Tentang Sebuah Karya
Rasa kecewa memang ada ketika
cerpen-cerpen yang kukirimkan ke beberapa media cetak tak kunjung dimuat. Aku bahkan
kerap membeli Koran minggu, berharap menemukan salah satu cerpenku menghiasi
laman sastra mereka. Dan sepertinya memang cerpenku tak akan dimuat media-media
itu karena ketika membaca cerpen-cerpen yang telah dimuat pada media-media
cetak itu, aku jadi malu sendiri karena ide cerita yang kutawarkan masih
dangkal dan teknik penulisan yang masih alakadarnya dan ‘suka-suka gue’.
Kemudian aku ingat Harian Pagi
Bungo Pos, salah salah satu krunya merupakan temanku. Kami kenal
pada sebuah pelatihan Lembaga Eksternal kampus di Jambi. Aku inbox teman tersebut dan bilang mungkinkah menerima cerpen di Harian
Pagi Bungo Pos. Awalnya beliau bilang kalau di Bungo Pos belum ada kolom
cerpen, tapi kemudian beliau memintaku untuk tetap mengirimkan cerpen.
Setelah beberapa waktu, aku diberitahu kalau
cerpenku yang berjudul ‘Nalu, Perempuan Beraroma Beras’ itu telah terbit. Aku sangat
senang. Dan tentu saja, sangat
berterimakasih pada Beliau. Meski cerpenku masih alakadarnya. Ini
dia cerpen dan fotoku yang nangkring di Harian Pagi Bungo Pos:
Beberapa waktu lalu, seorang kurir
jasa pelayanan juga menelponku, katanya ada paket yang dikirimkan dan ternyata
itu adalah dua (2) eks buku fiksi Anak yang diterbitkan Dar Mizan. Ya, tahun
lalu aku mengikuti sebuah perlombaan fiksi anak yang diselenggarakan oleh
kompasiana yang tergabung dalam grup Fiksiana Community, dan fiksi anak yang
kubuat termasuk salah satu yang dibukukan. Setelah menunggu lama, akhirnya buku
tersebut terbit. Lagi-lagi ini membuatku sangat senang sampaisampai buku
tersebut kubawa tidur. Ini dia bukunya:
Sebenarnya
aku tidak ingin menuliskan bahwa salah satu fiksi anak yang kutulis itu telah
diterbitkan, tapi tanganku terasa gatal untuk segera menuliskannya. Setelah menahan
diri selama beberapa waktu akhirnya aku tidak bisa untuk tidak menuliskannya di
blog ini. Tulisan ini hanya sebagai tanda terimakasih kepada semuanya dan
penegasanku terhadap diri bahwa mimpi bukanlah sesuatu yang mustahil kalau
kita mau berusaha untuk mendapatkannya.
Ada kepuasan yang tak bisa
diungkapkan lewat kata, ketika namaku tertulis di sebuah media cetak. Ya, media
cetak pertama yang memuat cerpenku adalah Tabloid Mahasiswa Idealita, ini
dia:
Judulnya
‘Ikhwan Penjaga Warnet Itu”. Tabloid tersebut merupakan edisi ke-empat yang terbit
pada bulan Desember 2010, saat aku menjadi Kru Magang. Saat itu, aku menggunakan
byline dengan nama fla yang berarti singkatan
dari Fitria osneLA. Itu adalah satu-satunya cerpenku yang dimuat selama delapan
semester berada di Idealita, sebab aku lebih sering menulis Straight News dan Feature. Di Idealita, aku belajar dan diajarkan banyak hal, tak
melulu soal kepenulisan. Dan pengalaman saat menimba ilmu di Idealita seperti ‘sebuah
kesempatan emas’ sebab betapa berharganya pengalaman tersebut. Dan Idealita akan
selalu bersemayam di palung hati terdalam.
Tentang
kesenangan menulis, seingatku sudah memulainya sejak kelas Lima Esde ketika
sekolah mengadakan lomba penulisan Sinopsis buku cerita yang kami baca. Meski
pada saat itu aku tidak masuk kategori lima besar, toh nyatanya sejak saat itu
aku mulai menyenangi kepenulisan dan bahkan bermimpi sangat besar: ingin
memiliki sebuah buku. Kesempatan untuk terus menulis pun diwadahi ketika duduk
di bangku SMA dengan ditunjuk sebagai Koordinator mading dan saat melanjutkan
ke Perguruan Tinggi dengan menjadi anggota Tabloid kampus.
Sama
halnya dengan menangis, pada lain waktu menulis menjadi ‘Katarsis’ bagiku,
ketika emosi tidak bisa diluahkan, maka menulis dan menangis adalah suatu cara
bagiku untuk meredakan emosi. Selama aku masih bisa merasakan emosi (positif
maupun negative) selama itu pula aku ingin tetap menulis, tak peduli betapa
buruk atau betapa tak bertekniknya tulisanku.
Mari
pulihkan semangat dan senyum… :)
(Rumah, 23 September 2014)
Komentar
Posting Komentar