Tentang Sebuah Film; Baghban (Edisi KKN)
17/08/2013. Ini
kali ketiga aku mulai menulis apa yang kurasa selama masa KKN ini;
karena jadwal yang padat, tentu. Dua buah tulisan terdahulu yang
kuposting di sebuah jejaring sosial sudah kuhapus. Entah, aku malu
sendiri membacanya karena terkesan sangat kekanak-kanakan. Pada tulisan
kali ini, aku hanya ingin menceritakan sesuatu yang melesat demikian
cepat di kepala, sebab aku takut jika lesatan itu hilang dikemudian
hari, lalu apa yang akan kukenang nanti?
Baik, aku ingin bercerita tentang film. Ha, film? Ini patut dipertanyakan bukan? Sebab KKN identik
dengan serangkaian kegiatan terprogram yang mesti diselesaikan dalam
rentang waktu yang telah ditentukan. Hehehe tentu saja. Maksudnya, kali
ini aku akan berbagi pengalaman tentang sebuah film yang kutonton
bersama rekan-rekan disela-sela waktu senggang; sebuah film India.
Seorang
teman anggota kelompok kami adalah penggemar berat film India dan lagu
India, namanya Si’u Amri Jaini dari Program Studi Pendidikan Biologi.
Sosok yang biasa dipanggil Jaini ini selalu menggunakan waktu
senggangnya dengan menonton film India dan memutar video dan lagu-lagu
India. Sebenarnya seorang teman lagi yang bernama Icha juga menyukai
film dan lagu-lagu India, tapi jika kuperhatikan Jaini lebih fanatik
India dibanding Icha. Kami yang setiap hari selalu bersama-sama terpaksa
harus rela memberikan telinga ini santapan pendengaran yang baik setiap
mereka memutar lagu-lagu India tersebut (heheh piss, girls. But, it is the fantastic experience).
Di waktu senggang hari ini, usai memainkan Game Angry Birds di Laptop Jaini yang kupinjam, Yose pun meminjam
Laptop Jaini; ia ingin nonton katanya. Aku kemudian melakukan pekerjaan
lain, namun saat berjalan ke ruang keluarga kulihat Yose sedang
menonton Film India. Terlihat sangat fokus sekali. Tanpa banyak tanya
aku langsung bergabung. Meski sebenarnya di pikiranku tersimpan tanya,
apakah Yose memang penggemar film-film India dari awal atau ia
terhipnotis oleh Jaini dan Icha. Tidak lama kemudian, Icha dan Jaini pun
bergabung. Icha bilang ia sudah berulang kali menonton film ini, tapi
saja setiap kali menonton ia menangis. Aku semakin penasaran dengan film
ini. Lupa-lupa ingat, dulu aku juga sudah menonton film dengan cerita
seperti di film ini hanya saja versi Indonesia.
Baghban
bercerita tentang keluarga Raj Maholtra (Amith Bachan) yang sangat
bahagia. Kebahagiaan itu terlihat meski Raj dan istrinya Pooja (Hema
Malini) sudah menikah selama 40 tahun. Pasangan ini dikaruniai 4 orang
anak lelaki dengan tiga menantu dan sepasang cucu. Pada ulang tahun
ke-40 perkawinan pasangan Raj-Pooja seluruh keluarga berkumpul, kecuali
Alok (Salman Khan); anak angkat Raj yang berada di luar negeri. Sebuah party yang digelar atas permintaan ke-empat anak-anak Raj turut memperlihatkan kebahagiaan keluarga ini.
Namun, kebahagiaan itu tak berlangsung lama. Seperti tak lamanya durasi party yang di-setting
dalam perayaan ulang tahun ke-40 pasangan ini. Raj Maholtra pensiun
dari pekerjaannya sebagai pejabat tinggi sebuah Bank (ICICI Bank). Raj
kemudian mengirim surat pada ke-empat putranya. Inti surat itu
mengatakan bahwa Raj sudah pensiun, ia berharap bantuan untuk masa depan
dirinya dan sang isteri. Surat ditutup dengan undangan untuk perayaan
Holi pasangan Raj-Pooja.
Usai
perayaan Holi yang terlihat sangat meriah, keluarga ini berkumpul. Di
sinilah Raj mulai merangkai kata, menyampaikan maksudnya pada ke-empat
putra. Keinginan Raj tak serta merta disambut baik oleh anak dan
menantunya. Mereka meminta waktu untuk berdiskusi terlebih dahulu.
Ketika
anak-menantu Raj berdiskusi, sebagai penonton kita dilihatkan betapa
durhakanya sang anak. Gigi bahkan gemeletuk saat ke-empat anak itu
saling melempar untuk merawat orangtua yang telah membesarkan mereka.
Tak ada yang mau menampung pasangan suami isteri tua yang malang itu.
Waktu terus berjalan. Mereka belum bisa menyimpulkan ke rumah siapa
orangtua malang itu akan dibawa. Sementara pasangan Raj-Pooja menunggu
di luar dengan harap-harap cemas. Sebagai orangtua, tentu Raj-Pooja
berharap ke-empat anaknya akan saling berebut menginginkan mereka untuk
tinggal ditempat salah satu dari ke-empat anak-anak mereka.
Ketika
diskusi usai, ke-empat anak Raj-Pooja beserta menantu menemui mereka di
luar. Anak-menantu durhaka itu terlebih dahulu bermanis mulut sebelum
menyampaikan keputusan yang telah mereka sepakati bersama. Pasangan
Raj-Pooja tampak tak sabar menunggu. Tibalah saat salah seorang menantu
menyampaikan kesepakatan bersama; Raj-Pooja tidak tinggal bersama, Raj
akan tinggal di rumah salah seorang anak selama enam bulan begitupun
halnya Pooja dalam waktu bersamaan akan tinggal di rumah anak mereka
yang lain dalam rentang waktu yang sama. Ketika masa enam bulan itu
habis, masing-masing mereka akan tinggal di rumah anak-anak lain. Begitu
seterusnya.
Betapa
terkejutnya pasangan Raj-Pooja mendengar keputusan ini. Keputusan yang
keluar dari anak-anak yang telah dibesarkannya dengan penuh cinta dan
kasih sayang, anak yang ia telah memberikan seluruh hidup dan hartanya
untuk kebahagiaan mereka. Namun, yang didapatkannya dari sang anak,
sungguh diluar dugaan.
Raj-Pooja
berbincang di kamar mereka. Betapa Raj sangat tidak suka dengan
keputusan anak-anaknya. Betapa Raj tidak ingin dipisahkan dengan Pooja.
Ah, kisah cinta pasangan ini begitu mengharukan. Benar-benar cinta
sejati. Sang istri dengan bijak mencoba menasehati Raj. Akhirnya Raj
menerima keputusan anak-anak mereka, semua karena Pooja.
Keesokan
harinya mereka telah berkemas, pun memanfaatkan waktu yang singkat
sebelum anak-anak menjemput. Sang pemilik rumah tempat di mana Raj-Pooja
menghabiskan waktu selama 40 tahun ini juga ikut bersedih atas apa yang
terjadi pada pasangan ini. Adegan perpisahan ketika Pooja dibawa Sanjay
dan Raj dibawa Kiran begitu menyentuh.
Setelah
berpisah, hal yang sama dengan kejadian berbeda terjadi pada pasangan
ini. Raj, ia diabaikan oleh anak-menantunya bahkan sejak pertama turun
dari mobil yang mengantar mereka sampai ke rumah sang anak. Ia dibiarkan
sendiri membawa kopernya. Betapa sang anak sama sekali tak
menghargainya. Kejadian lain yang mengejutkan Raj terjadi saat Raj
dengan tertatih membawa kopernya lalu ketika membuka pintu ia mendengar
kata-kata sang menantu yang intinya mengatakan bahwa ia terpaksa membawa
Raj tinggal di rumahnya, tak ada lagi yang bisa dibanggakan dari Raj
karena ia sudah pensiun dan tak punya apa-apa lagi. Beruntung, ia
memiliki cucu lelaki kecil yang menyayanginya.
Sementara
Pooja, ia di tolak oleh cucunya yang bernama Payal untuk tinggal
sekamar dengannya karena alasan privasi. Jadilah, Pooja tinggal di kamar
pembantu keluarga anak-menantunya. Sang pembantu tidak senang dan
berkata kasar kepada Pooja, anehnya hal itu dibiarkan oleh menantunya.
Pooja sama sekali tak dianggap sebagai ibu dan mertua di rumah itu.
Pagi
hari ketika hendak sarapan dengan wajah yang dibahagia-bahagiakan Raj
langsung menempati tempat duduk utama meja makan itu; kebiasaan yang
selalu dilakukannya. Namun apa hendak dikata ia harus berbesar hati
menerima ketika sang menantu menghardiknya, bahwa tempat itu bukanlah
untuknya tapi untuk si anak. Perubahan yang tak disangka bagi Raj.
Kerinduan
Raj pada Pooja tak terbendung. Ia ingin minta izin pada anak-menantu
untuk menggunakan telpon rumah. Tapi, mereka mengabaikannya. Bahkan sama
sekali tak mendengarkan apa yang ingin diucapkannya. Maka dengan
kerinduan telah menyusup ke seluruh nadinya, ia menggunakan telpon umum
untuk menelpon Pooja. Pasangan ini melepas rindu melalui telpon.
Suatu
pagi, ketika Raj berjalan-jalan santai. Seorang pria berlari
terengah-engah dikejar anjing. Raj menolong pria itu. Berterimakash atas
pertolongan Raj, laki-laki yang bernama Hemant Bhai Patel itu langsung
menjadikan Raj sebagai abang. Ia memanggil Raj dengan sebutan Mota Bhai.
Hemant Bhai merupakan pemilik sebuah Kafe music tak jauh dari perumahan
putra Raj, Sanjay Maholtra.
Kejadian
demi kejadian yang sangat menyakitkan diterima Raj dan Pooja setiap
harinya. Setiap kejadian itu membuatku menitikkan air mata. Tak hanya
kejadian yang menyakitkan, kekuatan cinta mereka yang begitu dalam juga
tak luput membuat airmata mengalir begitu saja. Film ini benar-benar
menguras airmata.
Suatu
hari ketika Raj berkunjung ke kafe music Hemant Bhai -sejak perkenalan
pertama pagi itu Raj telah sering berkunjung ke kafe Hemant Bhai. Hemant
Bhai dan isteri bahkan beberapa pengunjung remaja yang
sudah dianggap anak oleh Hemant Bhai pun tahu kisah cinta Raj dan
Pooja- seorang gadis menyarankan pada Raj untuk menuliskan kisah
cintanya dengan Pooja.
Saran
ini ternyata tak disia-siakan Raj. Ia mulai menulis. Menulis
menggunakan mesin tik tua membuat sang menantu merasa gaduh dan tak
dapat tidur, lagi-lagi Raj dimarahi. Nah, di Music Café Hemant Bhai
inilah Raj menghabiskan waktunya dengan menulis. Menulis kisah hidupnya.
Hemant Bhai dan isteri merupakan pasangan yang sangat baik. Mereka
menganggap Raj seperti saudara sendiri. padahal mereka tak saling
mengenal sebelum ini. Sementara anak-anak kandung Raj yang dibesarkan
dengan tangannya sendiri tak menganggapnya sebagai orangtua. Ironis.
Masa enam bulan telah berakhir. Saatnya bagi Raj dan Pooja untuk bertukar tempat tinggal ke rumah anak-anak mereka yang lain. Tapi
Raj dan Pooja menggunakan kesempatan itu untuk bernostalgia mengenai
masa lalu mereka. Mereka tak ingin kembali ketempat anak-anak durhaka
itu. ditengah perjalanan nostalgia itulah, secara tak sengaja Raj-Pooja
bertemu kembali dengan Alok, sang anak angkat. Pertemuan itu terjadi di
sebuah Showroom mobil. Ketika Raj dihina oleh seorang pegawai showroom,
saat itulah Alok yang secara tak sengaja melihat kejadian itu serta
merta menampar si pegawai. Ia membawa Raj-Pooja dengan penuh cinta dan
kasih sayang ke rumahnya.
Ternyata,
tanpa sepengetahuan Raj, tulisan yang tak sadar ditinggalkan Raj di
café Hemant Bhai diterbitkan oleh sebuah perusahaan penerbitan. Raj
menjadi terkenal. Raj kemudian diundang untuk memperkenalkan dan
memberikan sebuah sambutan mengenai tulisan yang dibukukan dengan judul
‘Baghban’ tersebut. ke-empat anak-menantu Raj pun tahu mengenai hal ini.
Mereka pun menghadiri acara tersebut. Tapi Raj-Pooja mengabaikan
mereka. Ketika acara sambutan dari salah seorang anak, anak tertua
Raj-Pooja ingin berdiri namun moderator memanggil Alok.
Diakhir
cerita, ke-empat anak menantu Raj-Pooja meminta maaf pada mereka, tapi
Raj-Pooja tidak bisa memaafkan. Apa yang telah dilakukan ke-empat anak
durhaka itu sungguh tak bisa dimaafkan.
Film ini sarat pesan. Menonton film ini aku dilihatkan bagaimana cinta sejati itu (meski hanya dalam film tapi kisah
cinta Raj-Pooja sungguh menginspirasi), bagaimana perlakuan yang
seharusnya dilakukan pada kedua orangtua, bahkan aku belajar seperti apa
keikhlasan orangtua dalam membesarkan anak yang sesungguhnya.
Meski
hanya sebuah film, aku ingin mengatakan bahwa tidak ada yang salah
dengan Raj Maholtra ia hanya melupakan satu hal; ia lupa bahwa ia telah
menjadikan ke-empat anaknya sebagai simpanan deposit. Investasi untuk
hari tuanya sehingga ia lupa pada dirinya. Dialog yang terjadi antara
Raj dengan seorang pria di awal film menunjukkan hal itu. Tujuan Raj
memberikan apapun pada anak-anaknya hanya untuk masa depannya. Memang
seharusnya itu yang dilakukan anak terhadap orangtua, membalas jasa-jasa
orangtua yang tak akan pernah terbalas meski seluruh daun-daun gugur
berubah menjadi mutiara lalu diberikan pada kedua orangtua.
Namun
menurut pendapat saya yang dangkal, barangkali Raj telah dianggap tidak
ikhlas dalam membesarkan anak-anaknya sehingga anak-anak merasa tidak
perlu membalas susah payah Raj-Pooja dalam membesarkan mereka. Lihat
halnya dengan Alok, anak angkat yang dibesarkan dan disekolahkan Raj. Ia
menjadi begitu berbakti atas apa yang telah diberikan Raj padanya.
Hemat saya itu karena Raj tak pernah berharap apa yang telah ia berikan
akan dibalas oleh Alok. Ia ikhlas menolong Alok. Tak pernah terbersit
sedikitpun dari pikiran Raj bahwa Alokpun akan menjadi sebuah investasi
baginya di masa depan. Memang benar, hukum alam itu berlaku. Siapa
memberi suatu saat ia akan menerima. Tapi prinsip memberi-menerima itu
hanya benar-benar terjadi jika segala sesuatunya dilakukan dengan
ikhlas. Raj ikhlas untuk apapun yang ia beri pada anak-anaknya, namun ia
lupa bahwa ia telah menganggap apa yang ia beri sebagai investasi di
masa tuanya.
Ah, entahlah.
Bagi mereka yang suka menulispun ada pesan dari film ini; tulislah apa yang ditunjukan kehidupan.
Maka mulai hari ini, aku ingin menjadi penulis kehidupan. Mulai
menuliskan agar aku tak lupa pada kehidupan yang telah membentukku
hingga hari ini; baik itu kebahagiaan, kesedihan, rasa malu, apapun.
Bukankah menulis dapat menjadi
salah satu media melawan lupa pada kenanganku sendiri? Kenangan yang di
masa depan akan membuatku tersenyum, tertawa, menahan malu, atau
menangis membacanya. Ya, aku menulis untuk diriku sendiri. Tidak peduli
apakah oranglain peduli atau tidak pada apa yang kutulis. Tapi satu hal
yang penting, apapun yang ditulis dengan hati akan terasa oleh hati.
***
Komentar
Posting Komentar