Wanita itu Hebat

Adakah yang tidak setuju jika saya katakan bahwa wanita itu piawai dalam menyambi?

Tulisan ini Berangkat dari kegiatan yang sehari-hari biasa dilakukan, seperti pagi ini. Usai sholat shubuh (saya terlelap sebentar di atas sajadah),  mulai menjerang air untuk segelas teh. Sembari menunggu air di jerangan mendidih, saya membersihkan magic dan mulai menanak nasi. Air di jerangan belum juga mendidih, saya kemudian memotong-motong tempe, mengiris bawang, dan membersihkan ikan teri yang dibeli kemaren sore di pasar.  Kegiatan itu selesai berbarengan dengan mendidihnya air di jerangan. Saya mengangkat periuk jerangan air, dan menggantikan posisi periuk dengan kuali. Sembari menunggu minyak di dalam kuali panas, saya mulai menyeduh teh, dan membiarkannya hingga suam-suam kuku.
Minyak telah panas, sayapun menggoreng tempe. Sembari menunggu tempe masak, saya menghidupkan nb, dan berselancar sebentar di dunia maya. Sesaat kemudian, saya kembali pada tempe di penggorengan, ternyata tempe belum masak, saya kembali pada layar nb. Saya kembali untuk yang kedua kalinya ke penggorengan, tempe itu telah menguning, dan masak.
Ikan Teri mendapat giliran di goreng setelah tempe. Sembari menunggu Ikan-ikan teri tersebut masak, saya kembali ke layar nb, dan minum teh yang sudah suam-suam kuku. Melongok sebentar ke penggorengan, ternyata Ikan Teri tersebut belum juga masak, saya kemudian mengambil sapu dan mulai menyapu kos. Saya kembali menjenguk gorengan saya, tenyata telah masak. Setelah mengganti minyak dengan yang baru (minyak tersebut berwarna keabu-abuan karena menggoreng teri), saya mulai menggoreng bawang. Untuk bawang, saya tak meninggalkannya, takut hangus karena bawang cepat matang. Bawang telah menguning, saya mulai menggoreng cabe.
Sembari menunggu cabe masak, saya kembali ke layar nb. Tingkat kematangan cabe, lumayan lama. Tapi harus sering di 'kacau-kacau' karena kalau tidak, akan gosong. Maka, jadilah saya bolak-balik dari nb ke cabe. Setelah cabe masak, saya memasukkan tempe dan ikan teri dan meletakkannya pada sebuah wadah. Pada titik ini, ternyata nasi juga telah masak.
Kemudian saya memutuskan untuk membersihkan diri, sembari ini saya juga mencuci pring bekas makan tadi malam dan semua yang kotor akibat masak memasak tadi, setelah mencuci piring langsung mencuci beberapa potong pakaian.
Usai melakukan kegiatan itu, saya kembali membuka layar nb. Sembari membersihkan diri dan cuci mencuci tadi, tiba-tiba saja terbersit ide tentang tulisan ini.
Ini adalah contoh kecil yang dilakukan seorang wanita dalam hal sambi menyambi. Bagi Wanita yang telah memiliki putra-putri, barangkali yang mereka sambi adalah buah hati mereka, bukan layar nb seperti yang saya lakukan.
Saya kemudian teringat pada Amak (panggilan saya kepada ibu), barangkali dulu ketika saya dan uni (panggilan saya kepada kakak) masih kecil-kecil, inilah yang beliau lakukan. Kami (saya dan uni) hanya berselisih umur tiga tahun. Bisa dibayangkan, ketika usia saya 1 tahun, uni berumur 4 tahun. Bagaimana ribetnya Amak menjadi seorang ibu rumah tangga, yang harus melakukan pekerjaan rumah tangga seperti halnya memasak, mencuci, dan lain sebagainya, sedang kami yang masih kecil-kecil itu barangkali tak bisa diam dan acap nakal. Bagaimana ribetnya amak menyambi pekerjaan rumah tangga itu dengan mengasuh kami. Ibu saya dengan ibu-ibu yang lain mungkin saja sama. Sebab, seorang ibu adalah wanita-wanita hebat.
Barangkali tak banyak orang yang memahami dan menghargai hal-hal kecil semacam itu.
^_^


Komentar

Postingan populer dari blog ini

HADIS-HADIS TENTANG AKHLAK KONSELOR ISLAMI

HUBUNGAN ANTAR BUDAYA (Penulis Makalah: Fitria Osnela, Frischa Erdila, dan M. Hasby Jamil)

KONSEP DASAR TENTANG HUBUNGAN MEMBANTU (HELPING RELATIONSHIP)