HADIS-HADIS TENTANG AKHLAK KONSELOR ISLAMI
Pada proses konseling, keberhasilan
tidak hanya ditentukan oleh seberapa profesional seorang konselor dalam
menjalankan profesinya, seberapa profesional ia mempraktekan teori-teori yang
telah dipelajarinya. Akan tetapi, jauh dibalik itu akhlak seorang konselor juga
menjadi penentu keberhasilan proses konseling itu.
Sebagai
orang muslim, Nabi Muhammad Saw adalah contoh teladan akhlak yang baik. Konselor
bisa menerapkan akhlak Rasululullah dalam kehidupan sehari-harinya sehingga
ketika melakukan proses konseling, ia disukai klien dan proses
konseling yang ia lakukan berjalan baik. Karena konselor merupakan acuan
dan pedoman bagi klien, maka sudah selayaknya konselor perlu memiliki akhlak
islami.
Dalam
makalah ini, pemakalah akan menjabarkan beberapa hadist tentang akhlak konselor
islami, yaitu: Akhlak Sebagai
Standar Kebaikan, Mencintai dan Membenarkan Kebenaran, Jujur
dan Amanah, Tabligh/Aspiratif, Ikhlas, Sabar dan Lemah Lembut, Rendah Hati dan Santun.
1.
Akhlak Sebagai Standar Kebaikan
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو يُحَدِّثُنَا
إِذْ قَالَ لَمْ يَكُنْ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاحِشًا وَلَا مُتَفَحِّشًا وَإِنَّهُ
كَانَ يَقُولُ إِنَّ خِيَارَكُمْ أَحَاسِنُكُمْ أَخْلَاقًا [رواه البخاري] [1]
Artinya
:dari Abdullah bin Amru, dia berkata Rasulullah Saw tidak pernah berbuat keji
dan tidak pula menyuruh berbuat keji, bahwa beliau bersabda: sesungguhnya
sebaik-baik kalian adalah yang paling mulia akhlaknya. (HR. Bukhari)
عَنْ جَابِرٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَيَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ
الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلَاقًا وَإِنَّ
أَبْغَضَكُمْ إِلَيَّ وَأَبْعَدَكُمْ مِنِّي مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ وَالْمُتَفَيْهِقُونَ قَالُوا يَا رَسُولَ
اللَّهِ قَدْ عَلِمْنَا الثَّرْثَارُونَ وَالْمُتَشَدِّقُونَ فَمَا
الْمُتَفَيْهِقُونَ قَالَ الْمُتَكَبِّرُونَ .قَالَ أَبُو عِيسَى:
وَالثَّرْثَارُ هُوَ الْكَثِيرُ الْكَلَامِ وَالْمُتَشَدِّقُ الَّذِي يَتَطَاوَلُ
عَلَى النَّاسِ فِي الْكَلَامِ وَيَبْذُو عَلَيْهِمْ [رواه الترمذي] [2]
Artinya: Dari Jabar, Nabi bersabda:
sesungguhnya termasuk orang yang paling aku cintai dan paling dekat tempat
duduknya dengan aku kelak dihari kiamat adalah orang yang paling baik
akhlaknya. Dan orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku pada hari
kiamat kelak adalah tsartsarum, mutasyadiqum, dan mutafaihiqum, sahabat
berkata,” ya rasululullah, kami sudah tahu arti tsartsarum, mutasyadiqum, lalu
apa arti Mutafaihiqum?” Beliau menjawab, “ Orang-orang sombong”. (HR. Tarmidzi)
Layaknya
seorang konselor memiliki akhlak yang mulia, dan menjauhi akhlak yang keji,
karena seorang konselor akan menjadi contoh bagi klien. Jadi seorang konselor
islami dapat berpedoman pada akhlak Rosulullah SAW yang mana semuanya itu
tertera pada Al-Quran dan Hadist. Selain itu seorang konselor tidak boleh
bersifat sombong. Seharusnya konselor menjauhi sifat sombong.
2. Mencintai dan Membenarkan Kebenaran
Seorang
pembimbing atau konselor harus memiliki sifat siddiq, yakni cinta pada
kebenaran dan mengatakan benar sesuatu sesuatu yang memang benar.[3]
عَنْ أَوْسَطَ
بْنِ إِسْمَعِيلَ الْبَجَلِيِّ أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا بَكْرٍ حِينَ قُبِضَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ قَامَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي مَقَامِي هَذَا عَامَ الْأَوَّلِ ثُمَّ
بَكَى أَبُو بَكْرٍ ثُمَّ قَالَ عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّهُ مَعَ الْبِرِّ
وَهُمَا فِي الْجَنَّةِ وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّهُ مَعَ الْفُجُورِ
وَهُمَا فِي النَّارِ وَسَلُوا اللَّهَ الْمُعَافَاةَ فَإِنَّهُ لَمْ يُؤْتَ
أَحَدٌ بَعْدَ الْيَقِينِ خَيْرًا مِنْ الْمُعَافَاةِ وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا
تَبَاغَضُوا وَلَا تَقَاطَعُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ
إِخْوَانًا [رواه إبن ماجه] [4]
Artinya:
Dari Autsah bin Ismail, Nabi SAW pernah
berdiri ditempatku ini, kemudian Abu Bakar menangis. Lalu nabi berkata, berlaku
jujurlah kalian. Karena sesungguhnya kejujuran akan diiringi oleh kebaikan dan
keduanya akan (mengiringi pelakunya ke dalam) surga. Jauhilah dusta. Karena
dusta akan senantiasa diirigi oleh kemaksiatan, keduanya (akan mengiringi
perilaku menuju) neraka. Mintalah kepada Allah perlindungan, karena
sesungguhnya tidak ada karunia yang lebih baik, setelah keimanan daripada
perlindungan Allah. Janganlah kalian saling memboikot dan membenci. Hendaklah
kalian menjadi hamba-hamba Allah yang bersaudara. (HR. Ibnu Majah).
Hadist
diatas menjelaskan bahwa sifat jujur akan membawa pelakunya ke dalam sorga.
Sedangkan jika sifat dusta akan membawa pelakunya ke dalam neraka.
Kebenaran
bersifat relatif, akan tetapi kebenaran yang haqiqi adalah kebenaran yang datang
dari Allah SWT. Nabi Muhammad bersabda yang di riwayatkan oleh HR. Tarmidzi:
عَنْ
أَبِي الْحَوْرَاءِ السَّعْدِيِّ قَالَ قُلْتُ لِلْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ مَا
حَفِظْتَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ حَفِظْتُ
مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى
مَا لَا يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ [رواه الترمذي] [5]
Artinya:
Dari abil Haura’ Sa’diyya berkata Hasan Bin Ali Bin Abi Abi Thalib, Cucu
Rasulullah, “Apa yang kamu hafal dari rasululah?” Dia berkata, “saya telah
menghafal dari rasululah SAW: Tinggalkan apa-apa yang kamu ragukan menuju
apa-apa yang tidak kamu ragu. Sesungguhnya kebenaran itu adalah tum’ninah dan
kebohongan itu riba. (HR. Tarmidzi)
Agar
proses konseling berjalan dengan baik, maka seorang konselor harus mencintai
klien dan membenarkan semua perkataan klien karena sebagaimana yang kita
ketahui bahwa klien tidak pernah salah. Dan apabila klien saat menyampaikan
kata-kata ternyata ada yang salah kita tidak boleh langsung menyalahkannya.
Dalam
proses konseling konselor harus mencintai kliennya dengan sukarela membantu
permasalahan yang dialami klien dan mengentaskan permasalahan dengan rasa
cintanya itu. Dalam menyikapi persoalan setiap konselor agar mencari tahu
kebenaran dan menjunjung tinggi kebenaran tersebut, sehingga dengan kebenaran
yang didapatkan, pengentasan sebuah persoalan pun dapat dientaskan secara
maksimal. Dalam hal ini, bukan berarti konselor membenarkan semua perkataan
klien, karena belum tentu semua yang dikatakan oleh klien itu benar, disini
konselor mengarahkan klien untuk mengatakan sesungguhnya yang benar.
3. Jujur dan Amanah
َنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
مَنْ أَخَذَ أَمْوَالَ النَّاسِ يُرِيدُ أَدَاءَهَا أَدَّى اللَّهُ عَنْهُ وَمَنْ
أَخَذَ يُرِيدُ إِتْلَافَهَا أَتْلَفَهُ اللَّهُ [رواه البخاري] [6]
Artinya:
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda “siapa yang mengambil (berutang)
harta manusia dan ingin membayarnya maka Allah melunaskannya. Sementara siapa
yang berutang dengan keinginan untuk menelantarkannya (tidak membayar) maka Allah
benar-benar membinasakannya”.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بن مَسْعُودٍ
قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:لا إِيمَانَ
لِمَنْ لا أَمَانَةَ لَهُ، وَلا دِينَ لِمَنْ لا عَهْدَ لَهُ، وَالَّذِي نَفْسُ
مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، لا يَسْتَقِيمُ دِينَ عَبْدٍ حَتَّى يَسْتَقِيمَ لِسَانُهُ،
وَلا يَسْتَقِيمُ لِسَانُهُ حَتَّى يَسْتَقِيمَ قَلْبُهُ، وَلا يَدْخُلُ
الْجَنَّةَ مَنْ لا يَأْمَنُ جَارُهُ بَوَائِقَهُ، قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ،
وَمَا الْبَوَائِقُ؟ قَالَ:غَشْمُهُ وَظُلْمُهُ، وَأَيُّمَا رَجُلٍ أَصَابَ مَالا
مِنْ غَيْرِ حِلِّهِ، وَأَنْفَقَ مِنْهُ، لَمْ يُبَارَكْ لَهُ فِيهِ، وَإِنْ
تَصَدَّقَ لَمْ تُقْبَلْ مِنْهُ، وَمَا بَقِيَ فَزَادُهُ إِلَى النَّارِ، إِنَّ
الْخَبِيثَ لا يُكَفِّرُ الْخَبِيثَ، وَلَكِنَّ الطَّيِّبَ يُكَفِّرُ الْخَبِيثَ. [رواه الطبراني]
[7]
Artinya: Dari Abdullah
Bin Mas’ud berkata: Rasulullah SAW bersabda: Tidak sempurna iman seseorang yang
tidak amanah, dan tidak sempurna agama seseorang yang tidak menunaikan haji,
dan atas nama Allah yang jiwa Muhammad ada pada tangannya, tidak akan istiqamah
agama seseorang sebelum istiqamah lisannya, dan tidak akan istiqamah lisannya
apabila hatinya tidak istiqamah. Dan tidak akan masuk surga bagi siapa yang
selalu mengganggu tetangganya. Mereka
berkata, “Wahai Rasulullah, apa itu Bawaih yaitu kekerasan dan penindasan dan
ketika seseorang pemuda mendapatkan harta yang tidak halal, dan dia
menafkahkannya, maka tidak ada berkah yang dia dapatkan dan apabila dia
sedekahkan maka tidak diterima yang tinggal baginya hanyalah neraka
sesungguhnya kebusukan tidak akan menutup kebusukan/kejahatan, akan tetapi
kebaikanlah yang akan menutup kebusukan. (HR. Thabrani)
Yang
dimaksud jujur disini adalah bahwa seorang konselor itu harus bersikap
transparan, autentik dan asli. Sikap jujur ini sangat penting dalam konseling
karena alasan-alasan berikut:
a. Sikap keterbukaan memungkinkan konselor
dan klien untuk menjalin hubungan psikologis yang lebih dekat satu sama lainnya
dalam proses konseling, konselor yang menutup atau menyembunyikan bagian-bagian
terhadap klien dapat menghalangi terjadinya relasi yang lebih dekat. Kedekatan
hubungan psikologis sangat penting dalam konseling, sebab dapat menimbulkan
hubungan secara langsung dan terbuka antara konselor dengan klien. Apabila
konselor fdengan klien tertutup dalam konseling maka dapat menyebabkan
merintangi perkembangan klien.
b. Kejujuran memungkinkan konselor dapat
memberikan umpan secara objektif kepada klien.[8]
Karena
tugas konselor berpotensi untuk mengetahui berbagai kondisi konseli. Ada yang
bersifat biasa dan ada yang rahasia. Ada yang boleh diketahui oleh publik tanpa
menimbulkan masalah baik dari segi fisik maupun mental dan ada pula yang
memalukan jika diketahui oleh orang banyak. Dalam hal ini konselor harus dapat
menjaga rahasia, jika hal ini tidak terlaksanakan maka orang yang bermasalah
enggan untuk berkonsultasi dengan konselor, sehingga proses konseling tidak
sampai terjadi, atau hubungan antara konselor dengan konseli dapat terganggu.
Kemampuan untuk menjaga rahasia juga dituntut bagi konselor yang profesional.
Rahasia konseli merupakan amanah bagi konselor. Ia tidak boleh membeberkannya
kepada orang yang tidak berhak (berkepentingan). Bila hal itu dilakukannya
erarti ia menghianatinya. Dengan demikian, menceritakan kondisi klien yang
termasuk kategori gibah diatas selain melanggar kode etik profesi konselor juga
termasuk munafik.
Selain
itu, jujur seorang konselor yang jujur diberika kebaikan baik di dunia dan
akhirat. Ia akan dimakkan ke dalam surga yang mendapat gelar kelak akhirat, ia
akan dimasukan kedalam surga dan mendapat gelar yang sangat terhormat yaitu siddiq. Artinya orang yang sangat jujur
dan benar.
Konselor
yang jujur dan amanah merupakan konselor yang mampu menjalankan tugas sesuai
dengan posisinya.
4.
Tabligh
atau Aspiratif
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سُئِلَ عَنْ عِلْمٍ
فَكَتَمَهُ أَلْجَمَهُ اللَّهُ بِلِجَامٍ مِنْ نَارٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ [رواه أبو داود] [9]
Artinya: Dari Abu Hurairah
berkata, Rasulululah SAW bersabda: Barang siapa ditanya tentang suatu ilmu,
lalu dirahasiakannya, maka dia akan datang pada hari kiamat dengan kendali (di
mulutnya) dari api neraka. (HR. Abu Daud)
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَحْقِرْ
أَحَدُكُمْ نَفْسَهُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ يَحْقِرُ أَحَدُنَا
نَفْسَهُ قَالَ يَرَى أَمْرًا لِلَّهِ عَلَيْهِ فِيهِ مَقَالٌ ثُمَّ لَا يَقُولُ
فِيهِ فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَا مَنَعَكَ
أَنْ تَقُولَ فِي كَذَا وَكَذَا فَيَقُولُ خَشْيَةُ النَّاسِ فَيَقُولُ فَإِيَّايَ
كُنْتَ أَحَقَّ أَنْ تَخْشَى [رواه ابن ماجه] [10]
Artinya:
Diriwayatkan dari Abu Sa’id, beliau berkata: Rasulullah telah bersabda:
janganlah salah seorang mencela dirinya. Mereka berkata, “wahai rasulullah
bagaimana seseorang mencela dirinya sendiri?” Beliau menjawab: “dia melihat
perkara Allah diperbincangkan lalu dia tidak mengatakan (pembelaan) kepadanya.
Maka Allah Azza Wa Jalla akan berkata kepadanya kelak dihari kiamat, “ Apa yang
mencegahmu untuk mengatakan begini dan begini?” lalu dia menjawab, “ Saya takut
terhadap manusia.” Maka Allah pun berfirman, “ Aku lebih berhak untuk kamu
takuti.” (HR. Ibnu Majah).
Konselor
adalah orang yang banyak mempunyai
informasi dan senang memberikan dan menjelaskna informasinya. Konselor bukanlah
pribadi yang mahakuasa yang tidak mau berbagi dengan orang lain.[11] Oleh
karena itu, Maksud hadist di atas adalah seorang
konselor harus menyampaikan suatu informasi yang benar kepada kliennya agar
klien dapat terbebas dari permasalahan yang dihadapinya. Dimana dalam
penyampaian ini konselor menyampaikan kebenaran yang ada tentang apa-apa saja
yang diketahui tentang pencegahan dan pengentasan permasalahan kliennya.
Hal
ini terkait dengan layanan konseling yaitu layanan informasi, yang mana seorang
konselor dapat memberikan informasi kepada kliennya, dalam layanan informasi
konselor memberikan informasi yang bermanfaat bagi klien agar adanya
permasalahan klien terhadap sesuatu. Layanan informasi dapat diberikan oleh
seorang konselor, yang berguna untuk pengentasan masalah klien itu.
5.
Ikhlas
َنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ نَضَّرَ اللَّهُ امْرَأً
سَمِعَ مَقَالَتِي فَوَعَاهَا وَحَفِظَهَا وَبَلَّغَهَا فَرُبَّ حَامِلِ فِقْهٍ
إِلَى مَنْ هُوَ أَفْقَهُ مِنْهُ ثَلَاثٌ لَا يُغِلُّ عَلَيْهِنَّ قَلْبُ مُسْلِمٍ
إِخْلَاصُ الْعَمَلِ لِلَّهِ وَمُنَاصَحَةُ أَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَلُزُومُ
جَمَاعَتِهِمْ فَإِنَّ الدَّعْوَةَ تُحِيطُ مِنْ وَرَائِهِمْ [رواه الترمذي]
[12]
Artinya: Dari
Abdullah bin Mas’ud Nabi bersabda: semoga Allah memberikan cahaya kepada wajah
orang yang mendengar perkataan Ku. Kemudian dia memahaminya, menghafalnya dan
menyampaikannya. Betapa banyak orang yang membawa Fiqih kepada orang yang lebih
paham daripadanya. Tiga hal yang hati seorang muslim tidak akan dapat dengki
atasnya, (1) ikhlas dalam beramal; (2) menasehati imamul muslimin; (3) menepati
jama’ah muslimin. Maka sesungguhnya do’a ereka itu mengikuti dari belakang
mereka. (HR. Tarmidzi).
عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ يَسَارٍ قَالَ
تَفَرَّقَ النَّاسُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ فَقَالَ لَهُ نَاتِلُ أَهْلِ الشَّامِ
أَيُّهَا الشَّيْخُ حَدِّثْنَا حَدِيثًا سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ نَعَمْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ
عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا
قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ قَالَ
كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لِأَنْ يُقَالَ جَرِيءٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ
بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ
الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ
فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ
وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ
تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ عَالِمٌ وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ
قَارِئٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ
فِي النَّارِ وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَعْطَاهُ مِنْ أَصْنَافِ
الْمَالِ كُلِّهِ فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا
عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ مَا تَرَكْتُ مِنْ سَبِيلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيهَا
إِلَّا أَنْفَقْتُ فِيهَا لَكَ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ
هُوَ جَوَادٌ فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ ثُمَّ
أُلْقِيَ فِي النَّارِ [رواه مسلم] [13].
Konselor adalah seseorang yang
punya keinginan kuat dan ikhlas untuk membantu oranglain agar bisa berperilaku
sesuai petunjuk al-Qur’an dan Hadist.[14] Ikhlas
yang dimaksud dalam hadist ini yaitu, bagaimana konselor dalam menjalankan
tugasnya memberikan layanan bantuan kepada klien. Hal ini dapat dikaitkan
dengan asas kesukarelaan, dimana konselor harus ikhlas memberikan layanan tanpa
adanya keterpaksaan dalam upaya pengentasan permasalahan klien.
6. Sabar dan Lemah Lembut
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ إِنَّ نَاسًا مِنْ الْأَنْصَارِ
سَأَلُوا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَعْطَاهُمْ ثُمَّ
سَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ ثُمَّ سَأَلُوهُ فَأَعْطَاهُمْ حَتَّى نَفِدَ مَا
عِنْدَهُ فَقَالَ مَا يَكُونُ عِنْدِي مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ أَدَّخِرَهُ عَنْكُمْ
وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ وَمَنْ
يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا
وَأَوْسَعَ مِنْ الصَّبْرِ [رواه البخاري] [15]
Artinya: Dari Abi Sa’ad Al-Khudri ra, berkata:
sesungguhnya sekelmopok orang dari sahabat anshar berkata, “meminta sesuatu
dari rasulullah, kemudian beliau memberinya kemudian mereka meminta lagi. Dan
Rasululullah SAW memberinya lagi, sehingga semua habis. Maka rasululah
bersabda, “apa saja yang aku miliki dari kebaikan, maka aku tidak pernah
menyimpannya dari kalian. Barang siapa yang menjaga sifat iffah maka Allah akan
memberikannya. Dan barang siapa yang merasa cukup maka allah mencukupinya,
barang siapa mencoba untuk sabar maka Allah akan menyabarkannya. Dan tidaklah
seseorang diberikan pemberian yang lebih
baik dan yang lebih luas dari kesabaran. (HR. Bukhari)
عَنْ صُهَيْبٍ
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَجَبًا لِأَمْرِ
الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا
لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ
أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ [رواه مسلم] [16]
Artinya: Dari Shuhaib,
beliau berkata, rasulullah SAW bersabda: menakjubkan keadaan seorang
mukmin.sesungguhnya urusan semuanya baik, tidakkah ada yang demikian ini
kecuali kepada seorang mukmin. Jika ditimpa hal yang menyenangkan dia bersyukur
itu adalah yang baik baginya. Jika ditimpahkan sesuatu hal yang menyusahkan dia
bersabar, maka itu adalah baik baginya. (HR. Muslim)
Dalam
melaksanakan tugas, seorang konselor akan berhadapan dengan tipe klien yang
unik. Masalah dan problematika yang sedang dihadapi dapat membuat klien
kehilangan keseimbangan dalam berbicara, bersikap dan bertindak.
Untuk
itu semua diperlukan kesabaran dan lemah lembut konselor. Dalam hal ini
konselor hendaknya mampu menerima klien apa adanya dengan penuh kesabaran dan
sikap lemah lembut terhadap klien. Konselor agar dapat mengarahkan klien dengan
sikap sabar dan lemah lembut ke arah yang lebih baik.
Sikap
lemah lembut merupakan sikap yang tidak bisa dipisahkan dari sikap kasih sayang
yang harus dimiliki oleh konselor. Demikiannya halnya Rosulullah SAW, sebagai
konselor umat sepanjang zaman, juga memiliki akhlak yang lemah lembut.
7. Rendah Hati dan Santun
عَنْ
عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَا عَائِشَةُ إِنَّ
اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِي عَلَى الرِّفْقِ مَا لَا يُعْطِي
عَلَى الْعُنْفِ وَمَا لَا يُعْطِي عَلَى مَا سِوَاهُ [رواه مسلم] [17] Artinya: Dan dari Aisyah ra berkata:”bersabda
Rosulullah SAW ya Aisyah, sesungguhnya Allah SWT maha lembut dan dia mencintai
kelembutan dan Allah SWT memberikan pahala atas kelembutan, tetapi tidak
memberikan pahala ketergesaan dan tidaklah Allah SWT memberikan pahala atas
kelembutan sama seperti memberikan pahala kepada selain-Nya, (HR.Muslim)
عَنْ عِيَاضِ بْنِ حِمَارٍ أَنَّهُ
قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
إِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَبْغِيَ أَحَدٌ عَلَى
أَحَدٍ وَلَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ [رواه أبو داود] [18]
Artinya:
Dari Iyad bin Himar berkata, Rosulullah SAW bersabda kepada Asyaj Abdul Qais. “
ada dua hal dari diri mu yang disukai oleh Allah : sabar dan pelahan-lahan.(HR.Abu
Daud)
Hal
ini sesuai dengan etika seorang konselor harus rendah hati dan konselor harus
menampilkan sifat santun selama menjalani proses konseling kepada kliennya dan
menghargai apa saja yang disampaikan oleh kliennya.
[2] al-Turmudzî, Sunan al-Turmudzî, Juz 3, h. 438, hadits 2018
[3] Thohari
Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual
Bimbingan dan Konseling Islami, (Yogyakarta: UII Pres, 1992), h.,44
[5] al-Turmudzî, Sunan al-Turmudzî, Juz 4, h. 249, hadits 2518
[9] Abû Dâwud, Sunan Abî Dâwud, Juz 3, h. 360, hadits 3660
[12] al-Turmudzî, Sunan al-Turmudzî, Juz 4, h. 331, hadits 2658
[18] Abû Dâwud, Sunan Abî Dâwud, Juz 4, h. 425, hadits 4897
Artikelnya bagus, izin copas ya... sukses...
BalasHapusthanks mas Hengki.. salam kenal
BalasHapusok,
:)
nice,, izin copas yaa,,
BalasHapus