Lamang Tungkek: Si Coklat Pekat dalam Balutan Daun Pisang


Setiap daerah tentu punya keunikan masing-masing dalam menyambut Idul Adha. Keunikan itu bukan hanya dari cara masing-masing daerah menyambut Hari Raya Qurban ini, namun juga dari apa yang mereka siapkan untuk menyambutnya. Tak terkecuali masyarakat Kecamatan Talawi Kota Sawahlunto. Daerah ini punya penganan khas Idul Adha. Artinya, penganan ini tak akan ditemui di hari-hari lain kecuali pada saat lebaran haji.
Penganan ini biasa disebut Lamang Tungkek, berbentuk bulat lonjong dengan balutan daun pisang. Uniknya, daun pisang pembungkus lamang ini diikat dengan tali rafia. Lamang diikat pada bagian atas, tengah, dan bawah sehingga hampir menyerupai pocong. Terdengar menyeramkan bukan? Tapi  ketika bungkus dari daun pisang itu dibuka, maka kita akan mendapati isi berwarna coklat kehitaman dengan bentuk bulat lonjong. Rasanya manis dan khas, tak seseram bentuknya, lho. 

Jangan berpikir bahwa lamang tungkek sama dengan lamang di Minang kebanyakan, atau ada property serupa tungkek (tongkat) dalam pembuatan lamang ini. Sebutan tungkek barangkali karena lima sampai enam butir lamang diikat dengan tali rafia sepanjang lebih kurang satu meter. Sehingga Lamang tampak panjang dengan bentuk rentengan.
Lamang Minang yang biasa dikenal terbuat dari ketan dengan media bambu. Ada  beragam jenis lamang yang terbuat dari ketan ini, antaralain lamang tapai dan lamang pisang, namun lamang tungkek berbeda, ia terbuat dari tepung beras yang dimasak dengan santan dan gula aren lalu dibungkus dengan menggunakan daun pisang.
Menjelang lebaran haji, harga lamang tungkek cukup mahal. Perbiji dihargai dua ribu rupiah. Bayangkan, berapa biji konsumsi untuk keluarga jika mengandalkan beli. Meski begitu, kebanyakan orang lebih suka beli karena cara pembuatannya yang cukup lama.
Membuat Lamang Tungkek merupakan tradisi yang sudah mengakar di masyarakat Talawi. Jika bertamu ke rumah-rumah kerabat atau tetangga di sini, bisa dipastikan Lamang Tungkek tak pernah absen. Meski setiap rumah selalu menyediakan Lamang Tungkek, namun saling berbagi ke kerabat atau tetangga tetap saja dilakukan. Hanya saja, ketika kita memberi lamang, kerabat atau tetangga yang kita beri pun akan memberi balik. Sehingga ini  seperti bertukar lamang. Si coklat pekat dalam balutan daun pisang inipun menjadi penganan yang dicari oleh kerabat yang tinggal di luar kota. Maklum, di hari-hari biasa ia menjadi penganan yang sangat langka.
Keluarga kami selalu buat lamang setiap Idul Adha, karena Ayah yang orang Talawi asli tidak mau tradisi yang sudah mengakar dari sejak zaman nenek moyangnya ditinggalkan begitu saja. Baginya, bukan hari raya haji namanya jika tak ada Lamang Tungkek. Seingat saya, Ibu sudah buat penganan ini sejak kami kanak-kanak. Lebaran Haji kali ini pun begitu. Minggu (13/10) lalu, Ibu mulai membuat Si Lamang. Saya akan sedikit berbagi bagaimana cara pembuatan Lamang Tungkek ala Ibu saya.
Pertama, kita siapkan bahan. Bahan-bahannya berupa: 3 liter tepung beras, tiga kilo gula aren, 6 buah kelapa parut, desmani, spekuk, garam dan daun pandan segar secukupnya. Sebelumnya, siapkan daun pisang  kira-kira 5 tandan dan satu gulungan tali rafia. Daun pisang tersebut di diang hingga layu.
Selanjutnya, gula aren di masak bersamaan dengan daun pandan segar secukupnya dalam kuali besi ukuran menengah. Tunggu hingga gula mencair dan berwarna coklat pekat. Masukkan santan. Masak hingga santan mengeluarkan minyak (kira-kira seperti kalio, bakal rendang). Kemudian, masukkan tepung beras yang sebelumnya diberi air hingga mencair rata. Beri desmani, spekuk, dan garam secukupnya. Aduk adonan hingga berwarna coklat pekat. 
 Proses Memasak Gula Aren (Doc.Pri)

Masukkan Santannya (Doc.Pri)

Santan telah tercampur, tinggal menunggu campuran santan dan gula aren ini menyerupai kalio (doc.pri)


Tepung Beras yang telah dicairkan dengan Air di masukkan dalam kuali

Tepung Menyatu....

Proses mengaduk adonan: butuh 2 orang agar adonan masak merata

Adonan diangkat, kemudian dibentuk bulat lonjong dengan diameter kira-kira 1,5 cm dan panjang 2/3 jengkal. Sebenarnya, besar kecil ukuran lamang tergantung  yang diinginkan si pembuat. Adonan harus dibentuk selagi panas, karena jika sudah dingin akan sulit untuk membentuknya. Jangan lupa gunakan alas tangan berupa plastik untuk membentuk adonan. Gak kebayang kan, panasnya adonan yang baru diangkat dari tungku jika tangan tidak di alas. Penggunaan alas salah satunya juga agar kebersihan adonan terjamin.
Setelah semua adonan dibentuk, tibalah saatnya untuk membungkus si coklat pekat ini. Adonan digulung dengan daun pisang sampai seluruh badan lamang terbungkus rapat, lalu bagian atas dan bawah dari daun pisang yang berlebih dipilin. Nah, bagian atas di ikat dengan tali rafia yang kemudian dengan tali yang sama juga mengikat bagian tengah dan bawah. Lima sampai enam butir lamang diikat serupa dengan menggunakan tali yang sama. Seperti yang telah dijelaskan di bagian awal tulisan ini. Pengerjaan Lamang Tungkek ini belum berhenti sampai di sana. Lamang harus di kukus dulu kira-kira 15 menit. Setelah dikukus, barulah lamang dapat disantap dan disajikan di meja tamu. 
Lamang yang telah dikukus

Siap disantap...

Bagi kawan-kawan yang belum pernah mencicipi Lamang satu ini, berkunjunglah ke Kecamatan Talawi pada saat lebaran haji. Jika berkunjung ke rumah saya, akan saya beri gratis plus oleh-oleh agak beberapa biji buat keluarga kawan-kawan di rumah. Hhe. ^_*


Komentar

Postingan populer dari blog ini

HADIS-HADIS TENTANG AKHLAK KONSELOR ISLAMI

HUBUNGAN ANTAR BUDAYA (Penulis Makalah: Fitria Osnela, Frischa Erdila, dan M. Hasby Jamil)

KONSEP DASAR TENTANG HUBUNGAN MEMBANTU (HELPING RELATIONSHIP)