Teori-Teori Penguat Psikologi Sosial
(Mata Kuliah Psikologi Sosial)
***
***
A.
Teori
Rangsang Balas Untuk Menerangkan sikap
Teori Rangsang balas (stimulus-response
tbeory) yang sering juga disebut teori penguat (reivorcement-tbeory) dapat
digunakan untuk menerangkan berbagai gejala tingkah laku sosial. Dalam sub-bab
ini akan dijelaskan bagaimana teori penguat menerangkan sikap (attitude). Yang
dimaksud dengan sikap ini adalah kecendrungan atau kesediaan seseorang untuk
bertingkah laku tertentu kalau ia menghadapi rangsang tertentu.
Salah satu teori untuk menerangkan
terbentuknya sikap ini dikemukakan oleh Daryl Beum (1964) yang pengikuy skinner
(berpandangan operant). Ia mendasarkan diri pada pernyataan skinner bahwa
tingkah laku manusia berkembang dan di pertahankan oleh aggota-anggota masyarakat
yang menberi penguat pada indivudu untuk bertingkah laku secara tertentu (yang
dikehendaki oleh masyarakat). Atas dasar pendapat Skinner itu beum mengemukakan
4 asumsi dasar yaitu:
1. Setiap
tingkah laku, baik yang verbal maupun sosial adalah satu hal yang bebas dan
berdiri sendiri, bukan merupakn refleksi (menggambarkan) sikap, sistem
kepercayaan, dorongan, kehendak ataupun keadaan-keadaan tersembunyi lainnya
dalam diri individu.
2. Rangsang
dan tingkah laku balas adalah konsep-konsep dasar untuk menerangkan suatu
gejala tingkah laku. Konsep-konsep ini hanya dapat didefenisikan dan diukur
secara fisik dan nyata (nampak mata).
3. Prinsip-prinsip
hubungan rangsang balas sebetulnya hanya sedikit. Ia nampak sangat bervariasi
karena bervariasinya lingkungan dimana hubungan rangsang balas itu berlaku.
4. dalam
analisa tentang tingkah laku perlu dihindari diikutsertakannya keadaan-keadaan
internal yang terjadi pada waktu tingkah laku itu timbul, baik yang bersifat
fisiologik (kelelahan, lapar dan lain-lain). Maupun yang bersifat konseptual
(dorongan, kehendak dan lain-lain.
Berdasarkan
asumsi-asumsi tersebut beum mengemukakan teori tentang hubungan fungsional
(Functional Relationsbip) dalam interaksi sosial. Dalam teori tersebut beum
mengatakan bahwa dalam interaksi sosial terjadi 2 macam hubungan fungsional
yang pertama adalah hubungan fungsional dimana terdapat kontrol penguat
(reinforcoment cotrol) yaitu jika tingkah laku balas (responce) ternyata
menimbulkan penguat (renforcement) yang bersifat ganjaran (reward).
B.
Teori-teori
Belajar Sosial Dan Tiruan
Dalam kehidupan manusia ada 2 macam
belajar yaitu belajar secara fisik (belajar menari,belajar naik sepeda dan
lain-lain dan belajar psikis. Termasuk dalam belajar psikis ini: belajar sosial
(social learning), dimana seseorang mempelajari perannya dan peran orang-orang
lain dalam kontak sosial. Dalam sub –bab ini akan dibicarakan 2 teori tentang
tingkah laku tiruan yaitu dari Millerd dan Dollard (1941) dan
bandura&Walters (1993).
1) Teori
belajar sosial dan tiruan dari Millerd dan Dollard
Menurut
Miller dan Dollard ada 4 prinsip dalam belajar yaitu: dorongan (drive), isyarat
(cue), tingkah laku balas (response), dan ganjaran (reward), keempat prinsip
ini sangat kait mengait dan dapat saling di pertukarkan, yaitu dorongan menjadi
isyarat, isyarat menjadi ganjaran dan seterusnya.
Dorongan
adalah rangsang yang sangat kuat yang mendorong organisme (manusia, hewan)
untuk bertingkah laku. Isyarat adalah rangsang yang menentukan bila dan dimana
suatu tingkah laku balas akan timbul dan tingkah laku balas apa yang akan
terjadi.
Selanjutnya
Miller dan Dollard menyatakan bahwa ada 3 mekanisme tiruan, yaitu:
a) Tingkah
laku sama (same bibavior)
b) Tingkah
laku tergantung (matcbed dependent bebevior)
c) Tingkah
laku salinan (copying)
2) Teori
preses pengganti
Teori
yang dikemukan oleh Bandura&Walters ini menyatakan bahwa tingkah laku
tiruan adalah suatu bentuk asosiasi suatu rangsang dengan rangsang lainnya.
Penguat (reinforcement) memang memperkuat tingkah laku balas, tetapi bukan
syarat yang penting dalam proses belajar sosial.
Disisni
yang penting adalah pengaruh tingkah laku model pada tingkah peniru yang
menurut Bandura&Walters ada 3 macam yaitu:
a) Efek
mondeling (modelling effek) dimana peniru melakukan melakukan tingkah
laku-tingkah laku baru (melaluin asosiasi) sehingga sesuai dengan tingkah laku
model
b) Efek
menghambat (inbibition) dan menghapus hambatan (disinbibision), yaitu tingkah
laku-tingkah laku yang tidak sesuai dengan tingkah laku model di hambat
timbulnya, sedangkan tingkah laku-tingkah laku yang sesuai dengan tingkah laku
model di hapuskan hambatan-hambatannya sehingga tibul tingkah laku-tingkah laku
yang dapat menjadi nyata.
c) Efek
kemudahan (vascilitation effects) : dimana tingkah laku-tingkah laku yang sudah
di pelajari peniru lebih muda muncul kembali dengan mengamati tingkah laku
model.
C.
Teori-Teori
Jual Beli Dengan Penguat Sosial
Berikut ini akan diurauikan bagaimana
teori-teori penguat (Reinfor Cement Tbeories) menerangkan hubungan antara 2
orang. Teori-teori ini semuanya beraliran operan. 2 teori yang pertama akan
menerangkan hubungan 2 orang (dyadic) yang sejajar, dimana kedudukan orang
pertama setingkat dengan kedudukan orang kedua, sedangakan teori yang ketiga
akan menerangkan hubungan oarang 2 dimana salah satu pihak lebih berkuasa dari
pada pihak yang lain.
1) Teori
tingkah laku dasar
Homans
mencoba menerangkan hubungan antara 2 orang dengan menggunakan prinsip-prinsip
ekonomi (jual beli). Ia berpendapat bahwa proses psikologik yang terjadi pada 2
orang yang saling berinteraksi pada hakikatnya sama dengan proses jual beli
dimana kedua pihak saling memberi harga dan mencari keuntungan (profit) untuk
itu Homans membatasi diri pada hubungan 2 orang yang menpunyai ciri-ciri
sebagai berikut :
a) Bersifat
sosial : ada aksi-reaksi antara 2 orang.
b) Untuk
tiap aksi (tingkah laku) harus ada ganjaran atau hukuman dari pihak kedua
(bukan dari pihak ketiga).
c) Tingkah laku harus nyata, bukan berupa
norma-norma atau harapan-harapan masyarakat.
Ia
mengemukakan 5 proposisi (dalil) pada tingkah laku hewan
1)
Deprivasi dan
kejenuhan.
Makin
jauh seekor hewan dari rangsang penguat yang diinginkannya (deprivasi) makin
tingkah laku hewan itu untuk memperoleh penguat.
2)
Kadar penguat.
Makin
sering suatu tingkah laku yang dapat ganjaran, makin kuat pula tingkah laku tersebut.
(makin sering dilakukan) sebaliknya, makin sering suatu tingkah laku mendapat
hukuman, makin jarang dilakukan (makin lemah).
3)
Kontrol rangsang
Kalau
kontrol rangsang terjadi pada saat yang bersamaan dengan suatu tingkah laku
yang mendapat penguat, maka tingkah laku itu akan timbul lagi kalau rangsang
tersebut muncul kembali.
4)
Hukuman dan ongkos
Hukuman
yang tidak dapat dihindari dari suatu tingkah laku di sebut “ongkos” dari
aktifitas (tingkah laku tersebut. Ongkos yang tinggi (mahal) akan mengurangi
kekuatan tingkah laku dan ini memperbesar kemungkinan terjadi tingkah laku
pengganti untuk menggantikan tingkah laku pertama yang mahal ongkosnya itu.
5)
Tingkah laku emosional
Ditariknya
suatu ganjaran akan menimbulkan tingkah laku emosional yang disebut agresi dan
adanya ganjaran juga akan menimbulkan tingkah laku emosional yang positif
seperti : senang atau gembira.
2) Teori
Basil Interaksi
Premis
dasar yang dipakai adalah : interaksi sosial hanya akan di ulangi kalau
peserta-peserta dalam interaksi itu mendapat ganjaran sebagai hasil dari
kesertaannya. Hasil yang dimaksud disisni bisa bersifat materiil (obyek) atau
psikologi (status, kekuasaan, kasih sayang dan lain).
3) Teori
Fungsional Interaksi Otoriter
Dalam
teori ini Adams dan Romney menggunakan prinsip-prinsip kelaziman operan untuk
menganalisa interaksi otoritas, yaiti interaksi dimana salah satu pihak
mempunyai kontrol terhadap tingkah laku lain. Mereka menyatakan bahwa interaksi
otoritas mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a) Hubungan
Otoritas adalah asimetris, salah satu pihak mempunyai kekuatan (power) yang
lebih besar.
b) Hubungan
otoritas adalah stabil dalam arti bahwa pihak atasan maupun bawahan akan
menduduki posisinya 9dalam interaksi itu) dalam waktu yang cukup lama.
c) Meskipun
dalam masyarakat ada tata cara yang mengatur hubungan otoritas, namun hubungan
otoritas itu sendiri terjadi terlepas dari ada atau tidak adanya tata cara
masyarakat tersebut.
Referensi:
Sarwono
wirawan Sarlito. 2002. Teori-Teori
Psikologi Sosial, Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada.
Komentar
Posting Komentar