KLASIFIKASI ABNORMALITAS PERILAKU
(Mata Kuliah Psikologi Abnormal)
***
Orang yang tingkah lakunya berbeda dari norma yang berlaku dalam suatu masyarakat disebut abnormal. Namun, norma-norma tersebut berbeda antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya. Suatu prilaku yang dianggap abnormal menurut suatu masyarakat, bisa jadi dianggap normal pada masyarakat lainnya. Seperti contoh kecil, keluar malam bagi seorang gadis Minang merupakan suatu prilaku abnormal karena tidak sesuai dengan adat, namun pada masyarakat di kota-kota besar merupakan hal yang lumrah dan biasa. Akan tetapi, klasifikasi abnormalitas perilaku yang dibahas pada tulisan ini bukanlah abnormalitas dari sudut pandang antropologi, namun dilihat dari perspektif psikologi.
***
Orang yang tingkah lakunya berbeda dari norma yang berlaku dalam suatu masyarakat disebut abnormal. Namun, norma-norma tersebut berbeda antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya. Suatu prilaku yang dianggap abnormal menurut suatu masyarakat, bisa jadi dianggap normal pada masyarakat lainnya. Seperti contoh kecil, keluar malam bagi seorang gadis Minang merupakan suatu prilaku abnormal karena tidak sesuai dengan adat, namun pada masyarakat di kota-kota besar merupakan hal yang lumrah dan biasa. Akan tetapi, klasifikasi abnormalitas perilaku yang dibahas pada tulisan ini bukanlah abnormalitas dari sudut pandang antropologi, namun dilihat dari perspektif psikologi.
Kebanyakan kita pasti pernah mengalami saat-saat cemas, tertekan, marah
yang tidak beralasan, atau tidak sanggup menghadapi kerumitan hidup. Upaya
mengembangkan kehidupan yang bermakna dan memuaskan tidaklah mudah dalam era
perubahan sosial dan teknologi yang sangat cepat ini. Mungkin itu hal yang wajar adanya, namun jika dilihat dari sudut pandang psikologi bisa saja itu sudah termasuk pada gangguan psikologis. Cemas, tertekan, marah yang berlebihan akan mengganggu dan
menghambat fungsi seseorang dalam kehidupannya. Tulisan ini akan menguraikan beberapa abnormalitas perilaku yaitu psychoneurosa,
psychosa, sosiophat dan psychosomatic. Perhatikan, bisa jadi kita mengalami salah satu gangguan perilaku tersebut.
1.
Psychoneurosa
Defenisi psikoneurosa adalah sekolompok reaksi
psikis dicirikan secara khusus dengan unsur kecemasan, yang secara tidak sadar
diekspresikan dengan menggunakan dengan menggunakan mekanisme pertahanan diri
(defence mechanism).
Psikoneurosa adalah satu penyakit mental lunak
ditandai oleh: (1) wawasan yang keliru yang keliru mengenai sifat kesulitan,
(2) konflik-konflik batin (3)konflik
kecemasan, (4) kerusakan parsial pada struktur kepribadian, (5) sering disertai
dengan fobia-fobia, gangguan percernaan, dan tingkah laku obsesif kompulsif (J.
P. Chaplin, 1981).
Psikoneurosa adalah bentuk gangguan/
kekacauan/penyakit fungsional pada sistem syaraf, mencakup pula desintegrasi
sebagian dari kepribadian,khususnya terdapat berkurung atau tidak adanya kontak
antara pribadi dengan sekitar, walaupun orangnya masih memiliki
wawasan/insight.
Psikoneurosa adalah bentuk disorder (kekacauan)
fungsional pada sistem syaraf. Disorder fungsional mental ini mencakup pula
disintegrasi sebagian dari kepribadian, khususnya berkenaan dengan tidak
adanya/berkurangnya hubungan antara pribadi dengan sekitarnya. Gangguan
psikoneurosa ini berbentuk gejala seperti penderita tidak mampu mengadakan adaptasi
terhadap lingkungannya. Tingkah lakunya menjadi abnormal dan aneh-aneh, tetapi
belum memerlukan perawatan dalam rumah sakit jiwa. Penderita biasanya tidak
mengerti dirinya sendiri, dan membenci pula diri sendiri.
Sebab-sebab yang utama penyakit psikhoneurosa atau
yang lebih populer disingkat dengan neurosa yaitu: faktor psikologis dan
kulkural, yang menyebabkan timbulnya banyak stress dan keteganan-ketegangan
kuat yang khronis pada seseorang, sehingga pribadi mengalami frustasi dan
konflik-konflik emosional, dan pada akhirnya mengalami satu mental breakdown.
Sebab-sebab
lain yaitu:
1) Ketakutan
yang terus menerus dan sering tidak rasional
2) Ketidak
imbangan pribadi
3) Konflik
konflik internal yang serius, khususnys yang sudah dimulai sejak masa
kank-kanak
4) Kurang
adanya usaha dan kemauan
5) Lemahnya
pertahanan diri ( memakai defence mechanism yang negatif)
6) Ada
tekanan-tekanan sosial dan tekanan-tekanan kultural yang sangat kuat, sehingga
menyebabkan mental breakdown.
Termasuk dam kelompok
Psikoneurosa ini adalah:
1.
Hysteria (Histeri)
Defenisi
Histeria adalah gangguan/disorder psikoneurottuik, khas dicirikan oleh
emosionalistas yang ekstrim, mencakup macam-macam gangguan fungsi psikis,
sensoris, motor, vasomotor (syaraf-syaraf Yang
membesarkan/mengecilkan pembuluh-pembuluh darah).
Histeria ialah satu neurosa yang
kompleks dalam beberapa bentuk penampilannya, dengan ciri-ciri khas
ketidakstabilan emosional, represi, dissosiasi, dan sugestibilitas. Variasi
yang penting dari histeria ialah histeria konversia, somnabulisme, fugue, dan
multiple personality/ pribadi majemuk/ rangkap (J.P Chaplin,1981). Sebab-sebab histeria antaralain: a) Predisposisi
pembawan berupa sistem syaraf yang lemah; b) Tekanan-tekanan (stress) disebabkan oleh kesusahan,
kekecewaan, shocks dan pengalaman-pengalaman pahit yang traumatis; c) Disiplin dan kebiasaan hidup yang
salah. Hal ini mengakibatkan kontrol pribadi yang kurang baik, atau memunculkan
integrasi kepribadian yang kurang baik
atau memunculkan integrasi kepribadian yang sangat miskin; d) Kondisi fisik/organis yang tidak
menguntungkan , misalnya sakit, lemah, lelah, fungsi-fungsi organik yang
lemah,gangguan pikiran, dan gangguan badan.
Ada beberapa teori lain yang
menuliskan sebab-sebab terjadi penyakit histeria, yaitu:
a)
Charcot; Histeria adalah penyakit yang spesifik,
dan mempunyai dasar organis. Sebenarnya bukan satu penyakit, tapi satu alat
atau menghindari satu situasi tertentu
b)
Babynsky; Histeria disebabkan oleh sugesti dan
kemauan sendiri dari pasien untuk mengespresikan simptom-simptomm yang
bertujuan( seperti yang dikatakan Charcot).
c)
Psikoanalisa; Ada kelemahan pribadi, berupa pembawaan.
Hal inin menimbulkan fixatie ( ketepan) yang keliru, bersalah dan berdosa, rasa
kegagalan.
Pada
penderita histeria ini selalu terdapat disosiasi antara dirinnya dengan
lingkungannya, dalam pelbabagai bentuk dan gradasi. Kepribadian penderita histeria antara
lain sebagai berikut:
a)
Umumnya mereka itu sangat egoistis dan
selfish. Mereka selalu ingin semau gue.
b)
Sangat sugeestibel, mudah terpengaruh,
sangat sensitif terhadap pendapat orang lain.
c)
Memiliki emosi-emosi yang kuat.
d)
Adanya kecendrungan yang kuat sekali untuk melarikan diri
dari situasi-situasi yang diangap sebagai tidak menyenangkan.
e)
Stigmata ( ciri-ciri khas) sering ada
gajala sebagai berikut:
1.
Anaestahesia, tidak bisa merasa apa-apa
2.
Paralysa (kelumpuhan-kelumpuhan)
3.
Ada tics dan tremor (kelumpuhan-kelumpuhan)
4.
Sering merasa pusing
5.
Sangat sugestibel, egosentris dan
emosinya tidak stabil
Beberapa bentuk histeteria dan
bentuk disosiasi kepribadian:
a) Hysteria
Minor ( bentuk lunak dari simptom histeria); Ada serangan-serangan kekejangan, pemnderita suka menanggis dan
tertawa, dengan tidak bisa dikendalikan.
b) Hysteria
Major (hysteria Coenversia); Pada
hysteria conversia terdapat transformasi konflik-konflik psikis dalam
simptom-simptom fisik atau organis (jasmaniah): yaitu dalam bentuk perasaan
bingung-gempar-heboh, dan melakukan gerakan-gerakan mirip simpton epileptis
“grang mal”. Gangguan psikoneurotis ini disebabkan oleh rasa kecemasan, yang
diubah dalam bentuk simptom-simptom
fungsional pada organ-organ atau bagian tubuh.
c) Hysteria
Narcolepsi; Kecendrungan-kecendrungan
kuat untuk tidur terus-menerus, disebabkan oleh simptom-simptom histeris (bukan kelelahan atau penyakit tidur). Sebab-sebanya adalah: Kondisi kelemahan
jasmani, ditambah dengan pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan. Kemudian
ditandai dengan fantasi-fantasi tentang kematian, tidur atau jadi pingsan.
d) Hysteria
Anorrexy; Adalah
kondisi tidak merasa lapar dan menolak untuk makan, berlangsung selama beberapa
minggu, bulan sampai beberapa tahun, yang sering fatal , karena pasien bisa
mati kelaparan. Sebab-sebabnya adalah:
(1) Ada
idee fixed (pikiran-pikiran yang salah), bahwa makan itu adalah vulgair”kasar”,
menjijikkan, tidak pantas.
(2) Adanya
sikap hati-hati yang berlebih-lebihan tentang makanan, yang berkembang jadi phobia
terhadap makanan.
(3) Adanya
pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan.
Treatment: ide-ide
fixed harus dilenyapkan. Diberikan motivasi-motivasi yang luhur dan
tujuan-tujuan hidup mulia yang patut diperjuangkan.
2.
Psychasterenia
Merupakan tipe psikoneurosa
yang ditandai oleh reaksi-reaksi kecemasan, dibarengi kompulsi, obsessi, dan
ketegan-ketengan fobik (akibat fobia). Sebab-sebab
psychastenia.
a)
Represi dari pengalaman lama yang sangat
menakutkan
b)
Pengalaman tersebut disertai rasa malu dan
rasa bersaklah yang kemudian ditekan
ke dalam alam bawah sadar, dalam usahanya untuk melupakan insiden tersebut.
c)
Adanya konflik antara keinginan untuk
berbuat ddengan berani, dan rasa-rasa ketakutan untuk berbuat dengan berani,
dan rasa ketakutan untuk berbuat sesuatu yang ditekan atau repressed kuat-kuat.
d)
Simptom yamg berwujud kelemahan mental
dan tingkah laku
Treatment:
ditemukan sebab-sebab dari trauma, lalu di integrasikan kembali
kompleks-kompleks emosional yang verantakanitu kedalam kepribadian.
Simptom
yang sering membarengi psikastenia adalah:
a)
Phobia
Adalah
ketakutan dan kecamasan yang abnormal, tidak rasional, dan tidak bisa dikontrol
terhadap satu situasiatau objek tertentu, merupakan ketakutan khas neurotis,
sebagai simbol dari komflik-komflik neurotis.
Sebab-sebab
phobia;
1)
Pernah mengalami ketakutan yang hebat
2)
Pengalaman asli ini dibarengi oleh rasa
malu dan rasa-rasa bersalah
3)
Jika mengalami stimulus yang serupa,
akan timbul respons ketakutan yang bersyarat kembali, sungguh pengalaman itu
sudah dilupakan
b)
Simptom Obsesi
Adalah
ide-ide atau emosi yang terus menerus dalam fikiran dan hati, dan tidak mau
hilang, sungguhnya individu yang bersangkutan secara sadar selalu berusaha
untuk menghilangkannya
Sebab-sebabnya:
1.
Menurut Freud adalahPenekanan
pengalaman seksual dimasa lampau. Ada pengalaman godaan seksual, yang diikuti
oleh agresi seksual
2.
Timbul konflik di antara
kecendrungan untuk melakukan suatu perbuatan disebabkan satu nafsu keinginan,
melawan ketakutan yang hebat untuk melakukannya.
Treatment:
dengan jalan menemukan mula sebabpengalaman-pengalaman pahit yang ditekan,
c)
Simpton Kompulsi
Adalah
implus yang tidak tertahankan atau tidak bisa dicegah untuk melakukan suatu
perbuatan. Tensi keinginan yang tidak bisa dikontrol dan dikendalikan dan bertentangan
dengan kemauan sadar sewaktu melakukannya.
Sebab
kompulsi:
1.
Represi pengalaman lama
2.
Ada konflik antara nafsu dan ketakutan
3.
Penggantian keinginan yang ditekan
Treatment: temukan sebab mulanya,
lalu berilah adjusment terhadap segenap konflik batinnya.
3.
Tics
Defenisi: a) Kejangan otot yang kadang-kadang
disertai bunyian/vokalisasi(Y.P Chaplin, 1981); b) Tic lebih umum dikenal sebagai
kebiasaan nnerveusitas yang kompulsif.
Sebabnya: a) Adanya pengalaman yang menakutkan
didan menimulkan panik ada trauma mental disertai shock emosional; b) Ada ide-ide tertentu yang
menyebabkanorang mengadakanpeniruan;
c) Jadi
simptom dari ketidak stabilan emosional.
4.
Neurasthenia
Adalah
bentuk psikoneorosa yang ditandai oleh kondisi syaraf yang lemah, tidak memiliki
energi hidup dan dibarengi perasaan lelah yang hemat terus menerus,macam sakit
serta nyeri sehinga penderita jadi malas dan segan melakukan sesuatu.
5.
Hypochondria
Adalah kondisi kecemasan yang kronis yang
berlebih-lebihan yang mana pasien selalu merasakan ketakutann yang “ziekelijk”
( menjurus pada patologis) terhadap kesehan badannya.
6.
Anxienty
neorosis
Adalah satu tipe neurosa dengan
simptom utama adalah kecemasan yang tidak disebabkan oleh satu rangsangan/sebab
khusus, sifatnya kronis yang mendalam, serta mempengaruhi daerah-daerah dari
kehidupan seseorang.
2. Psychosa
Psychosa/psychosis adalah bentuk disorder mental
atau kekalutan jiwa, dicirikan dengan
adanya disintegrasi kepribadian, dan terputusnya hubungan dirinya dengan
oranglain. Psikosa merupakan suatu penyakit mental yang berat, ditandai dengan
disorganisasi proses-proses fikiran, gangguan dalam emosionalitas, disorientasi
terhadap waktu, ruang, dan person, dan pada beberapa kasus disertai
halusinasi-halusinasi dan delusi-delusi.
Reaksi individu terhadap tekanan-tekanan internal
dan eksternal selalu keliru dan merugikan. Pada umumnya mereka dihinggapi
gangguan afektif yang serius, selalu melakukan instropeksi yang
berlebih-lebihan; menutup diri dari realitas hidup, dan tidak mampu mengenal
serta menilai realitas dunia sekitar.
Pada para penderitanya terjadi disintegrasi
kepribadian. Ada kekalutan organis, kekalutan fungsional dan kekalutan
fungsi-fungsi kejiwaan pada intelegensi, kemauan dan perasaannya. Mereka
umumnya hidup dalam dunia yang tidak riil (dalam dunia fantasi, cita-cita atau
dunia imaginer), sebab hubungan dirinya dengan dunia luar atau dunia realitas
sudah terputus. Dengan demikian, penderita jadi tidak berkompeten secara
social. Ia mengalami maladjustment yang berat, dan tidak mampu memikul tanggung
jawab atas segala tingkah lakunya.
Femomena lain yang sering timbul pada penderita
psikosa adalah sering mengamuk disertai kekerasan atau serangan-seragan hebat
yang kegila-gilaan, sehingga membahayakan sekali bagi dirinya sendiri, karena
munculnya usaha-usaha untuk bunuh diri. Sehingga mereka perlu mendapatkan
perawatan dalam rumah sakit jiwa.
Psikosa dibagi ke dalam dua golongan yaitu psikosa
organic (organic psychosis) dan
psikosa fungsional (functional psychosis).
a) Psikosa
organic (organic psychosis)
Psikosa organic disebabkan oleh faktor-faktor fisik
dan factor-faktor intern, yang mengakibatkan penderita mengalami kekalutan
mental, maladjustment dan inkompeten secara social. Psikosa organic selalu
disertai penyakit gangguan organis. Pada umumnya penyakit tersebut disebabkan
oleh gangguan pada otak (terjadi organic brain disorder). Hal ini mengakibatkan
berkurang/rusaknya fungsi-fungsi pengenalan, ingatan, intelektual, perasaan,
dan kemauannya. Beratnya gangguan dan kekalutan mental bergantung pada parahnya
kerusakan organis pada otak.
Dalam psikosa organic, terdapat beberapa jenis
psikosa, yaitu:
(1) Toxic
Psychosis (psikosa yang disebabkan oleh keracunan)
i.
Alkoholisme, alcoholic psychosis, dan
korsakaw psychosis
ii.
Drug psychosis
iii.
Lead psychosis
(2) Syphilitic
psychosis
i.
Dementia paralytica
ii.
Juvenile paresis
iii.
Cerebro- spinal syphilitic psychosis
iv.
Tabes dorsalis (locomotor ataxia)
(3) Senile
psychosis
i.
Senile dementia
ii.
Presenile psychosis
(4) Traumatic
psychosis
(5) Psychosis
karena gangguan glanduler
(6) Psychosis
karena kekurangan vitamin
(7) Organic
psychosis yang tidak diketahui sebabnya:
i.
Parkinson disease
ii.
Huntington chrorea disease
b) Psikosa
fungsional (functional psychosis).
Psikosa fungsional disebabkan oleh factor-faktor non
organis, dan ada maladjustment fungsional, sehingga pasien mengalami
kepecahan pribadi secara total,
menderita maladjustment intelektual
instabilitas pada karakternya. Adapun yang termasuk psikosa fungsional yaitu
schizophrenia, manis depresif, dan paranoia.[1]
3.
Sosiopat
Psikopat merupakan istilah yang digunakan untuk
orang-orang yang secara kronik terus menerus menunjukkan perilaku immoral dan
anti sosial. Oleh karena itu, kadang digunakan istilah sosiopat.[2] Jadi,
istilah sosiopat dan psikopat adalah sama. Psikopat atau soisopat merupakan orang-orang dengan
perilaku anti sosial dan immoral. Menurut Nevid, dkk., kata psikopat berfokus pada gagasan bahwa
ada sesuatu yang tidak benar pada fungsi psikologis individu, sedangkan kata
sosiopat berpusat pada deviasi (penyimpangan) sosial orang tersebut.[3]
Menurut Kartini
Kartono, psikopat adalah bentuk kekalutan mental ditandai
tidak adanya pengorganisasian dan pengintegrasian pribadi, orangnya tidak
pernah bertanggung jawab secara moral, selalu konflik dengan norma sosial dan
hukum ( karena sepanjang hayatnya dia hidup dalam lingkungan sosial yang
abnormal dan immoral).
Pada umumnya, orang-orang psikopat itu pada masa
mudanya sedikit sekali bahkan hampir sama sekali tidak pernah mendapatkan
kasih-sayang dari lingkungannya. Selama beberapa tahun yang yang pertama (0-3)
dia tidak pernah merasakan kelembutan dan kemesraan, sehingga untuk
selama-lamanya anak itu tidak pernah
merasakan kelembutan dan kemauan dan kemampuan untuk menerima dan memberikan
cinta-kasih. Untuk selama-lamanya sampai pada usia dewasa ia kehilangan
perasaan sosial (sosialitas) dan rasa kemanusiaannya, sehingga ia tidak mampu
menjalin relasi human dengan siapapun juga. Perasaannya selalu tidak senang dan
tidak pernah merasa puas.
Jiwanya selalu diliputi oleh rasa kebencian ,
dendam, penolakan, dan rasa dikejar-kejar (dituduh). Sehingga jianya jadi
gelisah resah penuh ketakutan, dan jadi kacau-balau oleh bayangan fikiran yang
kegila-gilaan. Terjadilah disoganisasi dan desintegrasi kepribadian, tanpa
memiliki rasa sosial dan rasa kemanusiaan yang wajar.[4]
Sebanyak 1 hingga 4 persen populasi di dunia
menderita sosiopat, tapi kebanyakan dari mereka sanggup untuk mengendalikannya
hingga berada dalam batasan-batasan toleransi masyarakat dan hanya disebut
sebagai orang-orang yang berperilaku sedikit aneh.[5]
Adapun ciri-ciri yang ditunjukkan oleh penderita
psikopat atau sosiopat antaralain: (1) pandai mengambil hati; (2) rasa bangga
diri berlebihan; (3) perlu menciptakan sesuatu yang baru sebagai tanggapan atas
kejemuan yang dirasakan; (4) gemar berbohong; (5) cenderung memanipulasi
sesuatu; (6) tidak pernah merasa menyesal atau merasa bersalah; (7) kurang
empati terhadap oranglain; (8) cenderung memanfaatkan oranglain; (9) cenderung
meledak-ledak dan memperlihatkan pengendalian yang buruk terhadap perilakunya;
(10) cenderung bersikap kacau; (11) permasalahan yang dialami bermula dari awal
kehidupan mereka; (12) tidak dapat
menciptakan rencana jangka panjang yang realistis; (13) bersikap impulsive
serta tidak bertanggung jawab; (14) sering melanggar aturan; (15) sering
melanggar masa percobaan; (16) catatan kejahatannya beraneka ragam.[6]
Ciri-ciri yang hampir sama juga dipaparkan oleh
Nevid, dkk., diantaranya:
a) Paling
tidak berusia 18 tahun
b) Ada
bukti gangguan perilaku sebelum usia 15 tahun, ditunjukkan dengan pola perilaku
seperti membolos, kabur, memulai perkelahian fisik, menggunakan senjata,
memaksa seseorang untuk melakukan aktivitas seksual, kekejaman fisik pada
binatang atau orang, merusak atau membakar bangunan secara sengaja, berbohong,
mencuri, merampok.
c) Sejak
usia 15 tahun menunjukkan kepedulian yang kurang dan pelanggaran terhadap
hak-hak orang lain, yang ditunjukkan oleh perilaku sebagai berikut:
(1) Kurang
patuh terhadap norma social dan peraturan hukum, ditunjukkan dengan perilaku
melanggar hukum yang dapat atau tidak dapat mengakibatkan penahanan, seperti
merusak bangunan, terlibat pekerjaan yang bertentangan dengan hukum, mencuri,
atau menganiaya oranglain.
(2) Agresif
dan sangat mudah tersinggung saat berhubungan dengan oranglain, ditunjukkan
dengan terlibat dalam perkelahian fisik dan menyerang orang lain secara
berulang, mungkin termasuk pnganiayaan terhadap pasangan atau anak-anak.
(3) Secara
konsisten tidak bertanggung jawab, ditunjukkan dengan kegagalan mempertahankan
pekerjaan karena ketidakhadiran berulangkali, keterlambatan, mengabaikan
kesempatan kerja atau memperpanjang periode pengangguran meski ada kesempatan
kerja; dan atau kegagalan untuk mematuhi tanggung jawab keuangan seperti gagal
membiayai anak atau membayar hutang; dan atau kurang dapat bertahan dalam
hubungan monogami.
(4) Gagal
membuat perencanaan masa depan atau impulsivitas, seperti ditunjukkan oleh
perilaku berjalan-jalan tanpa pekerjaan atau tujuan yang jelas.
(5) Tidak
menghormati kebenaran, ditunjukkan dengan berulang kali berbohong, memperdaya
atau menggunakan oranglain untuk mencapai tujuan pribadi atau kesenangan.
(6) Tidak
menghargai keselamatan diri sendiri atau keselamatan oranglain, ditunjukkan
dengan berkendara saat mabuk atau berulangkali mengebut.
(7) Kurangnya
penyesalan atas kesalahan yang dibuat, ditunjukkan dengan ketidakpedulian akan
kesulitan yang ditimbulkan pada oranglain, dan atau membuat alasan untuk
kesulitan tersebut.[7]
Ciri-ciri senada juga diungkapkan oleh Kartini Kartono, menurutnya Simptom-simptom psikopat itu antaralain:
1) Tingkah
laku dan relasi sosialnya selalu a-sosial, eksentrik (kegila-gilaan) dan khronis
patologis. Kurang memiliki kesadaran sosial dan inteligensi sosial, amat
fanatik dan sangat individualistis. Selalu menentang lingkungan kultural dan
norma etis.
2) Sikapnya
aneh-aneh sering berbuat kasar, kurang ajar dan ganas buas terhadap siapapun
tanpa suatu sebab. Sikapnya selalutidak menyenangkan orang lain dan menyakitkan
hati. Sering berprilaku krimal.
3) Suka
ngeloyor dan mengembara ke mana-mana tanpa tujuan
4) Pribadinya
tidak stabil dan responsnya selalu tidak tepat
5) Tidak
pernah loyal terhadap seseorang, kelompok atau kode/norma tertentu
6) Tanpa
perasaan, emosinya tidak matang, dan tidak bertanggung jawab
7) Sering
icirikan dengan penyimpangan seksualitas dalam bentuk: homoseksualitas,
sadisme, serangan dan perkosaan seksual[8]
4.
Psychosomatic
Psychosomatic adalah bentuk macam-macam penyakit
fisik yang ditimbulkan oleh konflik-konflik psikis/psikologis dan
kecemasan-kecemasan kronis. Defenisi lain, psikosomatisme adalah kegagalan
system syaraf dan system fisik disebabkan oleh
kecemasan-kecemasan, konflik-konflik psikis dan gangguan mental.
Penyakit-penyakit fisik dan kegagalan system syaraf
tadi terus berlangsung, walaupun tanpa ada stimulus atau perangsang khusus yang
jelas. Ada kaitan antara tubuh dan jiwa; seperti pada perasaan/emosi-emosi yang
mempunyai lata belakang komponen-komponen mental dan komponen jasmaniah. Jadi,
ada interdependensi (saling ketergantungan) diantara proses-proses mentaldengan
fungsi-fungsi somatis atau fisik. Dalam hal ini ada kegagalan pada system
syaraf dan system fisik untuk menyalurkan peringan kecemasan dan
gangguan-gangguan mental.
Konflik-konflik psikis atau psikologis dan kecemasan
bisa menjadi sebab timbulnya bermacam-macam
penyakit jasmani; atau juga bisa membuat semakin beratnya suatu penyakit
jasmani yang telah ada.
Kejadian tersebut dikenal sebagai psychosomatic disorder atau
gangguan/kekacauan psikosomatik. Ini berarti kondisi psike atau jiwa menentukan
timbulnya penyakit soma atau badan. Sebagai contoh; oleh rasa ketakutan yang
hebat, detak jantung jadi sangat cepat; dan ada kelelahan yang ekstrim dari
reaksi asthenis pada badan yang lemah. Keduanya benar-benar gejala fisiologis
atau jasmaniah, yang diidentifikasikan sebagai akibat dari konflik-konflik
emosional yang sifatnya psikologis.
Reaksi somatisasi ini bisa mengenai semua
fungsi dan system-sistem organis yang
penting dari badan manusia. Misalnya mengenai alat pencernaan dan lambung
perut, system peredaran darah, alat pernafasan, system-sistem kelenjar, alat
kelamin, system persendian, kulit, limpa, jantung, dll.
Dengan demikian, dapat dimengerti , bahwa setiap
fungsi organis/somatic yang terganggu oleh emosi-emosi yang kuat, dapat menjadi
basis bagi timbulnya macam-macam
gangguan-gangguan psikosomatis. Gangguan-gangguan tersebut yang paling penting
adalah:
a) Hypertension
dan Effort Syndrome
Hypertension dikenal sebagai tekanan darah tinggi.
Hypertension disebabkan oleh adanya emosi-emosi yang sangat kuat, yang kemudian
jadi reaksi somatisasi dan langsung mengenai
system peredaran darah, sehingga mempengaruhi secara ekstrim kecepatan detak jantung dan
tekanan darah.
Adakalanya emosi-emosi yang kuat menjadi reaksi
somatisme, yang langsung mengenai system peredaran darah; sehingga sangat
berpengaruh terhadap detak jantung dan tekanan darah. Eksperimen-eksperimen menunjukkan,
bahwa ketakutan-ketakutan dan kemarahan-kemarahan cenderung untuk meninggikan
tekanan darah, dan memperepat detak jantung yang normal.
Sementara, Effort Syndrom merupakan reaksi
somatisasi dalam bentuk sekelompok symptom penyakit luka, luka-luka atau
kerusakan, yang cirinya berupapengeluaran tenaga fisik yang sangat sedikit saja
sudah menyebabkan bertambah cepatnya detak jantung, dibarengi dengan
kesukaran-kesukaran bernafas dan perasaan mau jatuh pingsan.
Symptom tersebut pada dasarnya disebabkan oleh
ketakutan-ketakutan pada aktivitas jasmaniah (berbuat) yang sering disertai
rasa bersalah, berdosa, dan penyesalan, atau disertai ketakutan-ketakutan dan
kecemasan yang dikombinasikan dengan impuls-impuls agresivitasnya sendiri.
b) Peptic
Ulcer
Peptic ulcer adalah borok bernanah atau etterende
zweer pada alat pencernaan; terkenal pula dengan nama maagzweer, disebabkan
oleh peradangan dan terlampau banyaknya asam-lambung dalam usus 12 jari
(deodenum), sehingga terjadi penggerogotan terhadap usus-usus.
Borok dalam lambung ini bervariasi. Yaitu dari
tingkat yang paling ringan berupa peradangan pada tempat-tempat tertentu,
terpencar-pencar dan di sana sini yang menimbulkan rasa sakit dn nyeri; sampai
dengan borok bernanah yang besar menganga, sifatnya berat, dan disertai
pendarahan. Malahan sering pula borok bernanah tersebut menembus
dinding-dinding lambung dan usus.
Peptic ulter disebabkan oleh banyak kejadian,
diantaranya: konstribusi organis yang lemah, infeksi, pernah menderita suatu
penyakit, dll. Akan tetapi sebab lain
yang utama adalah reaksi-reaksi emosional yang kuat dan lama, sebagai akibat
dari konflik psikologis. Konflik-konflik yang kuat dan lama itu menimbulkan
respons-respons emosional yang kronis. Biasanya berbentuk sikap permusuhan atau
sikap ketakutan-ketakutan.
Peptic ulter bisa juga timbul oleh cara hidup dan
cara makan yang kurang teratur. Oleh karena banyak terjadi konflik-konflik
dalam diri sendiri (konflik intern), dan sering berbenturan dengan norma-norma
social sehingga terjadi konflik-konflik
ekstern juga maka tidak jarang orang-orang yang bersangkutan menggunakan
mekanisme pertahanan diri yang salah. Sehingga timbullah pola-pola kebiasaan
hidup yang salah.
Penyelidikan dan bukti-bukti studi kasus menunjukkan
bahwa peptic ulcer ini banyak diderita oleh orang-orang yang sifatnya
antaralain:
(a) Selalu
bergantung pada oranglain
(b) Orang-orang
yang temperamennya agresif
(c) Orang-orang
yang sering bersikap bermusuhan, atau bersifat kholeris
(d) Orang
yang suka mengingkari kebutuhan biologisnya
(e)
Selalu berusaha menekan agresivitasnya
Jadi peptic
ulcer terjadi disebabkan oleh adanya
konflik-konflik yang ditekan
kuat-kuat, sehingga penderita selalu ada diantara sikap bermusuhan dengan sikap dependency (sikap ketergantungannya).[9]
[1]DR.
Kartini Kartono, Psikologi Abnormal dan
Abnormalitas Seksual, (Bandung: Cv. Mandar Maju, 1989), h. 135-138, 166
[2]Sarlito
W. Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta:
PT Raja Grafindo), h.265
[3]Jeffrey
S. Nevid, dkk., Psikologi Abnormal Edisi
ke-5 Jilid I, (Jakarta: Erlangga, 2003), h. 277
[4]
Psikologi Abnormal dan Abnormalitas
Seksual... h.95
[5]A.J.
Mahari, dkk., Kiat Mengatasi Gangguan
Kepribadian, (Jogyakarta: Saujana), h.61
[6]Kiat Mengatasi Gangguan Kepribadian….. h.61
[7]Psikologi Abnormal Edisi ke-5 Jilid I… h. 279
[8]
Psikologi Abnormal dan Abnormalitas
Seksual... h.96
[9]
Psikologi Abnormal dan Abnormalitas
Seksual… h., 128-131
Komentar
Posting Komentar