SKRIPSI OH SKRIPSI
Aku hanya takut tidak sampai pada waktunya jika beristirahat
terlalu lama. Bosan. Aku pernah berpikir bahwa kesulitan yang aku alami mungkin
adalah karma atas dosa-dosa masa lalu. Di lain waktu, aku berpikir betapa tidak
adilnya Tuhan. Namun, aku kembali menyanggah ketika mengingat beragam kemudahan
yang kutemui di awal-awal penulisan skripsi ini. Memang, faktor Praktek Lapangan di
Sekolah selama tiga setengah bulan dan praktek lapangan di Luar sekolah selama
satu bulan lebih menyebabkan penulisan skripsiku sempat tertunda, namun aku
bisa mengejarnya setelah PL usai hingga seminar proposal pada 23 Juli 2014 lalu.
Kupikir itu adalah waktu yang cukup singkat.
Dan Amak adalah orang
yang paling sedih ketika mendapati bahwa aku tidak bisa wisuda September lalu.
Aku meyakinkan Amak bahwa tak masalah jika tidak wisuda sekarang, aku akan
menyelesaikan skripsiku dengan cepat. Aku hanya tinggal melakukan pengumpulan
data penelitian. Membuat BAB IV dan BAB V, dan aku mungkin bisa melakukan munaqasah mandiri jika aku bisa
melakukan pengumpulan data penelitian paling lambat bulan September ini.
Namun penantian yang
panjang selama rentang tanggal 12 Agustus hingga 12 Oktober untuk melakukan penelitian membuatku frustasi. Keluarga
adalah satu-satunya motivasi terbesar bagiku.
Bahkan pada saat perasaan terombang-ambing selama waktu itu, berbagi pada teman
hanyalah sekedar cerita dan pada saat yang sama akupun menjadi pendengar bagi cerita
mereka yang hampir sama: penulisan skripsi yang berjalan serupa kura-kura. Dan
itu jelas lebih baik daripada berhenti sama sekali.
Tuhan mungkin
menginginkan airmata untuk menunjukkan pada-Nya bahwa aku bersungguh-sungguh. Atau
Tuhan tahu bahwa aku adalah seseorang yang lebih cepat bekerja jika hampir
sampai di batas deadline, sehingga Tuhan
memberiku waktu untuk bersantai demikian lama untuk mengerjakan skripsi ini. Keajaiban
tidak akan terjadi secara tiba-tiba di dunia nyata pada saat ini, kecuali aku
berusaha lebih agar hal itu terjadi. Dan aku berpikir, mungkin perlu bagiku
untuk memberi batas waktu terhadap
sebuah penantian. Maka, airmata itupun tertumpah pula di hadapan Pak Dasril dan
Pak Ardimen, kedua pembimbingku. Betapa aku ingin mengakhiri penantian panjang
yang membosankan ini.
Aku ingin mengganti
tempat penelitian. Itulah yang kuutarakan pada kedua pembimbingku. Namun, kali
ini harapan hanyalah sebuah distorsi dari ketidakmampuan untuk berbuat lebih.
Pembimbingku hanya memberi izin untuk memperpanjang surat rekomendasi
penelitian yang telah berakhir tanggal 12 Oktober itu karena berbagai
pertimbangan.
Kekonyolan hanyalah
sebagian kecil ritme kehidupan yang ingin kuperbaiki. Ya, karena kekonyolan
seringkali kusadari setelah beberapa waktu berlalu. Seperti saat ini, ketika
menyadari betapa konyolnya yang kulakukan tadi di hadapan Ketua P3M saat hendak
melakukan pengurusan perpanjangan surat rekomendasi penelitian itu. Aku lupa
bahwa setiap orang tentu saja harus menjalani prosedur standar.
Kamis, 30 Oktober 2014.
Pukul delapan pagi, sebelum berangkat ke
kampus untuk kembali melanjutkan proses perpanjangan surat rekomendasi
penelitian, aku kembali mencoba menghubungi Ketua MGBK Tanah Datar, dan
ternyata kegiatan MGBK akan dilaksanakan hari ini di SMA Muhammadiyah. Ibarat
hujan satu hari yang menghapus panas tiga bulan, itulah yang aku rasakan. Maka,
pada hari itu aku langsung ke lokasi kegiatan untuk melakukan proses
pengumpulan data.
Pengumpulan dan
pengolahan data tak membutuhkan waktu lama. Aku sudah bisa memberikan draft BAB
IV dan BAB V pada pembimbing II pada hari selasa (04/11). Karena NB-ku sudah
tak bisa lagi nyala, maka aku meminjam Laptop Adik sepupuku selama dua hari berada
di rumah untuk mengolah data dan membuat BAB IV dan V.
Masa-masa frustasi itu
telah berlalu. Tepat di batas akhir penantian, pertolongan Tuhan datang dengan
cara yang tak bisa kumengerti. Siapa mengira kegiatan itu bisa terlaksana pada
hari itu? Siapa yang menggerakkan hati Ketua dan Koordinator kegiatan itu untuk
melaksanakan kegiatan? Apa yang akan terjadi jika pembimbingku mengizinkan
tempat penelitian itu di ganti? Dan aku kembali berpikir, bahwa barangkali aku
memang perlu menunggu tanpa perlu memberi batas waktu terhadap sesuatu yang
layak untukku tunggu. Setiap hal yang terjadi tentu memiliki makna, dan
seringkali makna itu tersembunyi dan tidak mudah untuk dipahami. Dan aku,
seringkali terlambat memahami setiap makna di kehidupan yang kujalani.
Skripsi adalah jalan utama untuk sampai pada
wisuda. Maka, membuat target wisuda pada waktu yang diinginkan sama sekali tak
berguna jika mengesampingkan skripsi. Aku dan sebagian orang mungkin menghabiskan
waktu demikian lama untuk menyelesaikan skripsi, sebagian yang lain memilih
berhenti dengan alasan idealisme, sementara sebagian lagi masih sibuk dengan
hal-hal yang lebih penting lainnya. Maka apapun yang sedang dihadapi hari ini, hanyalah dampak dari
pilihan yang dibuat.
Pada akhirnya, karma
hanya akan terjadi jika memilih untuk mempercayai dan melakukannya. Tidak ada
dosa-dosa masa lalu yang diwariskan turun temurun, jika memilih untuk mendekati
Tuhan. Dan kegagalan ataupun kesulitan yang dihadapi tak lebih sebagai bentuk
kurang maksimalnya sebuah usaha. (Rumah-Limokaum,
November 2014).
Komentar
Posting Komentar