Mutiara Potensial Nagari Simawang (PLKP-S Bagian 2)
Akhirnya, melalui Bu Nursan kami mendapatkan sebuah rumah. Meski
rumah itu masihlah rumah kosong tak berpenghuni, namun dari sudut pandang kami, itulah rumah terbaik dari semua rumah yang pernah
kami cari dan ditawarkan. Kami (red; aku dan kedua temanku) mulai menempati rumah itu pada
minggu kedua. Jarak rumah dari sekolah
cukup dekat. Soal air, di dalam rumah terdapat bak yang lumayan besar untuk menampung air hujan. Kami berhemat
menggunakan air yang ada, meski untuk itu kami rela membawa pulang pakaian
kotor dikala rest dan akhir pekan. Bahkan
untuk mandi sore pun kami berpikir dua kali.
Menjadi orang baru di daerah baru, apalagi tinggal di rumah
yang biasanya kosong barangkali membuat banyak orang bertanya. Begitupun anak-anak.
Banyak anak-anak yang datang ke rumah,
terlebih letak rumah yang strategis berada di tepi jalan. Pada malam hari
beberapa anak SD datang ke rumah untuk belajar. Kami berbagi tugas mengajar. Maka aku
memilih pelajaran selain Matematika. Semangat belajar anak-anak di sini cukup
tinggi. Setidaknya, itu yang kulihat dan rasakan pada Lastri dan kawan-kawannya. Maka,
suasana seperti ini mengingatkanku pada masa-masa KKN.
Anak-anak itu tak hanya mengulang pelajaran wajib di sekolah,
namun juga belajar membuat puisi. Seperti malam ini, Lastri dan dua orang
kawannya datang ke rumah memintaku mengajarinya membuat puisi. Kata mereka,
puisi itu akan diikutkan lomba yang diadakan oleh Guru mengaji. Suatu hal yang
menarik bagiku, karena biasanya guru mengaji tidak akan mau capek-capek
mengadakan kegiatan diluar mengaji itu sendiri apalagi ini mengadakan lomba
puisi. Puisi yang mereka tulis bertema
keislaman. Aku hanya memberikan sedikit arahan dan tips pada mereka, lalu
membiarkan mereka menulis apapun yang mereka pikirkan dan rasakan. Setelah selesai
aku terkagum dengan apa yang telah mereka tulis. Mereka pada dasarnya telah
memiliki potensi, tinggal lagi bagaimana mengembangkan potensi tersebut dengan
maksimal.
Ini puisi yang telah ditulis oleh Mutiara-mutiara potensial tersebut:
Ibu, Surgaku
Oleh: Dilla Fitri Yani
Oh, Ibu…
Kau
telah mengandungku
Selama
sembilan bulan
Aku
lahir ke dunia
Kau
rawat aku hingga sebesar ini
Kau
selalu membimbingku
Kau
selalu mengingatkan ketika kuterlambat bangun pagi
Oh,
Ibu…
Kau
selalu menghiburku ketika kusedih
Kau
selalu menyiapkan makanan untukku
Ridhomu
adalah ridho Allah swt
Kau
bagaikan surga bagiku
Tuhanku
Oleh: Rona
Soviana
Wahai
Tuhanku,
Kau
telah menciptakan seisi alam
Dan
kau juga telah menciptakan manusia
Dan
menciptakanku dalam bentuk yang sempurna
Ya…
Tuhanku,
Setiap
aku sholat, aku tidak akan melupakan namamu dalam berdo’a
Karena
kepada-Mu lah aku meminta dan memohon
Tuhanku,
Kau
juga telah menciptakan rumah
Untukku
berlindung
Ketika
hari panas dan hujan
Ya
tuhanku,
Senantiasa
kuucap syukur
Kau
telah memberi nikmat yang banyak
Aku
sangat bersyukur padamu
Al-Qur’an
Oleh: Lastri Oktavia
Oleh: Lastri Oktavia
Umurku lima tahun ketika itu
Ketika
ibu mengajariku mengenalmu
A-BA-TA-TSA
Ku
eja dengan terbata
Itulah
kaji pertamaku
Qur’an…
Kau
kitab suci yang terakhir
Kau
wahyu yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad
Kau
pedoman hidupku
Kaulah
pengobat resahku
Qur’an…
Aku
akan mengamalkanmu
Sekarang
aku lancar membaca Ayat-ayatmu
Kaulah
penuntunku ke jalan yang benar
Lantunanmu
membuatku terharu
Qur’an…
Karenamu
aku cerdas
Dan
merasa dekat dengan-Mu, Tuhan
Ketika
kubaca ayat-ayatmu
Sebentar
lagi aku khatam
Aku
tidak akan mengabaikanmu
Komentar
Posting Komentar