Bullying dan Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasinya
Oleh Fitria Osnela
Bullying dikalangan remaja menjadi
kasus yang menghangat akhir-akhir ini, sehubungan dengan peredaran video kekerasan
yang dilakukan seorang remaja perempuan terhadap rekannya. Bullying bahkan
sudah demikian mengakar di ranah pendidikan, disadari atau tidak.
Kasus kecil yang ditemukan di
lapangan, seorang siswi ditemukan menangis berjam-jam karena menemukan sebuah
pesan tulisan tanpa nama pengirim yang menghina dirinya, dalam buku catatan
pelajarannya. Jika dilihat dari kategori Bullying sebagaimana diungkapkan oleh
Andi Priatna (2010: 2) yang dilakukan secara persisten, disengaja, dan ada perbedaan kekuatan yang begitu
mencolok antara si pelaku dengan korban, maka ini sudah termasuk dalam salah
satu kategori Bullying karena adanya kesengajaan dari sipelaku, dengan
menuliskan sebuah pesan tulisan yang mampu membuat korban merasa terintimidasi,
bahkan terpikir untuk tidak ingin sekolah karena menganggap ada banyak orang
yang begitu tidak menyukai dirinya. Jika
hal ini tidak segera ditindak lanjuti, si korban akan merasa di tolak, merasa
rendah diri, yang akan menimbulkan ketidakmampuannya untuk bergaul dengan teman
sebaya, dan pada akhirnya dapat terjadi isolasi sosial.
Ternyata begitu mengerikan dampak
kasus yang kadang kita mengira sebagai sesuatu yang sepele dan tidak perlu
ditindaklanjuti. Ketika menemukan kasus serupa, Guru Bimbingan dan Konseling
dapat melakukan Konseling Individual dengan pendekatan Cognitif Behaviour
Therapy dan meningkatkan resiliensi diri siswa melalui layanan-layanan yang ada
dalam Bimbingan dan Konseling.
Bantuan yang dapat diberikan oleh
Guru Bimbingan dan Konseling tidak hanya pada korban, tapi juga pada si pelaku.
Karena dampak Bullying tidak hanya dirasakan oleh korban, tapi juga oleh
pelaku. Dampak paling mengerikan, jika anak terbiasa melakukan tindakan
Bullying adalah kelak ketika beranjak dewasa anak dapat menjadi pelaku tindak kriminal. Guru Bimbingan dan
Konseling dalam hal ini dapat melakukan Konseling Individual dengan menggunakan
berbagai pendekatan yang ada dalam konseling pada si pelaku. Hukuman dan sanksi
yang berat sekalipun tidak akan membuat si pelaku jera dalam aksi Bullyingnya,
terlebih jika pelaku melakukan aksi Bullying karena alasan untuk menghibur
diri. Pelaku akan terus melakukan aksinya dengan cara sembunyi-sembunyi. Oleh
karena itu, Guru Bimbingan dan Konseling perlu mendalami motif si pelaku
melakukan aksinya. Ketika sudah diketahui, maka pemberian layanan bantuan yang
tepat dapat segera dilakukan.
Menurut Andri Priatna (2010: 3),
pelaku dapat melakukan Bullying dalam berbagai bentuk, baik secara fisik,
verbal, sosial, maupun Cyber/elektronik. Secara fisik jelas berupa penganiayaan
yang dilakukan terhadap anggota tubuh korban. Secara verbal dapat berupa mencemooh,
menghina, mengancam, menakut-nakuti, melecehkan penampilan, mengolok-olok, dan
lain sebagainya. Secara sosial dapat berupa penyebaran gosip-gosip tertentu,
fitnah, pengucilan dari pergaulan, mempermalukan di depan umum, dan lain
sebagainya. Terakhir, Bullying dalam bentuk cyber/elektronik dapat dilakukan
oleh si pelaku dengan cara menyebar foto tanpa izin pemiliknya, menyebar
gosip-gosip tertentu di media sosial, dan lain sebagainya.
Pemahaman tentang apa dan bagaimana
Bullying dapat menjadi satu materi pokok yang dapat diberikan secara klasikal
dalam layanan Bimbingan dan Konseling, yang penilaian jangka panjangnya dapat
diperhatikan melalui sikap dan tindakan siswa di keseharian. Hal ini merupakan satu poin kunci untuk
mencegah terjadinya Bullying di Sekolah.
Pada dasarnya, Bullying dapat
terjadi di mana saja dan pelakunya dapat siapa saja. Di rumah, Bullying bisa
dilakukan oleh saudara-saudara kandung kepada saudaranya yang terlihat paling
lemah, bahkan bentuk pola asuh orangtua yang salah dapat menjadi faktor resiko
terjadinya perilaku bullying. Oleh karena itu, orangtua perlu memperhatikan
pola asuh seperti apa yang diterapkan pada si buah hati. Sedangkan di sekolah,
Bullying tidak hanya bisa dilakukan oleh siswa, tapi juga oleh guru sebagai
pendidik itu sendiri. Oleh karena itu, perlu upaya-upaya serius dari semua
pihak untuk konsisten dalam memperhatikan perkembangan siswa secara optimal.
Hanya saja, di sekolah, tidak semua
guru mau terlibat langsung melihat perkembangan siswa selain berkaitan dengan
materi ajarnya secara tatap muka dalam proses pembelajaran klasikal. Di sinilah
pentingnya peran Guru Bimbingan dan Konseling, yang memperhatikan perkembangan
siswa tidak hanya pada jam tatap muka di dalam kelas, namun juga di luar jam
pembelajaran. Kebijakan sebagian sekolah yang meniadakan jam pemberian layanan
tatap muka secara klasikal yang terjadwal untuk Bimbingan dan Konseling sungguh
sangat disayangkan, mengingat peran Bimbingan dan Konseling dalam pengembangan
bidang pribadi, sosial, belajar, dan karir siswa. Perilaku Bullying jelas
berdampak fatal pada bidang pribadi, sosial, belajar dan karir siswa, bahkan
bisa mengakibatkan korban bunuh diri. (**)
Stainless steel watches with stainless blades. - Titanium Arts
BalasHapusStainless steel watches with stainless 2020 escape titanium blades. titanium build Stainless steel watches titanium chainmail with stainless blades. Stainless steel watches with stainless blades. The top hypoallergenic titanium earrings 10 titanium watches with micro titanium trim blades