Dinamika Kehidupan Manusia

            (Mata Kuliah Konseling Pendidikan Islam)
            ***


  Perjalanan hidup seseorang tentu berbeda-beda, karena setiap individu mempunyai dinamika hidup sendiri-sendiri ada yang kaya, ada yang miskin, dan ada juga yang biasa-biasa aja. Dunia ini bulat dan perjalanan nasib seseorangpun berubah-ubah, kadang diatas kadang juga dibawah, jadi sebagai manusia makhluk ciptaan Tuhan seharusnya kita sadar, bahwa setiap sesuatu di dunia ini ada yang mengendalikanya.
Berkembangnya teknologi yang sangat pesat dewasa ini telah banyak menguntungkan manusia dalam aspek apapun terutama dalam aspek perekonomian. Namun di balik semua itu, tak jarang pula kita menemui dari sejumlah media yang kita baca atau yang telah ditayangkan dalam wacana-wacana televisi yang justru menjadikan aib bagi manusia itu sendiri, tak hanya individu itu yang menanggung aib, namun juga keluarga, masyarakat bahkan bangsa pun menanggungnya. Namun kebanyakan dari kita tak semuanya sadar jika hal tersebut telah menjadi aib bagi kita. Dalam makalah ini, pemakalah akan membahas tentang dinamika kehidupan manusia.
1.    Pengertian Dinamika Kehidupan Manusia
Pada dasarnya manusia itu tidak mungkin dapat hidup sendiri. Manusia membutuhkan manusia lain untuk berinteraksi demi memenuhi kebutuhan hidupnya, baik pada segi-segi fisiologi, psikologi, maupun sosiologi. Dengan demikian, disebabkan adanya kebutuhan untuk bergaul dengan manusia lain itulah, terjadilah dinamika sosial. Gilirannya, tercipta kelompok-kelompok sosial yang masing-masing di antaranya memiliki kepentingan dan kebutuhan yang berbeda-beda. Yaitu tumbuh persaingan, lahir kompetisi, saling adu strategi, bahkan pada akhirnya muncul pula sikap-sikap saling mendominasi atau saling menguasai di antara kelompok-kelompok masyarakat itu sendiri. Dinamika merupakan perubahan, jadi dinamika manusia dapat kita artikan perubahan yang dialami oleh manusia sejak manusia itu masih dalam kandungan sampai dilahirkan hingga akhir hayatnya selalu bersifat dinamis.[1] Dinamis berarti berubah, berkembang atau tidak tetap. Jadi dinamika kehidupan manusia adalah proses perubahan kehidupan dari satu kondisi kepada kondisi lain, yang menghasilkan efek positif dan negatif.
Sebenarnya mencermati sistem kemasyarakatan yang ada di sekitar kita, bak menonton film mafia yang menonjolkan potret perilaku jahat manusia, atau membaca novel tentang sikap hitam putih manusia, atau pun mendengarkan kisah-kisah drama yang menceritakan soal keindahan cinta, kesucian jiwa seorang rohaniwan, dan lain sebagainya. Dan memang, disadari atau tidak kita sadari, kisah-kisah tersebut pada dasarnya adalah refleksi dari perilaku-perilaku manusia sebagai keniscayaan yang terjadi apa adanya.
 Dari kisah-kisah tersebut seharusnya dapat menjadi cermin sekaligus menyadarkan diri kita, betapa sangat kompleksnya perilaku manusia itu, sehingga seolah membenarkan pendapat kalangan filosof bahwasanya semakin dalam kita membahas dimensi manusia, semakin banyak pertanyaan yang timbul. Bila direnungkan, kompleksitas masalah manusia tersebut sebenarnya adalah sebuah rahmat. Hal itu merupakan ladang persemaian untuk dijadikan peluang meraih sukses bagi manusia yang cerdik.
Bagi kalangan pakar psikologi, pakar manajemen, pakar komunikasi, situasi itu seolah medan berlomba untuk berebut kebenaran melalui metode-metode pendekatan terhadap permasalahan manusia yang mereka tawarkan. Maka, dinamika kehidupan manusia pun menjadi hidup dan bergairah. Para analis maupun kalangan konsultan, semakin dibanjiri klien yang membutuhkan diagnosis dan terapi. Dalam keadaan yang demikian itu, takaran-takaran atau ukuran-ukuran tentang apa yang disebut dengan kesuksesan memang menjadi kian bias, jika tidak disebut semakin kabur. Sebab tidak ada standar penilaian yang baku. Semuanya dikembalikan kepada ukuran penilaian masing-masing pribadi manusia sesuai keyakinan dan kepentingannya.[2]
Kini, sebagai pemilik kehidupan manusia memiliki agenda tentang bagaimana mengelola dirinya sendiri agar dapat meraih sukses. Terlepas mengenai makna seperti apa yang dimaksudkan dengan hidup sukses. Sebab orang dapat saja menafsirkan, dan pendapat ini paling banyak peminatnya, adalah sebuah kesuksesan ketika manusia itu sudah memiliki kekayaan, popularitas, serta jabatan yang tinggi. Atau, ada pula orang yang meyakini bahwasanya kesuksesan hidup itu dapat diraih bilamana manusia itu telah memasuki alam kehidupan yang tenang, dinamis, dan tidak direcoki dengan persoalan hidup macam-macam, meski secara faktual tidak dapat disebut sebagai orang kaya, orang top, dan seterusnya.
2.    Penyebab Manusia Bermasalah menurut Islam
Agama tampaknya memang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pengingkaran manusia terhadap agama agaknya dikarenakan faktor-faktor tertentu baik disebabkan oleh kepribadian maupun lingkungan masing-masing. Ajaran Islam adalah ajaran yang bersumber dari Allah SWT. Oleh karena itu, al-qur’an sebagai sumber utama ajaran Islam memiliki kebenaran mutlak. Kebanyakan manusia hanya mengakui sebatas kebenaran itu, namun mereka tidak ingin atau belum memiliki kebenaran untuk mengaplikasikan al-qur’an itu dalam seluruh aspek ilmu pengetahuan dan kehidupan. Seolah-olah antara agama, sains dan kehidupan terpisah adanya. Hal inilah yang menjadi sebab utama manusia mengalami kegagalan dalam mengulangi dan mencari berbagai solusi terhadap ujian dan persoalan dala kehidupan.[3]
Adapun penyebab manusia bermasalah menurut Islam adalah:
a.       Kurangnya iman dan ketakwaan
Manusia yang kurang iman dan ketakwaannya kepada Allah, akan memiliki masalah dalam hidupnya. Kehidupan manusia di dunia ini akan selalu mengalami perubahan, baik yang berbentuk positif dan juga yang negatif. Apabila manusia tidak mampu menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dalam hidupnya, maka hal ini akan menjadi masalah pada dirinya. Contohnya saja manusia yang tiba-tiba mengalami krisis keuangan atau mengalami kebangkrutan, maka ia akan bisa menjadi stres, mengeluh atau mengupat kepada Allah, dan gila yang disebabkan karena kurangnya keimanan dalam dirinya sehingga ia tidak mampu enerima keadaannya tersebut
b.      Selalu mengikuti hawa nafsu
Manusia yang selalu mengikuti hawa nafsu juga menyebabkan dirinya bermasalah, karena memperturutkan hawa nafsu ini adalah perbutan yang tidak baik.orang yang selalu mengikuti hawa nafsu ini akan mengalahkan akal dan hatinya, sehingga ia akan melakukan apa saja tanpa memikirkan terlebih dahulu baikburuknya perbuatan tu.
c.       Tidak memanfaatkan ilmu pengetahuan
Manusiayang tidak memanfaatkan ilmu pengetahuan ini juga bisa menjadi permaslahan dalam hidupnya. Orang yang memanfaatkan ilmu akan berbeda kehidupannya dengan orang yang tidak memanfaatkan ilmu.misalnya saja dalam mengelola rumah tangga yang baik, apabila seseorang tidak memanfaatkan atau tidak memiliki ilmu tentang itu, maka rumah tangganya bisa berantakan atau tidak terkelola dengan baik, dan hal tersebut akan menjadi sebuah masalah dalam hidup seseorang.
d.      Pengaruh lingkungan
Pengaruh lingkungan juga dapat menyebabkan manusia bermasalah pada dirinya. Misalnya masyarakat dalam sebuah lingkungan hanya membiarkan anak-anaknya bergaul sesuka mereka, maka seorang anak akan merasa bebas melakukan apa saja yang diinginkannya, yang cenderung berbuat ke arah negatif, maka hal tersebut akan menjadi sebuah permaslahan dalam hidup seseorang.
e.       Jarang beramal shaleh
Orang yang jarang beramal shaleh atau melakukan perbuatan yang baik akan menyebabkan dirinya bermasalah. Orang yang jarang beramal shaleh atau berbuat baik ini akan memiliki hati yang tidak tenang dan tentram
3.    Solusi Menghadapi Dinamika Kehidupan
Adapun solusi yang dapat diberikan untuk menghadapi dinamika kehidupan yaitu:
a.    Memperbaharui iman
Iman adalah makrifat dengan hati, pengakuan dengan lidah, dan tindakan dengan anggota-anggota badan (dengan kata lain; diyakini dalam hati, diucapkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan perbuatan). Apabila iman dalam diri sudah kokoh, maka segala ujian yang diberikan Allah akan bisa kita terima dengan lapang dada. Untuk memperbaharui iman dapat dilakukan dengan mempelajari ayat-ayat al-qur’an atau hadits atau seorang konselor memberikan dalil-dalil yang sesuai dengan permasalahan kliennya.
Fungsi dan tujuan membaca ayat-ayat al-qur’an itu adalah dalam rangka sebagai berikut:
1)   Pemberian nasehat
Cara pemberian nasehat disini dengan bijaksana, penuh kasih sayang, ketauladanan dan bukan mengundang perdebatan. Dalam pemberian nasehat, hendaknya harus menggunakan ayat-ayat atau dalil-dalil al-qur’an dengan benar, sesuai dengan permaslahan yang sedang dihadapi oleh seseorang. Disinilah seorang terapis harus mempunyai keahlian menyimak makna-makna lahir maupun batin dari pesan-pesan ayat al-qur’an itu. Sehingga tampak adanya ruh nasehat yang masuk kedalam hati dan jiwa seseorang. Disinilah klien akan mulai tertarik dan terbuka untuk melakukan perbaikan dan perubahan yang lebih baik, benar, dan menentramkan.
Sering klien mengemukakan permaslahannya bahwa ia dihadapkan dengan persoalan-persoalan hidup yang cukup berat yang dapat menggoncangkan kejiwaan atau mental. Dia bertanya bagaimana menanggulangi dan membentengi diri agar tidak mudah terkena stres, depresi, dan frustrasi dalam menghadapi ujian hidup. Dalam menghadapi masalah ini, maka yang harus konselor lakukan adalah memahami esensi persoalan yang ada dalam diri seseorang itu, antara lain:
a)    Klien harus diberi pemahaman terlebih dahulu tentang Allah
b)   Klien harus diberi pemahaman tentang esensi musibah atau peristiwa yang menyenangkan dan menyakitkan.
c)    Klien harus diberi pemahaman tentang bagaiman metode dalam mengatasi problema hidup secara qur;ani dan hikmah-hikmah dari keberhasilan menanggulanginya. Firman Allah dalam surat At-Taghabun: 11
Artinya: tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang) , kecuali dengan izin Allah, dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepda hatinya. Dan Alah Maha Mengetahui segala sesuatu.
2)   Tindakan pencegahan dan perlindungan
Pembacaan ayat-ayat al-qur’an juga berfungsi sebagai pencegahan dan perlindungan, yakni sebagai permohonan (do’a) agar senantiasa dapat terhindar dan terlindung dari suatu akibat hadirnya musibah, bencana, atau ujian yang berat. Yang mana hal itu dapat mengganggu keutuhan dari eksistensi kejiwaan (mental). Karena dalam kehidupan nyata sehari-hari tidak sedikit orang menjadi stres, depresi, dan frustrasi, bahkan menjadi hilang ingatan. Karena keimanan dalam dada tidak kokoh, mental sangat rapuh, dan lingkungan jauh dari perlindungan Allah dan orang-orang shaleh.
3)   Tindakan pengobatan atau penyembuhan
Fungsi dan tujuan yang lain dari pembacaan ayat al-qur’an adalah memberikan penyembuhan atau pengobatan terhadap penyakit kejiwaan (mental) bahkan dapat juga untuk penyakit spritual dan fisik. Tindakan penyembuhan atau pengobatan terhadap gangguan psikologis dengan menggunakan ayat al-qur’an.[4]
b.    Menjadikan hati nurani sebagai panglima dalam hidup
c.    Selalu memanfaatkan ilmu pengetahuan yang diperoleh
d.   Selektif terhadap pengaruh lingkungan.
 

[1]Lotharmatheussitanggang,DinamikaManusia,http://lotharmatheussitanggang.blogspot.com/p/dinamika-manusia.html (akses 21 september 2013)
[2]Argreenpekalongan, makalah dinamika kehidupan manusia. Html (akses 22 September 2013)

[3] Ainurel, bagaimana komsep dasar Islam dalam memandang perilaku bermasalah, http://ainurel.blogspot.com/2012/06/bagaimana-konsep-dasar-Islam-dalam-memandang-perilaku-bermasalah/ (akses 21 september 2013)
[4] Ainurel, Bagaimana Konsep Dasar Islam Dalam Memandang Perilaku Bermasalah, http://ainurel.blogspot.com/2012/06/bagaimana-konsep-dasar-Islam-dalam-memandang-perilaku-bermasalah/ (akses 21 september 2013)

Komentar

  1. Tulisan menarik.... :)
    memang dinamika kehidupa tiap manusia itu berbeda-beda dan yang kita bijaki dengan selalu tawakal dan perpikir positif

    www.atobasahona.com

    BalasHapus
  2. terimakasih sudah membaca.
    benar, kita harus bijak dalam menyikapinya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

HADIS-HADIS TENTANG AKHLAK KONSELOR ISLAMI

HUBUNGAN ANTAR BUDAYA (Penulis Makalah: Fitria Osnela, Frischa Erdila, dan M. Hasby Jamil)

KONSEP DASAR TENTANG HUBUNGAN MEMBANTU (HELPING RELATIONSHIP)