Bagaimana Memberi Kesan di Hari Pertama Sekolah untuk Anak Kelas 1 SD?


Oleh Fitria Osnela

            Apa yang kamu rasakan pada hari pertama sekolah? Sebagai guru, tak urung saya merasa deg-degan, bahkan jauh sebelum hari pertama sekolah dimulai. Guru yang sudah berpengalaman menceritakan kepada saya bagaimana pengalamannya saat hari pertama sekolah dengan kondisi beberapa wali murid yang berdiri di pintu melongok ke dalam kelas, melihat anaknya dari jendela, dan bahkan ada wali murid yang duduk di dalam kelas menemani anaknya. Membayangkan itu saja sudah membuat stress rasanya.
            Ini baru pertama kalinya bagi saya untuk mengajar di kelas satu. Semester sebelumnya, saya diberi amanah di kelas 4. Turun kelas bukan berarti bahwa kita tidak berkompeten. Apalagi mungkin adanya anggapan masyarakat awam dengan memandang sebelah mata guru yang mengajar di kelas rendah. Akan tetapi, berada di kelas yang lebih rendah membuktikan bahwa kita lebih memiliki potensi kesabaran tingkat tinggi untuk membimbing anak-anak yang bahkan barangkali belum mengenal angka dan huruf dan belum pas memegang pensil untuk menulis. Seringkali ekspektasi orangtua terhadap guru kelas 1 sangat tinggi, sebab jika di akhir tahun anak-anak belum mampu membaca dan menulis, orang pertama yang bertanggungjawab atas hal itu adalah guru kelas 1. Guru kelasnya dianggap gagal. Nah lho? Dan ini merupakan tantangan bagi saya.
            Terlebih,  kelas 1 SD merupakan tahap peralihan anak dari Taman Kanak-Kanak. Saat berada di Taman Kanak-Kanak, anak mungkin lebih banyak bermain. Sedangkan di SD, anak sudah memiliki tanggung jawab belajar yang berbeda dengan di SD. Untuk itulah butuh kesabaran tingkat tinggi saat menghadapi anak kelas 1 SD yang notabenenya  masih senang bermain-main dan bernyanyi.
            Nah, untuk menghadapi anak-anak kelas 1 pada hari pertama sekolah, jauh-jauh hari saya sudah mempersiapkan diri. Alhamdulillah, hari pertama sekolah saya di kelas satu sukses. Di bawah ini merupakan point penting yang ingin saya bagi untuk pembaca (yang barangkali membutuhkan) saat menghadapi hari pertama sekolah.
1. Persiapan mental yang matang
            Ini yang paling utama. Bagaimana mungkin kita akan menghadapi anak ketika diri sendiri belum siap secara mental (Quote ini yang seringkali diucapkan pengawas kami disetiap pertemuan guru). Untuk menyiasati hal ini, saya katakan pada diri bahwa saya mampu. Dan saya usahakan untuk selalu berfikiran positif. Apalagi, anak-anak sangat peka terhadap perasaan orang dewasa. Dia akan segera tidak nyaman, bahkan ketika kita hanya memandang dengan kening berkerut. Energi negatif yang kita rasakan (mungkin rasa takut, grogi, atau cemas) akan sampai kepada anak. Sehingga yang terjadi adalah anak tidak mendengarkan kita, kelas menjadi tidak terkendali, dan fatalnya kita akan gagal memberikan kesan pertama!
            Untuk itu, jauh-jauh hari saya mengenyampingkan pemikiran yang sedikit horror tentang wali murid yang menonton di jendela dan duduk menemani anak di dalam kelas. Karena ketika kita terus menerus memikirkan hal tersebut, yang akan terjadi adalah pemikiran yang menjadi “momok” dan malah membuat stress. Saya mengalihkan pikiran dengan membayangkan wajah-wajah lucu dan imut anak-anak yang akan datang nanti. Anak-anak yang  masih polos dan hanya akan melihat saya di depan kelas sebagai wali kelasnya. Pasti menyenangkan menghadapi anak-anak semacam itu.
            Dan jangan lupa berdo’a! Do’a juga merupakan kunci agar persiapan mental kita matang. Pasrahkan segalanya kepada Tuhan. Mohon bimbingan Tuhan agar kita diberi kemudahan dalam menjalani hari pertama sekolah dan hari-hari selanjutnya. 
2.   Persiapan Kegiatan
            Perlu kegiatan terencana agar hari pertama kita sukses. Kegiatan yang terencana membantu dalam memberi kesan pertama. Di sekolah saya, siswa baru kelas 1 pada hari pertama sekolah dijadwalkan pulang sama dengan anak lainnya yaitu sehabis sholat zuhur berjamaah (ini sedikit berbeda dengan sekolah lainnya yang menjadwalkan siswa baru kelas 1 hanya di sekolah sampai jam 10). Nah, saya harus benar-benar mempersiapkan dengan matang kegiatan apa yang akan saya berikan kepada anak-anak tersebut agar mereka tidak bosan berada di kelas saya nanti. Terlebih, tidak ada MOS khusus untuk kelas 1 baru ini. Kegiatan pada hari pertama sekolah benar-benar tanggung jawab wali kelas masing-masing. Dan target saya adalah saya memiliki kesan pertama yang menarik perhatian para lulusan TK tersebut.
            Point pertama, tentu saya mesti memperkenalkan diri sebagai guru yang tidak sangar dan tidak menakutkan, bahwa saya adalah Ibu mereka di sekolah baru yang akan mereka jalani. Tapi saya tetap memberikan gambaran hal apa saja yang bisa membuat saya marah dan keluar taring seperti vampire yang siap menerkam. Point pertama ini, menurut saya akan cukup membantu untuk pembentukan iklim pembelajaran di kelas saya nantinya. Setidaknya saya mendapatkan gambaran bagaimana kepercayaan diri dan keberanian mereka untuk beragumen dan mau tampil di depan kelas nantinya (Kebanyakan anak-anak takut dengan guru yang menunjukkan ‘taring’nya di hari pertama, sehingga tidak ‘berkutik’ ketika guru tersebut masuk kelas).  Untuk itu, saya mempersiapkan beberapa Yel-Yel penyemangat, lagu-lagu anak, dan beberapa permainan in door. Ketika bernyanyi bersama mereka, jangan pedulikan bagaimana suara kita. Yang penting kita semangat maka mereka akan lebih bersemangat  untuk bernyanyi. J
            Point kedua, saya mesti hafal wajah dan nama anak didik saya pada hari pertama. Dan membantu mereka untuk mengenal teman sekelasnya agar mereka bisa menyesuaikan diri. Oleh karena itu, saya merancang beberapa permainan untuk hari pertama sekolah yaitu permainan lempar bola, tebak nama, dan wawancara.
            Point ketiga, saya ingin anak-anak baru ini mengenal lingkungan sekolah. Agar mereka tahu kemana mereka akan pergi jika hendak pipis, di mana mereka berwudhu’, atau kemana mereka hendak jajan. Oleh karena itu, saya dan anak-anak melakukan tour de sekolah. Saya mengajak mereka berkeliling sekolah dan melihat langsung apa saja fasilitas yang bisa digunakan di sekolah.
            Dan Alhamdulillah, semua kegiatan yang saya rencanakan untuk hari pertama sekolah tersebut sudah saya lakukan. Dan saya tidak menemukan kendala yang berarti. Catatan, untuk tour de sekolah saya membutuhkan bantuan seorang guru lain, agar anak-anak tetap berada pada barisannya saat mengikuti tour. 

   3. Terus belajar dan tidak malu untuk bertanya
            Sebagaimana hadist Nabi Muhammad, “Belajarlah dari ayunan sampai ke liang lahat.” Saya meyakini bahwa kita mesti belajar dimanapun dan kapanpun. Bahwa belajar tidak hanya milik anak sekolah. Sudah sarjana, tidak menjadi alasan untuk berhenti belajar. Bahwa kita akan berhenti belajar, hanya ketika nyawa tak lagi di badan. Sebagai seorang guru, kita belajar bagaimana menghadapi anak, bagaimana menyampaikan materi pembelajaran agar bisa diserap anak, dan lain sebagainya. Dan sejatinya guru yang paling hebat itu adalah pengalaman. Oleh karena itu, tidak ada salahnya untuk menimba ilmu dari yang lebih berpengalaman dengan sering bertanya. (Rumah, 19072016)

Tulisan ini juga dapat dibaca di http://www.kompasiana.com/fitriaosnela/hari-pertama-sekolah-di-kelas-satu-sd_579044ca29b0bdbf04132aff
oleh Fitria Osnela Apa yang kamu rasakan pada hari pertama sekolah? Sebagai guru, tak urung saya merasa deg-degan, bahkan jauh sebelum hari pertama sekolah dimulai. Guru yang sudah berpengalaman menceritakan kepada saya bagaimana pengalamannya saat hari pertama sekolah dengan kondisi beberapa wali murid yang berdiri di pintu melongok ke dalam kelas, melihat anaknya dari jendela, dan bahkan ada wali murid yang duduk di dalam kelas menemani anaknya. Membayangkan itu saja sudah membuat stress rasanya. Ini baru pertama kalinya bagi saya untuk mengajar di kelas satu. Semester sebelumnya, saya diberi amanah di kelas 4. Turun kelas bukan berarti bahwa kita tidak berkompeten. Apalagi mungkin adanya anggapan masyarakat awam dengan memandang sebelah mata guru yang mengajar di kelas rendah. Akan tetapi, berada di kelas yang lebih rendah membuktikan bahwa kita lebih memiliki potensi kesabaran tingkat tinggi untuk membimbing anak-anak yang bahkan barangkali belum mengenal angka dan huruf dan belum pas memegang pensil untuk menulis. Seringkali ekspektasi orangtua terhadap guru kelas 1 sangat tinggi, sebab jika di akhir tahun anak-anak belum mampu membaca dan menulis, orang pertama yang bertanggungjawab atas hal itu adalah guru kelas 1. Guru kelasnya dianggap gagal. Nah lho? Dan ini merupakan tantangan bagi saya. Terlebih, kelas 1 SD merupakan tahap peralihan anak dari Taman Kanak-Kanak. Saat berada di Taman Kanak-Kanak, anak mungkin lebih banyak bermain. Sedangkan di SD, anak sudah memiliki tanggung jawab belajar yang berbeda dengan di TK. Untuk itulah butuh kesabaran tingkat tinggi saat menghadapi anak kelas 1 SD yang notabenenya masih senang bermain-main dan bernyanyi. Nah, untuk menghadapi anak-anak kelas 1 pada hari pertama sekolah, jauh-jauh hari saya sudah mempersiapkan diri. Alhamdulillah, hari pertama sekolah saya di kelas satu sukses. Di bawah ini merupakan point penting yang ingin saya bagi untuk pembaca (yang barangkali membutuhkan) saat menghadapi hari pertama sekolah. 1. Persiapan mental yang matang Ini yang paling utama. Bagaimana mungkin kita akan menghadapi anak ketika diri sendiri belum siap secara mental (Quote ini yang seringkali diucapkan pengawas kami disetiap pertemuan guru). Untuk menyiasati hal ini, saya katakan pada diri bahwa saya mampu. Dan saya usahakan untuk selalu berfikiran positif. Apalagi, anak-anak sangat peka terhadap perasaan orang dewasa. Dia akan segera tidak nyaman, bahkan ketika kita hanya memandang dengan kening berkerut. Energi negatif yang kita rasakan (mungkin rasa takut, grogi, atau cemas) akan sampai kepada anak. Sehingga yang terjadi adalah anak tidak mendengarkan kita, kelas menjadi tidak terkendali, dan fatalnya kita akan gagal memberikan kesan pertama. Untuk itu, jauh-jauh hari saya mengenyampingkan pemikiran yang sedikit horror tentang wali murid yang menonton di jendela dan duduk menemani anak di dalam kelas. Karena ketika kita terus menerus memikirkan hal tersebut, yang akan terjadi adalah pemikiran yang menjadi “momok” dan malah membuat stress. Saya mengalihkan pikiran dengan membayangkan wajah-wajah lucu dan imut anak-anak yang akan datang nanti. Anak-anak yang masih polos dan hanya akan melihat saya di depan kelas sebagai wali kelasnya. Pasti menyenangkan menghadapi anak-anak semacam itu. Dan jangan lupa berdo’a! Do’a juga merupakan kunci agar persiapan mental kita matang. Pasrahkan segalanya kepada Tuhan. Mohon bimbingan Tuhan agar kita diberi kemudahan dalam menjalani hari pertama sekolah dan hari-hari selanjutnya. 2. Persiapan Kegiatan Perlu kegiatan terencana agar hari pertama kita sukses. Kegiatan yang terencana membantu dalam memberi kesan pertama. Di sekolah saya, siswa baru kelas 1 pada hari pertama sekolah dijadwalkan pulang sama dengan anak lainnya yaitu sehabis sholat zuhur berjamaah (ini sedikit berbeda dengan sekolah lainnya yang menjadwalkan siswa baru kelas 1 hanya di sekolah sampai jam 10). Nah, saya harus benar-benar mempersiapkan dengan matang kegiatan apa yang akan saya berikan kepada anak-anak tersebut agar mereka tidak bosan berada di kelas saya nanti. Terlebih, tidak ada MOS khusus untuk kelas 1 baru ini. Kegiatan pada hari pertama sekolah benar-benar tanggung jawab wali kelas masing-masing. Dan target saya adalah saya memiliki kesan pertama yang menarik perhatian para lulusan TK tersebut. Point pertama, tentu saya mesti memperkenalkan diri sebagai guru yang tidak sangar dan tidak menakutkan, bahwa saya adalah Ibu mereka di sekolah baru yang akan mereka jalani. Tapi saya tetap memberikan gambaran hal apa saja yang bisa membuat saya marah dan keluar taring seperti vampire yang siap menerkam. Point pertama ini, menurut saya akan cukup membantu untuk pembentukan iklim pembelajaran di kelas saya nantinya. Setidaknya saya mendapatkan gambaran bagaimana kepercayaan diri dan keberanian mereka untuk beragumen dan mau tampil di depan kelas nantinya (Kebanyakan anak-anak takut dengan guru yang menunjukkan ‘taring’nya di hari pertama, sehingga tidak ‘berkutik’ ketika guru tersebut masuk kelas). Untuk itu, saya mempersiapkan beberapa Yel-Yel penyemangat, lagu-lagu anak, dan beberapa permainan in door. Ketika bernyanyi bersama mereka, jangan pedulikan bagaimana suara kita. Yang penting kita semangat maka mereka akan lebih bersemangat untuk bernyanyi. J Point kedua, saya mesti hafal wajah dan nama anak didik saya pada hari pertama. Dan membantu mereka untuk mengenal teman sekelasnya agar mereka bisa menyesuaikan diri. Oleh karena itu, saya merancang beberapa permainan untuk hari pertama sekolah yaitu permainan lempar bola, tebak nama, dan wawancara. Point ketiga, saya ingin anak-anak baru ini mengenal lingkungan sekolah. Agar mereka tahu kemana mereka akan pergi jika hendak pipis, di mana mereka berwudhu’, atau kemana mereka hendak jajan. Oleh karena itu, saya dan anak-anak melakukan tour de sekolah. Saya mengajak mereka berkeliling sekolah dan melihat langsung apa saja fasilitas yang bisa digunakan di sekolah. Dan Alhamdulillah, semua kegiatan yang saya rencanakan untuk hari pertama sekolah tersebut sudah saya lakukan. Dan saya tidak menemukan kendala yang berarti. Catatan, untuk tour de sekolah saya membutuhkan bantuan seorang guru lain, agar anak-anak tetap berada pada barisannya saat mengikuti tour. 3. Terus belajar dan tidak malu untuk bertanya Sebagaimana hadist Nabi Muhammad, “Belajarlah dari ayunan sampai ke liang lahat.” Saya meyakini bahwa kita mesti belajar dimanapun dan kapanpun. Bahwa belajar tidak hanya milik anak sekolah. Sudah sarjana, tidak menjadi alasan untuk berhenti belajar. Bahwa kita akan berhenti belajar, hanya ketika nyawa tak lagi di badan. Sebagai seorang guru, kita belajar bagaimana menghadapi anak, bagaimana menyampaikan materi pembelajaran agar bisa diserap anak, dan lain sebagainya. Dan sejatinya guru yang paling hebat itu adalah pengalaman. Oleh karena itu, tidak ada salahnya untuk menimba ilmu dari yang lebih berpengalaman dengan sering bertanya. (Rumah, 19072016) Fitria Osnela /fitriaosnela simple. http://flachaniago.blogspot.com email: nella_chaniago@yahoo.com Selengkapnya...

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/fitriaosnela/hari-pertama-sekolah-di-kelas-satu-sd_579044ca29b0bdbf04132aff

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HADIS-HADIS TENTANG AKHLAK KONSELOR ISLAMI

HUBUNGAN ANTAR BUDAYA (Penulis Makalah: Fitria Osnela, Frischa Erdila, dan M. Hasby Jamil)

KONSEP DASAR TENTANG HUBUNGAN MEMBANTU (HELPING RELATIONSHIP)