajar, orang memperoleh pengalaman. Pengalaman belajar meliputi aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Belajar merupakan kegiatan yang dinamis, karena itu wajarlah bahwa pengetahuan, keterampilan, dan sikap seseorang menjadi berkembang.[2]
2.      Dokumentasi Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Menurut A. J Romiszowski (1981: 217) hasil belajar merupakan keluaran (outputs) dari suatu sistem pemprosesan masukan (inputs). Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan keluarannya  adalah perbuatan atau kinerja (performence).
Seperti halnya Romiszowski, John M. Keller (1983:391) memandang hasil belajar sebagai keluaran dari suatu sistem pemprosesan berbagai masukan yang berupa informasi. Berbagai masukan tersebut menurut Keller dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu kelompok masukan pribadi (personal Inputs), yang terdiri dari motivasi atau nilai-nilai, harapan untuk berhasil, intelegensi dan penguasaan awal, dan evaluasi kognitif terhadap kewajaran atau keadilan konsekuensi; dan ( environmentl inputs), yang terdiri dari rancangan dan pengelolaan motivasional, rancangan dan pengelolaan ulangan penguatan (reinforcement).[3]
3.      Dokumentasi Prestasi Belajar
a.       Indikator Prestasi Belajar
Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan data hasil  belajar siswa adalah dengan mengetahui garis-garis besar indikator (penunjuk adanya prestasi tertentu) dikaitkan dengan jenis prestasi yang hendak diungkapkan atau diukur.
Dibawah ini pemakalah akan sajikan tabel mengenai jenis, indikator, dan cara evaluasi prestasi.[4]
Ranah/ Jenis Prestasi
Indikator
Cara Evaluasi Prestasi
A.    Ranah Cipta (Kognitif)


1.      Pengamatan
1.      Dapat Menunjukkan
2.      Dapat membandingkan
3.      Dapat menghubungkan
1.      Tes Lisan
2.      Tes Tertulis
3.      Observasi
2.      Ingatan
1.      Dapat menyebutkan
2.      Dapat menunjukkan kembali
1.      Tes lisan
2.      Tes tertulis
3.      Observasi
3.      Pemahaman
1.      Dapat menjelaskan
2.      Dapat mendefenisikan dengan lisan sendiri
1.      Tes lisan
2.      Tes tertulis
4.      Aplikasi/ Penerapan
1.      Dapat memberikan contoh
2.      Dapat menggunakan secara tepat
1.      Tes tertulis
2.      Pemberian tugas
3.      observasi

5.      analisis (pemeriksaan dan pemilahan secara teliti)
1.      dapat menguraikan
2.      dapat mengklasifikasikan
1.      tes tertulis
2.      pemberian tugas
6.      sisntesis (membuat panduan baru dan utuh)
1.      dapat menghubungkan materi-materi, sehingga menjadi kesatuan baru
2.      dapat menyimpulkan
3.      dapat menggeneralisasikan (membuat prinsip umum)
1.      tes tertulis
2.      pemberian tugas
B.     Ranah Rasa (Afektif)


1.      Penerimaan
1.      Menunjukkan sikap menerima
2.      Menunjukkan sikap menolak
1.      Tes tertulis
2.      Tes skala sikap
3.      Observasi
2.      Sambutan
1.      Kesediaan berpartisipasi/ terlibat
2.      Kesediaan memanfaatkan
1.      Tes skala sikap
2.      Pemberia tugas
3.      Observasi
3.      Apresiasi (sikap menghargai)
1.      Menganggap penting dan bermanfaat
2.      Menganggap indah dan harmonis
3.      mengagumi
1.      tes skala penilaian sikap
2.      pemberian tugas
3.      observasi
4.      internalisasi (pendalaman)
1.      mengakui dan meyakini
2.      mengingkari
1.      tes skala sikap
2.      pemberian tugas ekspresif (yang menyatakan sikap) dan tugas proyektif (yang menyatakan sikap) dan tugas proyektif (yang menyatakan perkiraan atau ramalan).
5.      Karakterisasi (penghayatan)
1.      Melembagakan atau meniadakan
2.      Menjelmakan dalam pribadi dan perilaku sehari-hari
1.      Pemberian tugas ekspresif dan proyektif
2.      observasi
C.     Ranah Karsa (Psikomotor)


1.      Keterampilan
Kecakapan mengkoordinasikan gerak mata, tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya.
Tes tindakan
2.      kecakapan ekspresi verbal dan non-verbal
1.      kefasihan melafalkan/ mengucapkan
2.      kecakapan membuat mimik dan gerakan jasmani
1.      tes lisan
2.      observasi
3.      tes tindakan

b.      Pendekatan evaluasi prestasi belajar
Ada dua macam pendekatan yang amat populer dalam mengevaluasi atau menilai tingkat keberhasilan/perstasi belajar, yakni: 1) Norm-referencing atau Norm Referenced Assesment (Penilaian Acuan Norma/PAN); dan 2) Criterion-referencing atau Criterian-Referenced Assesment (Penilaian Acuan Kriteria/PAK).[5]
1)      Norm-referencing atau Norm Referenced Assesment (Penilaian Acuan Norma/PAN)
Dalam penilaian yang menggunakan pendekatan PAN (Penilaian Acun Norma), prestasi belajar seorang peserta didik diukur dengan cara membandingkannya dengan prestasi yang dicapai teman-tema sekelas atau sekelompoknya. Jadi, pemberian skor atau nilai peserta didik tersebut merujuk pada hasil perbandingan antara skor-skor yang diperoleh teman-teman sekelompoknya dengan skornya sendiri.
2)      Criterion-referencing atau Criterian-Referenced Assesment (Penilaian Acuan Kriteria/PAK).
Penilaian dengan PAK (Penilaian Acuan Kriteria) merupakan proses pengukuran prestasi belajar dengan cara membandingkan pencapaian seorang siswa dengan pelbagai perilaku ranah yang telah ditetapka secara baik (well-defined domain behaviour) sebagai patokan absolut. Oleh karena itu, dalam mengimplementasikan pendekatan Penilaian Acuan Kriteria diperlukan adanya kriteria mutlak yang merujuk pada tujuan pembelajaran umum dan khusus (TPU dan TPK). Artinya, nilai atau kelulusan seorang siswa bukan berdasarkan perbandingan dengan nilai yang dicapai oleh rekan-rekan sekelompoknya melainkan ditentukan oleh penguasaannya atas materi pelajaran hingga batas yang sesuai dengan tujuan instruksional.
            Pendekatan penilaian seperti ini biasanya diterapkan dalam sistem belajar tuntas (Mastery Learning). Dalam sistem belajar tuntas, seorang siswa baru dapat dinyatakan lulus dalam evaluasi suatu mata pelajaran apabila ia telah menguasai seluruh materi secara merata dan mendalam dengan nilai minimal 80.
c.       Batas minimal prestasi belajar
Setelah mengetahui indikator dan memperoleh skor evaluasi prestasi belajar diatas, guru perlu pula mengetahui bagaimana kiat menetapkan batas minimal keberhasilan belajar para siswanya. Hal ini penting karena mempertimbangkan batas terendah prestasi siswa yang dianggap berhasil dalam arti luas bukanlah perkara mudah.
Menetapkan batas minimum keberhasilan belajar siswa selalu berkaitan dengan upaya pengungkapan hasil belajar. Ada beberapa alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Diantara norma-norma berikut adalah: (1) norma skala angka dari 0-10; (2) norma skala angka dari 0-100.
Angka terendah yang menyatakan kelulusan/keberhasilan belajar (passing grade) skala 0-10 adalah 5,5 atau 6, sedangkan untuk skala 0-100 adalah 55 atau 60. Alhasil pada prinsipnya jika seorang siswa dapat menyelesaikan lebih dari separoh tugas atau dapat menjawab lebih dari setengah instrumen evaluasi dengan benar, ia dianggap telah memenuhi target minimal keberhasilan belajar. Namun demikian, kiranya perlu dipertimbangkan oleh para guru sekolah penetapan passing grade yang lebih tinggi (misalnya 65 atau 70) untuk pelajaran-pelajaran inti ini meliputi, antara lain: bahasa dan matematika, karena kedua bidang studi ini (tanpa mengurangi pentingnya bidang-bidang studi lainnya) merupakan “kunci pintu” pengetahuan lainnya.
Selanjutnya, selain norma-norma tersebut diatas, ada pula norma lain yang dinegara kita baru berlaku di perguruan tinggi yaitu norma prestasi belajar dengan menggunakan simbol-simbol huruf A, B, C, D dan E. Simbol huruf-huruf ini dapat dipandang sebagai terjemahan dari simbol angka-angka. Seperti terlihat pada tabel berikut:
Simbol-simbol nilai

Predikat
Angka
Huruf
8 - 10 = 80-100=3,1-4
A
Sangat Baik
7-7,9=70-79=2,1-3
B
Baik
6-6,9=60-69=1,1-2
C
Cukup
5-5,9=50-59=1
D
Kurang
0-4,9=0-49=0
E
Gagal
                                               
Simbol angka seperti diatas yang berskala 0-4 lazim dipakai di perguruan tinggi. Skala angka tersebut dipakai untuk menetapkan Indeks Prestasi (IP) mahasiswa, baik pada setiap semester maupun pada akhir penyelesaian studi.[6]



[1] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya), h.,118
[2]Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, ( Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h., 59
[3]Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), h., 37, 38, 40.
[4]Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h., 214-216
[5] Ibid., h.,216 -217
[6] Ibid., h., 219-221